Dalam kondisi normal seharusnya saat ini banyak sekolah menengah atas yang gencar mempersiapkan tim menyongsong musim baru DBL. Para juara bertahan pasti mengatur strategi supaya tidak kehilangan trofi. Sementara tim lain sedang menyusun cara untuk melengserkan kampiun musim sebelumnya.
Tetapi kenyataannya tahun ini harus dilalui berbeda. Pandemi covid-19 membuat persiapan yang hampir matang buyar seketika. Pembatasan sosial memaksa tim untuk tidak bertemu di lapangan dan menggantinya dengan latihan virtual.
Hanya saja tidak semua tim sanggup untuk latihan dengan cara baru itu. Salah satunya SMAN 3 Bukittinggi. Sudah tiga bulan ini baik tim putra maupun putri sudah off latihan sama sekali.
Coach Heru Ferdianto Eka Putra mengungkapkan, keterbatasan perangkat elektronik yang dimiliki oleh para siswa menjadi penyebab mandeknya latihan. Tidak semua anak punya laptop maupun handphone.
Pernah sekali waktu Heru memberikan program latihan mandiri di rumah, namun belum ada kesempatan untuk evaluasi hasilnya.
"Saya tidak mungkin memaksakan mereka harus punya laptop untuk latihan. Saya pernah coba pakai handphone, tapi nggak terlalu efektif," ucap coach pelatih 27tahun itu.
Kondisi itu praktis membuat coach Heru khawatir. Tidak ada aktivitas di lapangan tentu bakal sangat berpengaruh terhadap performa tim nanti.
Padahal sejak Honda DBL West Sumatera Serie 2019 berakhir, SMAN 3 Bukittinggi sempat melakukan berbagai persiapan. Mulai dari penyusunan tim baru, try out antar sekolah maupun luar kota untuk cari lawan tanding.
"Rencananya 2 Juni mulai latihan, karena kami dapat kabar kalau PSBB di Bukittinggitidak diperpanjang dan mulai new normal," ujar coach Heru.
Saat ini ia berusaha mendapat izin dari orang tua siswa agar seluruh pemain bisa kumpul dan latihan lagi. Tentu saja dalam koridor social distancing.(*)