Dominasi SMA Bopkri 1 Jogja tak lepas dari tangan dinginĀ Yusuf Haryono. Meski tak lagi menakhodai tim ini per musim 2020 ini, coach Yusuf adalah aktor dibalik hegemoni tim berjuluk Bosa tersebut di Honda DBL Seri Jogjakarta. Enam trofi juara Honda DBL sukses ia persembahkan untuk Bosa.
Coach Yusuf membawa Bosa menjadi tim pertama yang meraih empat gelar Honda DBL seri Jogja secara beruntun. Tentu prestasi ini tidak digapai dengan mudah. Ada kerja keras seluruh elemen di dalamnya.
"Sejak awal menjadi pelatih Bosa, hal yang saya lakukan adalah mengajak anak-anak untuk menentukan mimpi kami bersama," katanya.
"Anak-anak ingin jadi champion. Maka saya tekankan pada mereka untuk mengubah semuanya. Mulai dari pola latihan, hingga pembentukan mental. Kami harus jadi tim dengan proses yang matang. Proses ini berat, tapi bisa mengantarkan kami menjadi juara," jabar coach Yusuf.
Untuk menanamkan mental juara ke timnya coach Yusuf menyebutkan ada pendekatan khusus yang diterapkan dalam program latihan. Salah satunya adalah latihan one on one. Menu ini membuat timnya selalu kompetitif, di sisi lain membuat pemain saling memahami.
Selain menghidupkan jiwa kompetitif, pola latihan one on one juga menjadi jembatan agar tidak ada perbedaan kemampuan yang cukup jauh antara pemain senior dan junior. Dengan hasrat ingin melampaui seniornya, pemain junior akan lebih bersemangat dalam latihan.
"Pola latihan one on one juga penting dilakukan untuk menjaga performa tim. Artinya, jika performa tim tidak akan menurun meski ditinggal oleh seniornya. Gelar juara bisa terus dipertahankan," ucapnya.
Bukan hanya itu, coach Yusuf juga membuat sistem mentoring. Ia memberikan tanggung jawab kepada setiap pemain senior untuk bisa membimbing juniornya. Mentoring ini bisa dalam wujud menemani latihan hingga pendekatan di luar lapangan.
"Mereka memang saling bersaing di dalam tim. Tapi mereka juga harus tetap sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan. Kemenangan dan kekalahan adalah milik bersama," tegasnya.
Dalam pertandingan, coach Yusuf dan Bosa berulangkali berjumpa dengan rival terkuatnya justru bukan di laga pamungkas. Pada musim 2017 mereka berjumpa SMA Kolese De Britto di fase grup. Pada musim 2018 dan 2019 mereka menghadapi SMAN 4 Jogja dalam perebutan big eight.
"Saya memotivasi para pemain agar teriakan suporter lawan tidak membuat anak-anak terbebani. Berikutnya saya juga tekankan untuk tidak takut salah. Kalau takut salah mereka tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya," jelas coach Yusuf. (*)