SMAN 5 Kupang mencatatkan performa mengejutkan pada Honda DBL East Nusa Tenggara Series musim kemarin. Skuad asuhan Arafat Akbar ini berhasil melangkahkan kaki ke babak final dan keluar sebagai runner-up liga basket pelajar terbesar tanah air Seri NTT tersebut.
Aditya C. Saudale, center SMAN 5 Kupang lantas bercerita bahwa dibalik torehan gemilang tersebut, ia dan timnya berlatih dalam banyak keterbatasan. Namun hal ini bukan menjadi alasan mereka untuk malas-malasan latihan.
"Saat masa persiapan jelang musim kemarin, kami harus berlatih dengan bola yang sangat terbatas. Bahkan, kebanyakan bola milik kami kondisinya sudah membengkak. Tapi kalau sekarang, syukur sudah banyak sih," ujar pemain yang baru saja lulus tersebut.
Hal ini tak lepas dari anjuran Coach Arafat. Yaitu dua anak sebisa mungkin untuk patungan membeli satu bola. Sehingga, kini adik-adik kelasnya di SMAN 5 Kupang dapat berlatih dengan lebih optimal.
Selain itu, untuk latihan fisik dan fundamental, SMAN 5 Kupang punya cara tersendiri dalam berlatih. Mereka menggunakan batu sebagai cone dalam berlatih dalam persiapan menuju Honda DBL.
"Honda DBL itu event terbesar di kota kami. Jadi kalau masuk final bakal semakin dikenal sekolahnya. Makanya kami bertekad buat membanggakan sekolah," tambah Aditya.
Ada satu tradisi unik yang selalu dilakukan tim basket SMAN 5 Kupang. Coach Arafat melakukan sistem hutang dalam berlatih.
Jadi, dalam dua hari, para siswanya diwajibkan melakukan latihan 1000. Yaitu push up sebanyak 1000 kali, lari di berputar sekolah sebanyak 1000 kali serta lompat sebanyak 1000 kali dalam dua hari.
Jika dalam dua hari tidak habis, maka mereka akan mendapatkan bunga latihan. Sehingga, semakin banyak menunda akan semakin banyak.
"Capeknya memang luar biasa. Tapi setelah kemarin sampai ke final rasanya terbayar banget," tutupnya. (*)