PALEMBANG - Dua laga final Honda DBL digelar Sabtu (26/10) kemarin. Satu di ibu kota untuk memperebutkan gelar juara Honda DBL DKI Jakarta Championship Series, satu lagi di Palembang untuk menentukan siapa kampiun basket pelajar di Sumatera Selatan.
Di Palembang, tim putri SMAN 2 Lahat berhasil merebut gelar juara Honda DBL South Sumatera Series. Mungkin tak banyak yang tahu di balik prestasi itu ada peran sang kepala sekolah. Namanya Tri Turnadi. Perjuangan Tri Turnadi untuk anak didiknya agar meraih gelar bergengsi di Honda DBL kemarin ternyata begitu luar biasa.
DBL.id awalnya menerima cerita tentang Tri Turnadi ini dari pelatih SMAN 2 Lahat, coach Susan Meisaroh usai pertandingan final. Dalam wawancara itu coach Susan berulang kali mengucapkan terima kasih untuk Tri Turnadi. Salah satu yang membuat coach Susan terenyuh adalah perjuangan Tri Turnadi mengantarkan sendiri anak-anak SMAN 2 Lahat ke Palembang Sports and Convention Center (PSCC). Padahal jarak sekolah ke tempat bertanding itu tak dekat. Jaraknya sekitar 225 km. Butuh waktu 6 jam perjalanan.
"Selama tiga tahun berpartisipasi di DBL, kepala sekolah (Tri Turnadi) langsung turun tangan nyetirin anak-anak selama 6 jam dari Lahat ke Palembang. Di sini juga gizi anak-anak selama pertandingan pun benar-benar diperhatikan oleh Pak Tri yang juga manager tim. Jadi mereka bisa tampil maksimal, ungkap coach Susan, Sabtu (26/10). (Baca juga: Smandala Pertahankan Champion Berkat Dukungan Penuh Sekolah).
Nah, berawal dari cerita itu, tim DBL.id penasaran dengan Tri Turnadi yang juga merangkap manajer tim SMAN 2 Lahat itu. Akhirnya hari ini (28/10) tim DBL.id yang berada di Palembang tersambung dengan Tri. Ternyata Tri sosok yang sangat rendah hati.
"Owh kalau soal nyeterin anak-anak ke tempat lomba itu memang sudah biasa. Saya senang lakukan seperti itu untuk membuat anak-anak merasakan hal yang berbeda. Mereka jadi merasa benar-benar didukung oleh sekolah," kata Tri membuka wawancara.
Tri mengaku dalam lima tahun masa kepemimpinannya dia berupaya memfokuskan SMAN 2 Lahat punya prestasi di bidang olahraga dan seni. Oleh sebab itu sebisa mungkin ia mengupayakan fasilitas-fasilitas penunjang untuk anak-anak didiknya. Bagaimanapun caranya.
“Saya tidak mau mematahkan semangat anak yang ingin berprestasi, termasuk karena keterbatasan dana. Oleh sebab itu, sebisa mungkin saya berupaya turut mencari bantuan agar anak-anak dapat difasilitasi," terangnya.
Beruntung ada beberapa perusahaan di Lahat yang bersedia menjadi donatur. Juga para alumni sekolah tersebut tergerak membantu adik-adiknya. "Alhamdulilah semua kepercayaan dari pihak-pihak yang telah membantu dibalas prestasi oleh anak-anak,” ujarnya.
Tri mengaku selama ini dia selalu berupaya memberikan 'bonus' termasuk beasiswa untuk anak didiknya yang punya prestasi akademik maupun non akademik.
“Agar mereka merasa jerih payahnya dihargai oleh sekolah. Cara itu juga sekalian memotivasi siswa yang lain untuk mengeksplorasi prestasinya. Kami dukung, meskipun di bidang selain akademik,” tuturnya.
Tri mengaku dapat merasakan langsung apa yang dirasa anak asuhnya ketika mengikuti Honda DBL. Sebab, Tri sendiri juga punya background sebagai pemain basket di masa mudanya.
Sebelum terjun di bidang akademik, Tri mengaku sebagai seorang atlet basket di kota Palembang. Itu terjadi sekitar 90-an. Saat itu, ia termasuk salah satu atlet yang menjadi ujung tombak Bumi Sriwijaya.
Bahkan arsitek dari Smandala (julukan SMAN 2 Lahat), coach Susan Meisaroh termasuk anak didiknya saat dulu aktif di basket. Sekarang keduanya saling bahu membahu untuk meningkatkan prestasi basket Smandala. Susan sebagai pelatih dan Tri sebagai manajer tim.
"Jadi saya memang pernah merasakan di posisi mereka (tim basket SMAN 2 Lahat)," ujarnya. Menurut dia, kehadiran sosok orang tua sangat berpengaruh terhadap semangat dan mental anak-anak yang bertanding di lapangan. Oleh karena itu, Tri tak hanya memposisikan diri sebagia manajer, tapi juga orang tua bagi semua anggota tim SMAN 2 Lahat.
Menurut Tri, dukungan untuk anak-anak tak cukup dalam bentuk materi. Oleh sebab itu dia selalu berupaya turun ke lapangan untuk menyatakan dukungan kepada anak asuhnya.
"Kemarin sebenarnya di pertengahan laga DBL saya sempat mau pamit pulang sebentar. Saya ada keperluan keluarga yang harusnya saya datangi, tapi ngelihat anak-anak masih bertanding saya gak tega. Akhirnya gak jadi pulang," ungkapnya.
Saat partai final kemarin, Tri memang awalnya terlihat tegang. Tapi begitu buzzer berbunyi tanpa pertandingan berakhir, wajahnya sumringah. Sebab anak asuhnya berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan SMAN 3 Banyuasin III, 51-48. Laga partai final itu memang benar-benar berlangsung ketat. Pak Tri memang luar biasa, sehat selalu pak.(*)
Lagi senggang? baca update informasi-informasi seputar anak muda di mainmain.id yuk