JAKARTA - The Lions (julukan SMAK 5 Penabur) punya key player yang juga kapten tim, Stanley Hidayat yang menarik banyak perhatian dengan penampilan impresifnya di lapangan. Sebenarnya, Stanley bukan nama baru di gelaran Honda DBL DKI Jakarta Series. Tahun lalu pemain berposisi forward ini juga ikut membela The Lions hingga mampu membawa timnya menjadi juara North Region dan masuk jajaran tim finalis Championship Series.
Stanley juga merupakan satu-satunya perwakilan dari second team Jakarta musim lalu yang masih konsisten dengan permainanya. Karena dapat mempertahankan timnya melaju ke babak Championship Series tahun ini. Student athlete berusia 18 tahun ini juga memiliki history yang cukup moncer saat ikut Honda DBL Camp 2018. Saat itu, dia berusia 17 tahun berhasil masuk dalam Best 24 Campers.
Kegarangan Stanley masih dapat terlihat pada penampilannya tahun ini. Dengan catatan minute per game mencapai 33 menit 2 detik ia berhasil menyumbangkan 81 poin dari 188 perolehan angka milik The Lions. Pemain dengan nomor punggung 10 ini juga tercatat dengan field goals mencapai 41,4 persen. Tak hanya berbahaya di lini penyerangan, saat melakukan defense Stanley juga tak kalah jago. Total rebound-nya di angka 36 kali dengan 3 blocks shoot-nya, ring timnya berulang kali diselamatkan dari kebobolan lawan.
Bicara speed dan kelincahan tak perlu dipertanyakan. Pasalnya, forwarda dengan tinggi 181 sentimeter bisa melihat permainan lawan. Terbukti dengan 7 kali steals yang sudah dilkakukan dirinya selama di North Region tahun ini. Tak tertinggal 7 kali assists-nya menunjukkan dirinya dapat bermain secara tim.
Ternyata pemain yang populer dengan aksi behind the backnya ini sudah bermain basket sejak berusia 8 tahun. Atau sejak masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Kakak laki-lakinya adalah sosok yang membuatnya menekuni basket, Stanley mengenal dan banyak belajar tentang basket dari sang kakak.
“Aku awalnya nggak tertarik sama basket. Tapi sekali liat koko main basket jadi tertarik dan merasa seru aja main basket. Jadi aku tekunin deh sampai sekarang. Aku banyak belajar basket dari koko, dari fundamental sampai teknik-teknik gitu koko yang ajarin,” ungkapnya.
Keluarga bagi Stanley adalah tempatnya belajar. Selain belajar basket dari sang kaka, ia juga menjadikan ayahnya role model. Terutama dalam bertindak selaku kapten di tim. Berkaca pada sikap ayahnya yang selalu mendahulukan keluarga di atas segalanya, membuat Stanley juga selalu ingin menempatkan kepentingan tim di atas keinginan pribadinya.
Apalagi musim ini adalah kali terakhir Stanley dapat bertanding bersama The Lions. Dirinya sudah menginjak kelas XII. Jadi ia ingin memberikan yang terbaik bagi timnya. Dan membuktikan The Lions masing punya taring di liga basket pelajar terbesar se-Indonesia ini.
Pemain basket yang mengidolakan Joel Embiid ini memiliki motto hidup yang cukup dalam dan ambisius. “Be phenomenal or be forgotten”.