Setelah cukup lama puasa gelar, SMA Regina Pacis Bogor akhirnya berhasil keluar menjadi juara. Tim basket putra Recis (julukan SMA Regina Pacis) menyudahi puasa gelarnya pada Honda DBL West Java Series musim kemarin.
Terbayar lunas sudah keringat deras yang mengalir dari anak asuhan Fajar Maulana ini. Tapi, untuk merengkuh trofi basket bergensi tingkat pelajar ini tidaklah mudah bagi Recis. Pasalnya, mereka hampir tidak ambil bagian pada seri Jawa Barat tahun kemarin.
Fajar Maulana selaku pelatih kepala menyatakan, persiapan yang panjang dari anak didiknya penuh lika-liku. Beberapa konflik internal sempet terjadi. Namun, akhirnya mereka bersatu. Membangun visi bersama, menjelma menjadi pemegang titel raja Jawa Barat.
“Setelah kalah pada game pertama pada musim 2018, saya merasa bersalah ketika itu. Kami jauh dari target. Padahal anak-anak begitu yakin bisa menang,” paparnya. “Setelah itu tim inti kami sempat pecah karena kecewa satu sama lain dan ada beberapa yang sempat keluar dari tim,” lanjutnya.
Dengan kegagalan di awal laga itu, Coach Fajar mulai meramu kembali timnya. Ia mencoba melakukan pedekatan pada timnya. Dirinya yakin, masih ada semangat juang dari anak didiknya. “Saya coba berbicara secara pribadi ke mereka, mengenali karakter mereka secara personal. Baru setelah itu mereka kembali dan siap berlaga di Honda DBL 2019,” lanjutnya.
Untuk menngenal karakter pemainnya, Coach Fajar melakukan pendekatan dengan mendengarkan keluh kesah mereka. Baik soal basket maupun bukan. Terkadang pelatih berusa 26 tahun itu juga memberikan tantangan serta apresiasi seandainya bisa bermain baik untuk tim.
“Kadang mereka saya tantang atau diberi hadiah. Mereka juga bukan cerita soal basket saja, ada yang berbicara urusan pribadi juga. Jadi saya kenal karakter mereka,” ucapnya.
Pendekatan personal itu terbukti ampuh. Tim Recis pun telah terbentuk kokoh kembali. Visi bermain mereka mulai terbentuk. Dari situ Coach Fajar mulai memasukkan latihan untuk kembali memperkuat fundamental basket tim.
“Setelah mereka saling kenal satu sama lain. Saya mula berikan drill dengan variasi berbeda yang kemungkinan terjadi di pertandingan, beberapa kali juga kami melakukan scrimmage untuk menemukan strategi yang cocok untuk tim,” ujarnya.
Persiapan matang Recis yang diolah dari setahun sebelumnya, ternyata masih menemui rintangan. Rasa trauma kegagalan pada laga pertama edisi 2018, sempat menghantui mereka. Coach Fajar sadar akan itu. Anak didikannya sempat bermain kurang percaya diri. Tapi, itu bisa teratasi berkat “gempuran” motivasi darinya.
“Trauma di game pertama sangat terasa. Saya terus beri motivasi untuk lepas dari pressure dan percaya terhadap tim. Syukur setelah lewat game pertama mereka sudah mulai menikmati pertandingan,” cetusnya. Hal itu pun berujung manis, Recis dapat mengalahkan SMAN 2 Bandung di final Seri Jawa Barat.
Tapi, Coach Fajar merasa perjuagan belum usai. Dirinya masih ingin bisa membawa Recis juara lagi. “Target baru kami yaitu untuk back-to-back champion. Saya masih akan coba dekati mereka apalagi akan ada perubahan komposisi pemain,” pungkasnya. (*)