Ada dua tradisi yang paling dirindukan oleh Nur Rosyidah di kampung halaman ketika lebaran. Yaitu tradisi kupatan dan bulusan. Nur sendiri memang merupakan orang asli Kudus. Namun, cewek berusia 17 tahun itu sudah belajar mandiri, dengan merantau bersekolah di SMA Warga Surakarta.

Nur punya alasan tersendiri mengapa ia begitu rindu dengan tradisi kupatan dan bulusan ketika lebaran. “Setiap lebaran hari ke-7, warga Kudus pasti pada membuat ketupat dan lepet yang biasanya disajikan sebagai santapan,” terangnya. “Dan ada tradisi bulusan di Kudus yaitu para penjual makanan, pakaian, bahkan mainan memenuhi jalanan,” terangnya.

Hanya saja ia cukup menyayangkan. Dua tahun terakhir, tradisi bulusan ini ditiadakan karena pandemi. “Padahal tradisi ini sangat dinanti warag Kudus tiap tahunnya pas Idulfitri,” timpalnya. Tapi, ia juga tak bisa berbuat banyak. Karena ia meyakini, tidak adanya tradisi tersebut, juga untuk kepentingan utama yaitu memutus rantai pandemi.

Di lain sisi, ia tetap bersyukur, karena masih bisa berkesempatan pulang ke kampung halaman. “Untungnya, udah sempat pulang kampung dari awal Mei kemarin,” terangnya. Baginya Ramadan dan lebaran tahun ini juga cukup berbeda. Selain tahun ini ia juga sudah lulus dari SMA Warga Surakarta. “Tahun lalu masih bisa puasa dan latihan bareng teman SMA kalau sekarang udah pulang kampung dan bisa berpuasa sekaligus lebaran di rumah bareng keluarga,” pungkasnya. (*)

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Penggawa Smaven Dominasi Top Asis Leaders DBL Banjarmasin 2024
Fenomenal! Danu Satria Pimpin Daftar Top Poin Leaders DBL Banjarmasin 2024
Kilas Balik: Kebangkitan Al-Maruf yang Membahayakan
Menuju Musim Baru: SMAN 8 Bandung Diminta Bermain Lepas dan Menikmati Game