Developmental Basketball League (DBL) bukan hanya untuk SMA. Paling tidak di Surabaya dan sekitarnya. Sejak 2005, kompetisi DBL di Jawa Timur sudah melibatkan anak-anak SMP. Mulai tahun 2009, kompetisi itu semakin dipisah dari “induk,” mendapat title baru DBL Junior.
Semula, DBL Junior ini dibuka untuk seluruh SMP se-Jawa Timur. Pada tahun pertama persaingan (2005), peserta pun berdatangan dari kota-kota yang cukup jauh dari Surabaya. Seperti Jember dan Blitar. Hanya saja, setelah menjalani pertimbangan khusus, DBL membuat keputusan besar: DBL Junior khusus untuk kota Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo dan Gresik). Alasannya: Jarak dan komitmen kompetisi.
“Kalau anak SMA, bertanding jauh tidak masalah. Kalau SMP, sangat bermasalah. Para peserta masih terlalu muda untuk menuruti tuntutan kompetisi regional. Menurut pandangan kami, kompetisi SMP harus tingkat lokal saja, tidak perlu terlalu luas. Baru ketika SMA melebar jadi regional,” kata Azrul Ananda, commissioner DBL.
Meski wilayah dibatasi, peserta DBL Junior di Surabaya terus tumbuh. Pada 2005, sangat sulit mencari peserta tim putri. Pada 2008, peserta putri dan putra sudah sama jumlahnya. Yang membanggakan, persaingan di tingkat SMP ini sangatlah seru. Sejak tahun pertama, di babak final SELALU ada pertandingan super ketat. Diakhiri dengan skor tiga poin atau kurang, atau bahkan melalui overtime.
“Dalam hal skill, memang masih kalah dari SMA. Tapi dalam hal semangat dan persaingan, tingkat profesional pun mungkin kalah,” tan- das Azrul.
Setelah dipisah dari DBL SMA, Azrul mengakui ada kemungkinan DBL Junior ini berkembang lebih luas. “Potensinya sangat ada, dan sangat besar. Kita tunggu saja perkembangannya nanti,” ucapnya. (*)