Sebagai student athlete, harus bisa seimbangkan antara tuntutan akademik dan prestasi basket. Prinsip itu diterapkan secara serius oleh Natalia Kuncoro. Saat masih berstatus sebagai forward tim basket, sekaligus siswa SMA St. Louis 1 Surabaya.

Cewek yang akan melanjutkan studinya di Universitas Petra ini merasa bersyukur. Karena semasa duduk di bangku SMA, lingkungannya sangat mendukung diterapkannya konsep student athlete. Baik pihak sekolah, maupun tim basketnya. 

Tak tanggung-tanggung, pelatih mereka Coach Lena bisa memberikan hukuman kepada satu tim jika ada satu pemain yang mengalami remedi.

Hal ini bukan tak beralasan, Coach Lena pernah bercerita ke anak asuhnya bahwa pendidikan harus tetap nomor satu dibanding basket. Pasalnya mereka adalah student athlete atau siswa atlet. Bukan atlet saja.

"Hukuman larinya sampai ada rumusnya juga loh! Jadi tiap mapel dikali 10. Semisal ada

lima mapel akumulasi dari para pemain basket Sinlui ya berarti satu tim bakal lari 50 kali," ungkapnya.

Bagi Natalia, sosok Coach Lena adalah seorang pelatih yang sangat care ke anak-anaknya. Bahkan, sudah seperti mama dari anak-anak tim basket Sinlui.

Tidak jarang juga pelatih berusia 41 tahun ini menasehati anak asuhnya jika melakukan kesalahan atau hal yang kurang baik.

"Nggak cuma ke aku dan angkatanku aja. Bahkan sampai ke alumni juga kaya gitu. Makanya kita merasa kaya punya mama kedua," tambahnya.

Natalia lantas berpesan kepada para pemain SMA St. Louis 1 Surabaya untuk tetap belajar dan berlatih meski dalam kondisi pandemi seperti ini.

"Jangan pernah patah semangat. Aku yakin kalian (para skuad Sinlui) bisa membuktikan diri kok kalau kalian memang bisa. Semangaat!," tutupnya.

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Penggawa Smaven Dominasi Top Asis Leaders DBL Banjarmasin 2024
Fenomenal! Danu Satria Pimpin Daftar Top Poin Leaders DBL Banjarmasin 2024
Kilas Balik: Kebangkitan Al-Maruf yang Membahayakan
Menuju Musim Baru: SMAN 8 Bandung Diminta Bermain Lepas dan Menikmati Game