Bagi kalian para student athlete yang baru aja lulus dari bangku SMA tahun ini. Dan bersiap melanjutkan ke level universitas. Wajib simak baik-baik saran dari Kak Azzaryan Pradhitya, alumni Honda DBL yang kini bermain di level profesional bersama tim Bank BPD DIY Bima Perkasa.
Menurut point guard andalan tim SMAN 6 Surabaya pada Honda DBL East Java Series edisi 2009 ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dan dikuasai oleh seorang student athlete. Agar bisa survive di kancah kompetisi atau turnamen antaruniversitas.
Tiga hal utama itu adalah stamina, skill dan mental. Menurut Adit (sapaan akrab Azzaryan Pradhitya), seorang pemain mesti menguasai tiga hal utama itu karena level kompetisi di SMA dan Universitas tentu berbeda.
"Tentunya, dalam setiap level kompetisi ada peningkatan. Begitu pula dari SMA ke Universitas. Seorang pemain yang jago waktu main di SMA, bisa jadi enggak terpilih masuk starter atau sekadar roster tim di universitas. Karena persaingan antarpemain dalam tim juga begitu kompetitif,” papar Adit.
Maka dari itu seorang pemain harus betul-betul banyak berlatih. Pertama, menurut Adit, tentu harus memiliki skill yang mumpuni. Tapi itu saja enggak cukup, seorang pemain juga enggak boleh males buat ningkatin stamina.
"Skill tentu saja harus punya. Tapi jangan lupa sama stamina atau endurance. Karena level kompetisinya meningkat, seorang pemain harus meningkatkan ketahanan fisik. Supaya bisa menunjukan performanya di lapangan,” jelas Adit.
Aspek yang terakhir dan menentukan adalah mental. Tanpa mental yang baik, seorang pemain takkan bisa mengeluarkan seluruh kualitasnya di lapangan. Apalagi ketika menghadapi pemain-pemain lawan yang juga mumpuni dalam permainan.
"Mental ini aspek terakhir tapi paling penting. Kompetisi di level universitas itu bakal lebih keras. Secara fisik dan mental. Seorang pemain harus benar-benar terbentuk dengan baik. Tiga aspek ini harus dikuasai semuanya ketika kita ingin bermain di kancah universitas,” tuturnya.
Selain tiga hal tersebut, Adit juga mengatakan bahwa seorang pemain di level universitas meski belajar untuk menjalankan sistem permainan. Berbeda dengan basket di kancah SMA yang masih sering menggunakan pola one man show di kancah universitas, permainan ditentukan dengan pola yang menggerakan seluruh pemain dalam tim.
"One man show di tingkat SMA masih bisa digunakan sebagai pola karena skill tim satu dengan yang lain enggak merata. Tapi kalo di level universitas lebih baik seorang pemain fokus untuk mengulik satu atau dua posisi aja. Jadi untuk memenangkan pertandingan, sebuah tim perlu memiliki banyak pola atau pattern dalam sebuah game,” pungkasnya. (*)