Jarak yang cukup jauh menuju kota penyelenggaraan Honda DBL membuat Muhammad Rendy dan SMAN 1 Penajam Paser Utara belum sempat berpartisipasi di kompetisi antar SMA terbesar di Indonesia tersebut. Dengan jarak 125 kilometer, dibutuhkan waktu empat jam perjalanan dari kotanya ke Samarinda.

Namun, hadirnya DBL Play Skills Competition menjadi kabar baik yang sangat ditunggu. Pasalnya mereka tak perlu jauh-jauh menyebrangi laut atau memutari hutan untuk bisa berpartisipasi di kompetisi basket DBL Indonesia.

"Sebenarnya kami ingin sekali bisa bermain di Honda DBL. Namun karena jarak dan butuh biaya yang nggak kecil, akhirnya kami hanya bisa berpartisipasi di kompetisi lokal saja," ungkap Rendy.

Di daerahnya sendiri, Rendy mengaku ada cukup banyak kompetisi basket yang digelar dalam setahun. Namun, bukan di daerahnya. Rata-rata ia menghabiskan satu jam perjalanan darat untuk ke lokasi kompetisi basket lokal.

Namun, hal ini bukan menjadi alasan Rendy untuk menyerah dalam main basket. Bahkan, ia memiliki semangat yang besar untuk membuktikan diri bahwa skill-nya tak bisa dianggap remeh.

Khusus untuk DBL Play Skills Competition, Rendy ingin bisa menunjukkan performa terbaiknya. Sehingga bisa membanggakan sekolahnya.

"Satu hal lagi. Yang bikin aku semangat itu karena melihat Kak Bonfil. Ia jago banget dan ia berasal dari daerah. Aku jadi termotivasi buat bisa sepertinya," tuturnya. (*)

Populer

Mimpi Turun-temurun, Sachi dan Sang Ayah Solid Ingin Rasakan Indonesia Arena
Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
UBS Gold Dance Competition 2019 Usung Tema Disney Princess
Unggul Setengah Bola, SMAN 1 Tuban Amankan Kemenangan Kedua
Nicko Andrean, Pelatih yang Pentingkan Edukasi Bagi Anak Asuhnya