Paul Mario Sanggor bukan nama asing di kalangan insan basket Indonesia. Yaps, pria yang kini menahkodai tim putri SMAN 70 Jakarta itu memang merupakan mantan pemain profesional Indonesia. Namanya malang melintang di klub Indonesia, salah satunya bersama Hangtuah Sumsel IM, di NBL Indonesia era tahun 2012.

Bukan cuma itu, coach Mario, juga pernah menjadi arsitek klub profesional. Terakhir ia menangani Siliwangi Bogor, di tahun 2019. Lama tak terdengar, coach Mario kini berkutat sebagai pelatih kelompok usia SMA.

Pria berusia 43 tahun itu menyebutkan, dirinya belum lama melatih di Seventy (julukan SMAN 70). “Saya baru di SMAN 70 Jakarta. Saya masuk sebelum pandemi, sekitar tahun 2020. Setelah itu, pandemi melanda, dan latihan tidak bisa rutin,” ucapnya. 

Namun, kendati belum lama melatih Seventy, coach Mario sendiri berhasil membuktikan tangan dinginnya. Berkat racikan strateginya, ia bisa membawa putri Seventy juara Honda DBL 2021 DKI Jakarta Series. Catatan itu sangat berkesan buat anak-anak Seventy.

Sebab, itu jadi pencapaian tertinggi mereka. Sekaligus jadi tinta sejarah berhasil membawa Seventy menorehkan gelar juara untuk pertama kalinya, selama perhelatan Honda DBL seri Ibu Kota yang diselenggarakan sejak tahun 2011. Dibalik kesuksesan itu tentu ada perjuangan yang kadang tak terlihat.

Coach Mario menuturkan, bukan hal mudah menahkodai tim basket level SMA. Terlebih tim putri. Perlu ‘treatment’ khusus untuk menangani hal tersebut.

“Mereka kadang moody, saya harus melalukan pendekatan secara psikologis ke mereka, belum lagi mereka punya kewajiban sebagai pelajar,” terangnya. Bukan hanya itu, tantangan lainnya adalah bagaimana bisa menyamakan visi dalam tim. Alur komunikasi baik antara pelatih, pemain, juga orang tua jadi hal yang wajib dilakukan. Diantaranya mengenai jadwal latihan.

“Seorang pelatih sekolah dituntut punya cara dalam berkomunikasi dengan pemain. Bayangkan saja, pemain profesional saja sering salah dalam mengaplikasi strategi di lapangan, apalagi anak-anak sekolah. Kemampuan pelatih berkomunikasi jadi salah satu faktor utama dalam tim,” tambahnya.

Lebih lanjut, mengenai kondisi fisik juga jadi perhatian coach Mario ketika menukangi tim SMA. Pengulangan materi latihan pun sangat dipikirkan oleh pelatih kawakan ini.

“Tentu berbeda dengan pemain profesional, pengulangan materi latihan sangat diperlukan, tapi kendalanya adalah waktu latihan. Pemain profesional bisa setiap hari latihan. Tapi anak sekolah seminggu hanya dua kali pertemuan saja. saya juga harus jaga intensitas latihan mereka, agar mereka juga bisa membagi jadwal dengan kewajiban sekolahnya,” ucapnya.

Namun, kembali lagi, coach Mario sangat puas dengan apa yang bisa ditorehkan anak didiknya. Buatnya keinginan juara bisa saja disuarakan dengan lantang. Tapi, pembuktian di lapangan, itu jadi tantangan.

Dirinya melihat anak didiknya sangat konsisten ketika berlaga di Honda DBL seri Ibu Kota tahun ini. Ditambah satu pemainnya, Syarafina Ayasha juga berhasil menyabet gelar Most Valuable Player (MVP) tahun ini. “Puji Tuhan kami bisa juara, ini berkat komitmen dan keseriusan mereka ikut di Honda DBL tahun ini,” pungkasnya. Seventy sendiri berhasil merengkuh juara Honda DBL 2021 DKI Jakarta Series usai menaklukan SMA Kristofrous 1 di partai final. (*)

Populer

Mimpi Turun-temurun, Sachi dan Sang Ayah Solid Ingin Rasakan Indonesia Arena
Trilogi Final DBL Jakarta: Bulungan Makin Komplet dengan Kombinasi Pemain!
Drama Overtime Antarkan SMAN 1 Pacet Mojokerto ke Playoffs
Awaluddin Hatta Ingin Kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM Makassar
Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya