Pantang menyerah jadi kalimat yang ditanamkan oleh Nanang Sukarya. Pandemi ini membuat aktivitas utamanya melatih di GMC Cirebon harus terhenti dulu. Hal itu membuat ayah dari Arsya Febriani, pemain andalan SMA BPK Penabur Cirebon, yang juga merupakan penyandang gelar Most Valuable Player (MVP) Honda DBL West Java Series 2019 itu harus kembali ke kampungnya di Indramayu.
Namun, semangatnya untuk memajukan basket Indonesia tak pernah luntur. Di tengah waktu senggangnya selama off season ini, pria yang akrab disapa coach Bonang ini bisa berkarya dengan membuat resistance ban atau training rope. Ini adalah satu alat olahraga yang kerap digunakan atlet untuk melatih kecepatan, kekuatan, kelincahan, dan daya tahan tubuh.
Bentuknya seperti karet elastis. Cara penggunaannya cukup mudah. Karet itu dimasukan ke pinggang. Lalu sabuknya diikat ke tiang atau bisa dibantu tahan oleh rekan setim. Bahan dasar yang digunakan oleh coach Bonang ini juga sederhana. Tapi, cukup kuat untuk menahan kekuatan fisik dari pemain. Material utama yang digunakan adalah karet trampolin dan webbing belt untuk sabuknya.
Fyi, semua produknya hand made, asli dibuat dengan tangannya. Tidak menggunakan mesin seperti di pabrik besar. Untuk product development sendiri sudah ia lakukan sejak April lalu. "Awalnya pas Ramadan kemarin, saya terpikir tentang resistance band itu. Akhirnya saya riset dan mencoba buat perlahan," ucapnya.
Produk dengan nama Eksploder CB 09 itu nggak langsung jadi begitu saja. Beragam material diuji coba oleh coach Bonang. "Pertama saya coba pakai karet ban, tapi kurang nyaman jika digunakan. Lalu coba pakai karet celana, tapi terlalu ringan. Akhirnya ketemu nih formulanya, saya langsung uji coba ke Arysa," tuturnya.
Untuk menetapkan standar ini coach Bonang juga turut berkonsultasi dengan rekannya. Namanya coach Edi Sugandi, salah satu staf pelatih tim nasional basket. "Katanya sudah bagus. Dari situ saya coba produksi banyak dan pasarkan ke teman-teman pelatih," terangnya.
Untuk satu prouk resitance ban ini ia jual dengan harga Rp 250 ribu. Menurutnya harga ini cukup terjangkau dibanding harus impor buatan luar negeri. Bahkan, alat ini digadang-gadang sebagai training rope pertama di Indonesia.
"Kalau di luar negeri bisa jutaan. Meski murah, saya betul-betul uji ketahanannya," paparnya.
Ia membuat produk ini karena terinspirasi dari Founder dan CEO DBL Indonesia, Azrul Ananda. Ia mengutip kata-kata Azrul bahwa basket nggak perlu mahal.
DBL Indonesia sendiri bisa membuktikan menghancurkan batasan, dengan produk sepatu basket AZA shoesnya yang terjangkau untuk semua kalangan. Terutama untuk student athlete.
"Kalau kata mas Azrul kan basket nggak harus mahal, tapi menjangkau berbagai kalangan," terangnya. Sekarang coach Bonang masih memproduksi alat ini sendiri. Dan akan mematenkan hak cipta produk buatannya.
Hingga sekarang ia bisa membuat Eksploder CB 09 hingga 100 piece. Beberapa klub-klub besar di Jakarta seperti Indonesia Muda (IM) binaan coach Rastafari dan Warriors binaan coach Romy Chandra juga turut memesannya untuk digunakan oleh para pemainnya.
Alat ini pun bisa dipesan, melalui Instagram coach Bonang @nbonang09. Coach Bonang amat bersyukur jika alat yang dibuatnya ini bisa berguna untuk atlet basket Indonesia. (*)