Hishnu Ghaitsul Hudna, peserta ViCee Skills Competition dari SMAN 1 Langsa merasa tenaganya terkuras selama menjalankan challenge. Namun itu tak membuatnya menyerah. Ia justru menikmati. Merasa seperti sedang melakoni pertandingan 5v5.

Misalnya ketika melakoni tantangan kategori Physical Development. Ia benar-benar berusaha di X Pattern MultiSkills yang mengharuskan untuk lari sprint. Ia harus memaksimalkan tenaganya untuk mendapatkan hasil terbaik.

Kerja keras Hishnu selama ini bukan tidak pernah gagal. Ia pernah mendapat poin 0 saat mengerjakan free throw. Hal itu terjadi karena ia tidak membaca deskripsi challenge dengan cermat. "Kemarin aku dapet 0 saat ngerjain free throw. Soalnya kakiku lewatin garis sebelum bola masuk ke ring. Sayang banget, harusnya aku bisa maksimal tapi malah kebalikannya,” ungkap Hishnu.

Sebagai pengganti poin yang hilang, Hishnu ngepush dirinya agar maksimal saat mengerjakan challenge yang lain. Ia menargetkan setiap challenge, poinnya harus bisa lebih banyak dari poin milik peserta lainnya. “Aku harus ngepush diriku di-challenge yang lainnya buat nutupin 0 poin kemarin. Seperti di challenge A, aku harus dapet poin lebih banyak dari orang lain. Karena patokannya ada di waktu, jadi buat yang terbaik sampai waktunya habis,” ujarnya.

Tak ingin kejadian tersebut terulang kembali, Hishnu pun harus memperhatikan detail setiap sebelum mulai mengerjakan challenge. “Selain memberi tekanan lebih, mulai sekarang aku harus perhatiin lebih detail deskripsi challenge yang mau aku buat. Biar aku nggak melakukan kesalahan lagi, rugi waktu dan tenaga,” jelasnya.

Laki-laki berumur 16 tahun ini menanamkan rasa tidak mudah mau kalah dengan yang lain, juga berjuang lebih keras. Terbukti saat babak penyisihan ia berada di Top 2 sampai akhir. Saat di playoff sekarang, ia berusaha lebih giat lagi. Porsi latihan yang dilakukan oleh Hishnu pun kian bertambah.

“Sewaktu penyisihan kemarin, aku latihan setengah jam sampai satu jam. Kalau playoff, aku bisa latihan pagi dan sore,” tukasnya.

Kiatnya menjaga agar jadwal belajar dan latihan tidak bertabrakan yakni, berlatih sebelum sekolah dimulai, dan lanjut setelah sekolah selesai. “Jadi sekolahku mulai pukul 8, sebelumnya aku udah latihan dulu, sekitar pukul 11 siang, aku udah selesai sekolahnya. Nah, disitu aku lanjut lagi sebentar sebelum dzhuhur, setengah 4 sore aku balik lagi ke sekolah buat latihan lagi, sembari mengerjakan challenge,” jelasnya.

Dulu, Hishnu pernah mendapat komentar soal tinggi badannya yang kurang, ia dianggap tidak bisa bermain basket. Maka dari itu, sekarang ia berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa dirinya bisa bermain.

Selain itu, ia ingin membuktikan kalau peserta dari kota kecil pun bisa bersaing dalam skala nasional. "Dulu waktu latihan, aku sering dianggap lemah karena tinggiku kurang. Aku jadiin itu sebagai motivasi buatku, ini loh, aku bisa bermain, aku bisa ikut kompetisi virtual. Karena menurutku, basket bukan hanya soal postur tubuh, tapi hati yang kuat ketika bermain." jelasnya.

Hishnu juga punya mimpi bisa bermain di Timnas, Abraham Damar lah yang menjadi Rolemodelnya, salah satu bukti orang yang berasal dari kota kecil bisa masuk Tim Nasional (Timnas). Dengan semua impian yang ingin digapai, ia berusaha lebih keras dari siapapun.

“Aku berharap, bisa jadi Top 10 ViCee Elite Players dan ikut latian disana, karena pengen banget kesana. Kemudian, bisa ikut event skala nasional,” harapnya.(*)

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Penggawa Smaven Dominasi Top Asis Leaders DBL Banjarmasin 2024