ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Persis menjelang laga pembuka Honda DBL 2021 West Java Series antara SMA Trinitas Bandung kontra SMA Trimulia Bandung, Yosua Nathanael dihadapkan dengan dilema mendalam. Satu sisi ia harus membela timnya, SMA Trimulia Bandung mentas di laga pembuka Honda DBL 2021 seri Jawa Barat lawan Trinitas. Di lain hal, ia baru mengetahui ayahnya harus dilarikan ke rumah sakit, dari sang bunda.

Penampilannya kontra Trinitas cukup menggambarkan keresahan dalam pribadinya. Di laga itu, ia hanya mencetak 5 poin dari 1/7 percobaan dengan persentase 14,3 persen Field Goals (FG). Kendati demikian, guard berusia 19 tahun ini tetap berperan penting sebagai fasilitator dengan memberi 7 assist untuk memastikan kemenangan 52-32 bagi Trimulia.

Yuliawati, ibunda dari Yosua pun sebenarnya cukup dilema, ketika harus memberi kabar ini. Ia tahu, anaknya sedang berjuang menjalani mimpi basket yang sejak lama ditekuni. Sedikit hal di dunia ini yang bisa membuat api membara di dalam hati Yosua Nathanael untuk bermain basket. Sejak kecil, ia selalu tertarik melihat bola yang naik turun dipantulkan dan kemudian bersarang di ring basket. “Aku dari kecil senang tanding dengan koko (kakak) dan udah jadi hobi sejak SD,” aku Yosua waktu itu.

Sang bunda pun menjadi target rengekan Yosua untuk mendaftarkannya ke klub basket. Ia begitu tersentuh oleh semangat putranya. Yosua kecil yang terlampau dini di kala itu menjadi halangan baginya untuk bergabung bersama klub basket. “Menembak bola saja belum bisa sampai menyentuh ring,” tandas Yuli ketika dihubungi via telepon sembari tertawa.

Gairah yang tak pernah padam itu perlahan diperlihatkan oleh Yosua. Beranjak remaja ia membuktikan kualitasnya. Di laga berikutnya melawan SMAN 2 Cianjur, permainan agresif membawanya mencatatkan 16 poin. FG Yosua menyentuh 54,5 persen. Kontribusinya terhadap lini bertahan dengan merebut 4 steal membawa Trimulia melaju ke babak Big Eight setelah menaklukkan lawannya dengan skor akhir 43-33.

Di lain hal, kondisi kesehatan Nico, ayahanda Yosua masih menjadi perhatian utama keluarga. Disamping, Yosua sendiri diharuskan untuk membagi waktu antara latihan demi menghadapi putaran Big Eight dan hadir untuk keluarga selama proses pemulihan ayahnya.

Tanggung jawab itu harus dipikul olehnya. Sebab, keduanya saling berkaitan antar satu sama lain. Basket tidak akan menjadi bagian hidup Yosua tanpa keluarga, yang selalu hadir di setiap perkembangannya sebagai student athlete. “Papih selalu siap antar-jemput setiap latihan dan menonton langsung pertandingan untuk memberi dukungan,” timpal Yosua.

Konsentrasi Yosua tidak buyar di hari pertempuran babak Big Eight kontra SMA BPK Penabur Penabur Holis. Ia menunjukkan konsistensi dalam permainannya dengan kembali membukukan 16 poin. Sentuhan tembakan tiga angka yang sebelumnya hilang, telah seutuhnya kembali ketika ia suskes menjaringkan tiga bola dari jauh. Trimulia suskes mengunci Fantastic Four setelah menumbangkan lawannya 45-27.

Momen manis pun terus berlanjut. Trimulia harus menghadapi SMAN 1 Bogor di babak Fantastic Four. Yosua pun tampil mentereng. Trimulia sukses menjinakkan SMAN 1 (87-45). Satu tiket final sudah dipastikan Trimulia. Di tengah momentum Trimulia yang sedang di atas angin, usai mengalahkan lawannya, kondisi ayah Yosua pun berangsur membaik.

Sang ayah, tidak lagi harus berbaring di rumah sakit. Dukungan ayah Yosua pun tak berhenti. Bahkan, ia turut menyaksikan laga besar putranya melalui layar gawai via livestreaming DBL Play di rumah. Sementara, Ibu Yuli dan kakaknya, siap menyaksikan Yosua berlaga di Final Pary di GOR SPOrT Laga Tangkas Arcamanik, Bandung, yang pada waktu itu diizinkan menggelar pertandingan dengan penonton.

Selain misi untuk membanggakan ayah dan ibunya, Yosua juga punya tujuan lain. Ia ingin sukses seperti kakaknya, Yohanes Arsitakhus, yang merupakan bagian dari skuad SMA Bina Bakti Bandung yang bisa meraih gelar back-to-back Honda DBL seri Jabar pada tahun 2016 dan 2017.

Ssayangnya, nasib berkata lain. Di final, Trimulia takluk dari SMA BPK Penabur Cirebon (96-62). Impian manisnya berubah pahit. Percobaan perebutan bola menyebabkan Yosua cedera pergelangan kaki. Ia harus ditandu keluar lapangan dan tidak bisa melanjutkan pertandingan.

Ankle dia bengkak habis kena unsportmanship foul. Walaupun dia tetap coba bermain, tapi akhirnya dia tidak sanggup melanjutkan,” cetus Yuli mengenai situasi yang menimpa putranya. Mimipi mengecap trofi juara Honda DBL seri Jawa Barat pun urung terjadi. Tapi, berkah lainnya justru menghampiri.

Yosua menyabet Most Valuable Player (MVP) pada gelaran seri Jabar tahun ini. Ia membuktikan dirinya sebagai katalisator serangan dengan berperan sebagai playmaker, merebut steal penting, atau menyelesaikan sendiri skema offense timnya. “Dia menunjukkan kegigihannya, dia yang ingin membawa timnya menang,” kata coach Peny Setiadi selaku pelatih Trimulia soal MVP yang didapat Yosua.

Student athlete yang sudah berstatus alumni itu dan sedang menempuh studi manajemen di Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) ini mempersembahkan penghargaan prestise MVP tersebut kepada ayahnya. “Kami tidak hanya bangga pada prestasinya, tapi juga pada keteguhan hatinya yang mampu menampilkan permainan mumpuni di kabar tak gembira yang hampiri keluarga,” tutur sang bunda.

Mengenai masa depannya di dunia basket, Yosua menjawab akan mengambil kesempatan yang hadir di depan mata secara maksimal. “Jalanin yang ada dulu aja, kalau bisa terus berkembang, kenapa nggak,” tutupnya. (axl)

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY