Ujaran mempertahankan lebih sulit daripada meraih memang benar adanya. Hal itu yang dirasakan oleh Albert Richard, salah satu penggawa SMA Methodist 2 Palembang. Student athlete kelas XII itu, datang dengan predikat juara bertahan bersama timnya di DBL 2021 South Sumatera Series.

Bukan hanya itu, Albert juga menyandang gelar Most Valuable Player (MVP) DBL seri Sumatera Selatan (Sumsel) satu musim lalu yang lalu. Tentu, beban yang dipikul tidak ringan. Namun, cowok berusia 17 tahun itu membuktikan, bahwa dengan konsistensi yang tinggi ia bisa tetap terpacu dan tidak berpuas diri atas gelar yang disandang sebelumnya.

Ia menceritakan, bahwa Albert yang dikenal saat ini begitu berbeda dari sebelumnya. Dirinya menyadari, dulu sewaktu masih duduk di bangku SMP, ia pernah merasakan menjadi penghuni bangku cadangan mati. Dalam dunia olahraga, istilah itu dikenal bahwa pemain tersebut hampir jarang dimainkan dalam kompetisi apapun.

Albert Richard (kiri) menjadi MVP DBL seri Sumsel musim ini

Itulah yang jadi pecutan baginya, buat lebih baik dan menunjukkan perkembangannya di basket sampai sekarang. “Aku ingat betul gimana proses dari pemain biasa, hingga bisa jadi pemain terbaik sekarang. Itu yang membuat aku sadar, aku tuh pernah jadi cadangan mati tim, paling kalau main dua menit terakhir,” akunya.

Cerita kurang mengenakan itu, bisa ia rubah ketika masuk di SMA Methodist 2. Bertemu dengan coach Nabila, ia diberi kepercayaan lebih untuk bisa jadi ujung tombak tim. “Dia yang buat aku dari nol, menjadi sekarang,” timpal Albert. Dirnya terus berbenah, memperbaiki kesalahan di setiap latihan. Sampai bisa back to back champion dan raih titel MVP di musim ini.

Bahkan, ia mengaku pernah diminta berhenti basket oleh sang bunda. Lantaran terlalu sering berlatih basket. Namun, tekad bulat buat merubah cerita kelam menjadi capaian manis, menunjukkan kegigihannya hingga orang tua Albert juga mendukung apa yang diinginkan olehnya.

“Karena aku sangat terobsesi banget, jadi aku mau tunjukkin ke orang-orang, bahwa nggak ada yang sia-sia kalau mau,” ujarnya. Tentu semangat itu juga ia lihat dari sang kakak, Alfandi yang juga bisa menjadi MVP DBL seri Sumsel dua musim beruntun.

Yaitu pada tahun 2015 dan 2016. Bedanya, ia bisa mengantarkan Medupa (julukan Methodist 2) jadi kampiun dua musim beruntun. “Wah seneng banget bisa gantian ngejek kakak. Sebab di tahun pertamaku, aku diejek karena tidak bisa juara dan tidak dapat MVP," ujarnya.

Sukses bersama Medupa, lantas tak membuat ia cepat puas diri. Karir di DBL memang sudah usai. Kini, ia tetap memicu diri agar bisa membangun karir sebagai pebasket profesional. “Tentu pengin banget main timnas. Dan lagi cari tawaran klub basket juga nih, karena berharap bisa bermain di liga basket profesional,” tungkasnya. (*)

Foto-foto: Dika Kawengian/DBL Indonesia

Baca Juga Kiat Sukses MVP DBL 2021:

Pembuktian Rasa ‘Jenuh” Reyfael Gilbert Buat Bawa Smala Juara

Stephannie Nandhika Tunjukkan Pentingnya Disiplin dan Kerja Keras

Kesabaraan dan Percaya Proses Buahkan Hasil Manis Buat Marscya Arianti

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa