Seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Frasa ini cocok menggambarkan bagaimana Annisa Widyarni berada di posisinya sekarang. Ia adalah penggawa Surabaya Fever. Serta menjadi bagian tim nasional Indonesia di SEA Games 2019 lalu.

Dari balik itu semua ada sebuah cerita unik yang membuat Awe, sapaannya, semakin semangat berlatih. Semua berawal pada 2008 silam. Pada saat berada di Surabaya, ia menyempatkan mampir ke DBL Arena yang baru selesai dibangun. 'Theatre of Dream-nya' para pemain Honda DBL.

"Aku minta difotoin di depan DBL Arena. Waktu aku SMP, liga basket DBL ini menjadi salah satu impiannya anak-anak basket. Rasanya bangga sekali dulu bisa foto di sini," ujar alumni SMA Al-Azhar BSD tersebut.

Momen itu pun datang pada 2011 lalu. saat itu ia menjadi salah satu pemain yang membela timnya di Honda DBL Seri Banten. Sayang Awe dan timnya harus pulang lebih cepat. Ia kalah di laga pertama yang menggunakan sistem gugur.

Kesal dan kecewa pun sempat dirasakan Awe. Namun, ia tak mau berlama-lama terpuruk. Cewek kelahiran tahun 1995 ini pun bangkit dan kembali berlatih. Intensitas latihannya pun semakin giat. Hal inilah yang bisa mengantarkannya melangkah kembali ke Surabaya. Sebagai student athlete yang bersaing dengan ratusan pemain basket pelajar terbaik di Indonesia.

"Pada musim 2011 saya terpilih DBL Indonesia Selection Team dan berangkat ke Australia. Lalu pada 2012 kembali ke Surabaya lagi. Aku ke DBL Arena dan terpilih menjadi skuad All-Star. Rasanya seperti tidak menyangka," tambahnya.

Mimpi Awe masih belum selesai. Ia masih ingin melanjutkan karier basketnya dengan menembus tim nasional. Satu hal yang selalu ia lakukan adalah menuliskan mimpinya ke dalam sebuah buku. Lengkap dengan apa yang akan ia lakukan dalam kesehariannya untuk meraih mimpi.

Ada banyak sekali list to do yang ia tuliskan dalam buku hariannya. Tujuannya, agar ia lebih terarah dan mampu mengukur kemampuannya saat berlatih.

"Jadi di sana aku bercerita hari ini aku selesai latihan apa aja. Lalu merasa kurang di bagian apa. Jadi besoknya harus diperbaiki. Karena, kalau di level profesional, pemain dengan latihan yang banyak akan terlihat. Kalau jarang dan malas-malasan ya gitu-gitu aja hasilnya," ujar Awe.

Awe berpesan bahwa kerja keras adalah kunci segalanya. Tanpa berlatih yang keras, maka seseorang tidak akan berkembang. Dan yang terpenting adalah menikmati prosesnya.

"Aku pun pernah menjadi pemain dengan minute play-nya sedikit. Baik di kelas profesional maupun nasional. Tapi bukan berarti harus murung dan putus asa. Aku masih bisa tetap memberikan support ke teman-teman. Hal ini justru sangat dibutuhkan di dalam tim," tuturnya.(*)

Yuk beli kaus 'DBL Region' dari Mainbasket untuk Bersatu Saling Bantu Penanganan COVID-19. Selengkapnya klik banner di bawah ini..

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Jadwal Technical Meeting DBL West Kalimantan 2024