JOGJAKARTA-Honda DBL memiliki jawaranya masing-masing di setiap series-nya. Di seri Jogjakarta, SMA Kolese De Britto menjadi salah satu tim yang mengoleksi gelar cukup banyak di sepanjang perhelatan liga ini. JB-sebutan SMA Kolese de Britto- meraih empat kali juara. Dua diantaranya berasal dari tangan dingin Nicko Andrean.
Coach Nicko, sapaannya, sudah tujuh tahun menangani anak-anak JB. Sepanjang karirnya itu, ia telah membawa JB dua kali menuju final. Raihan itu semakin istimewa ketika semua final yang berhasil ia tembus selalu berbuah juara.
Ia pun membagi kisahnya selama menangani JB. Dari tahun ke tahun, karakter anak asuhnya memang cukup berbeda. Meski begitu mereka tetaplah istimewa. Pasalnya ada karakter khas yang melekat pada anak-anak JB yang isinya cowok semua itu.
“Meskipun aktif di basket dan bermain oke, mereka tidak melupakan tugas utama sebagai pelajar. Yaitu belajar,” kata Nicko.
Bagi Nicko juara kompetisi basket sebanyak apapun tidak akan berarti bila raihan akademis anak asuhnya berbanding terbalik. Sebagai pelatih ia rela apabila tim asuhannya harus meninggalkan latihan basket untuk urusan pelajaran di sekolah.
“Bahkan seminggu sebelum DBL tahun ini mulai, kami hanya latihan 2-3 kali sepekan. Ini karena di sekolah, anak-anak sedang punya program untuk masing-masing kelas. Dan itu bukan masalah,” kata Nicko.
Hal ini terbukti dari torehan De Britto yang bagus di musim ini. mereka berhasil memenangi dua laga terakhir dengan skor yang sangat meyakinkan. Melawan SMAN 1 Pakem, mereka berhasil mengakhiri laga dengan skor 55-14. Sedangkan melawan SMAN 1 Sewon, mereka membawa pulang poin penuh dengan skor 36-13.
Meski begitu, Nicko menyebut timnya akan berusaha seoptimal mungkin untuk bisa mencapai target. Secara blak-blakan Nicko menyebut juara menjadi incaran mereka pada tahun ini. Ketika ditanya siapa kompetitor terberat mereka di kompetisi tahun ini, Nicko menyebut rival JB yaitu SMA Bopkri 1 sebagai saingan.
Meski begitu pertandingan melawan Bosa, julukan SMA Bopkri 1 Jogjakarta, tak ubahnya pertandingan lain. “Persiapan untuk permainan akan seperti biasanya. Kami akan lebih mengantisipasi hal-hal non-teknis seperti emosi para pemain. Ini wajar karena tensi pasti akan berbeda dan lebih tinggi,” tandasnya.