Tim putra SMA Tri Tunggal memang harus mengakui kekalahan dari rivalnya, SMA Karang Turi pada final Honda DBL Central Java Series musim kemarin. Tapi, hal itu tidak menyurutkan tim asuhan Putra Mahandaru untuk tetap berlatih menyambut musim baru. Coach Putra sendiri tidak ambil pusing soal banyaknya kompetisi yang ditunda akibat Korona pada 2020 ini.
Dirinya lebih menginginkan pemainnya tetap konsisten menjalani latihan rutin. Sebab, coach Putra yakin, latihan bukan hanya soal untuk kompetisi. Ada hal lain yang akan berpengaruh jika para pemainnya bisa mejalankkan materi yang ia siapkan.
Tri Tunggal memang belum menjalani latihan secara bersama di lapangan. Hanya saja, Coach Putra menyiapkan program khusus bagi para pemainnya.
Pelatih berusia 33 itu meminta para pemainnya intens menjaga kebugaran fisik. Mulai dari skipping, plank, push up, situ up, dan back up. Semua itu dilakukan setiap hari. Kecuali pada saat weekend, Sabtu dan Minggu.
“Saya merancang program untuk menjaga endurance mereka. Saya tidak ingin mereka larut dalam kekecewaan di tengah pandemi ini,” ucapnya.
Di luar program latihan yang disiapkan, Coach Putra membolehkan anak didiknya berlatih di lapangan sekitar rumah. Tentu harus memperhatikan protokol kesehatan.
Belum lama ini juga ia menambah porsi latihan tim, mengenai penguatan teknik basket. “Sebulan terakhir ini waktu masuk adaptasi baru saya kasih tambahan latihan tenik untuk dijalankan secara mandiri,” paparnya.
Untuk antusiasme sendiri, para pemain Tri Tunggal tak sabar untuk kembali berkompetisi di Honda DBL. Mereka ingin revans menebus kekelahan di final. Ambisi besar itu yang Coach Putra terus jaga. Supaya spirit para pemainnya tidak surut.
“Saya selalu menekankan ke anak-anak agar disiplin menjalani program, karena itu untuk kebutuhan mereka baik sekarang maupun kedepannya,” cetusnya.
Coach Putra juga membeberkan akan banyak perubahan di timnya. Karena total tujuh pemain dari roster musim lalu telah lulus tahun ini. Salah satunya adalah Argi Daffa. Hal itu juga berpengaruh bagi skuad Tri Tunggal, utamanya soal pengalaman bertandig. “Pengaruh paling signifikan menurut saya di jam terbang sih,” tandansya. (*)