Cedera meruapakan momok tersendiri bagi para atlet. Terutama atlet yang masih berusia muda. Menurut ilmu patofisiologi, ada dua jenis cedera yang sering dialami manusia terutama atlet. Trauma akut dan overuse syndrome (sindrom pemakaian berlebih). Trauma akut adalah suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti robekan ligament, otot, tendon, terkilir bahkan patah tulang.
Cedera akut biasanya memerlukan pertolongan professional salah satunya melalui perawatan khusus oleh tim dokter. Sedangkan sindrom pemakaian berlebih sering dialami oleh atlet bermula dari adanya aktivitas berlebih dan berulang-ulang sehingga mengakibatkan cedera terjadi. Semisal, penggunaan sepatu dengan ukuran agak besar atau agak kekecilan.
Umumnya, banyak orang yang melalukan pijat ke bagian yang mengalami cedera. Padahal. Hal ini sangat tidak dianjurkan secara medis. Kecuali dilakukan oleh tim medis profesional. Pasalnya, kesalahan memijat bisa menyebabkan cedera baru atau bahkan memperparah cedera.
Lalu, kenapa sih banyak orang yang merasa sembuh ketika pijat saat cedera? dr. Paul Setiawan, Sp.OT, ahli bedah tulang dari National Hospital, Surabaya menuturkan bahwa ada anomali yang menyebabkan efek sembuh tersebut terjadi.
Ketika dipijat, tubuh akan mengeluarkan zat yang memiliki fungsi untuk membius secara lokal bagian tubuh yang terasa sakit. Sehingga, tubuh akan memberikan respon seolah sembuh. Padahal ini hanya sementara.
Nah, untuk penanganan pertama cedera, kamu bisa baca disini.
Jelas tidak boleh! Pasalnya, kita tidak tahu cedera apa yang sedang terjadi di tubuh kita. Apakah hanya sekedar sprain atau otot yang terkilir, atau malah patah tulang tertutup. Salah satunya seperti Abraham Damar yang sempat membiarkan cederanya. Dampaknya, Abraham harus menjalani operasi karena tumbuh tulang tidak pada tempatnya karena retakan tulang yang dibiarkan.
Dokter Paul menambahkan bahwa untuk orang yang terkena cedera baik tubuh maupun kepala untuk segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan observasi dan mengetahui sejauh mana cedera yang dialami. Salah satunya melakukan observasi di National Hospital Surabaya. Di rumah sakit ini, ada banyak alat penunjang medis yang dapat membantu mendiagnosa cedera. Mulai dari MRI, CT-Scan, dan USG serta dokter-dokter spesialis yang kompeten di bidangnya masing-masing.