Tim putri SMA Santo Aloysius Bandung tampil menggila musim lalu. Mereka berhasil masuk fantastic four Honda DBL West Java Series-South Region. Bahkan, tim polesan William Yang itu bisa tembus babak final Championship Series. Meski harus puas menduduki posisi runner-up usai takluk dari SMA BPK Penabur Cirebon, performa srikandi Aloysius patut diacungi jempol.

Apalagi pemain muda yang melakoni debut atau rookie. Salah satunya Carmel Gabriel Sundjaja. Garda berusia 16 tahun itu menempati peringkat pertama Top Assists Honda DBL West Java Championship Series tahun kemarin. Dari total 21 assist yang dihasilkan 17 diantaranya tercipta saat ia membela Aloysius di Championship Series.

Belum lagi torehan poinnya. Carmel masuk jajaran tiga besar top points Honda DBL West Java Championship Series. Dari total 72 poin yang dikemasnya. Carmel membukukan 37 poin di Championship Series. Bagi seorang rookie ini merupakan torehan yang sangat baik untuk mengawali karir di Honda DBL.

Ternyata, keberhasilannya ada pada resep latihan yang ia jalani. Pemain dengan tinggi 160 sentimeter itu kerap berlatih shooting. Ia sadar posturnya yang tidak terlalu besar, membuatnya sulit untuk merangsek ke dalam pertahanan. Karena itu Carmel memanfaatkan diri untuk bermain dari luar paint area.

“Biasanya seminggu bisa 3 sampai 4 kali. Tapi, kalau persiapan tanding bisa satu minggu penuh. Jadi biasanya 5 kali khusus drill plus latihan private shooting dan dua harinya untuk jaga fisik,” ucapnya.

Biasanya Carmel punya target tiap harinya untuk berlatih shooting. Biar terbiasa saat mengolah bola di lapangan. “Aku punya target, misalkan hari ini latihan medium shoot harus masuk 25, kalau gagal coba terus dan diperbaiki,” tandasnya.

Selain itu, ia juga punya kebiasaan mengolah mindset atau bermain dengan pikirannya sendiri. Hal ini ia lakukan agar bisa fokus dan konsentrasi, juga tidak tegang saat bertanding.

“Setiap game aku selalu nerapin mindset untuk bisa ngasih yang terbaik. Suka nerasa sia-sia kalau setengah-setengah setiap game. Udah latihan capek dan dikasih kepercayaan tanding, ya harus main maksimal,” paparnya.

Dengan pola pikir seperti itu membuat ia tampil impresif di lapangan. Baginya kepercayaan benar-benar tidak bisa dibayar dengan apapun. Selain dengan membuktikan diri atas kepercayaan tersebut. “Dikasih kepercayaan jadi harus bisa meyakinkan diri atas kepercayaannya,” pungkasnya. (*)

Populer

Trilogi Final DBL Jakarta: Bulungan Makin Komplet dengan Kombinasi Pemain!
Drama Overtime Antarkan SMAN 1 Pacet Mojokerto ke Playoffs
Awaluddin Hatta Ingin Kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM Makassar
Pantang Menyerah, Zikra Ingin Tutup Masa SMA dengan Manis di DBL Camp
Final Sengit! Smansa Bawa Misi Balas Dendam untuk Resman...