Lika-liku perjalanan tim putri SMAN 70 Jakarta untuk bisa jadi juara Honda DBL with Kopi Good Day 2024 Jakarta. Yup, keberhasilan mereka menjadi juara DBL Jakarta menahbiskan putri Bulungan menjadi sekolah pertama yang sukses menjaga takhta selama empat musim beruntun.
Kemenangan Bulungan musim ini juga semakin spesial. Sebanyak dua kali mereka berhasil mengangkat piala di Indonesia Arena. Namun ada cerita di balik perjalanan Bulungan mengamankan gelar juara musim ini.
Baca juga: Shinta Salsabila Membalikkan Momentum
Kali ini cerita datang dari Ronald Moses, asisten pelatih SMAN 70 Jakarta. Mengapa coach Ronald? Mudah saja alasannya. Coach Ronald menggantikan peran sentral coach Paul Mario (kepala pelatih SMAN 70 Jakarta) pada kuarter terakhir. Pada waktu itu Bulungan tertinggal dari Jubilee saat memulai kuarter pemungkas.
Baca juga: Ricky Lesmana, Mengatasi Deja Vu dan Membangun Spirit Juara di Bukit Sion
Simak obrolan tim DBL Play bersama coach Ronald di bawah ini.
Mungkin ini bukan kali pertama buat coach Ronald menggantikan tugas kepala pelatih. Pada final kemarin sepertinya bakal jadi pengalaman berbeda buat coach Ronald. Kalau dari sudut pandang coach Ronald bagaimana cara menghadapi tekanan dan menggantikan tugas coach Paul Mario?
Hahahahahaha. Jujur ini yaaa, badan gemetar, jantung hampir berhenti. Saya harus tetap menjaga kesadaran penuh agar jangan sampai pressure itu mendominasi saya. Kesadaran penuh ini membuat saya bisa berpikir tenang untuk mengatur strategi.
Badan gemetar. Kenapa sampai segitunya coach?
Kemarin itu baru pertama kali ditonton 14 ribu orang. Lihat pemain sudah pada nangis dan tegang. Lihat parents pengen juara. Kita juga gak pernah mimpin setiap kuarter. Ditambah gak ada yang asisten yang support saya selama kuarter empat. Lengkap banget deh pressure-nya.
Legaaaaaaaaa!
Kalau soal gim final. Baru tahun ini Bulungan selalu tertinggal hampir sepanjang kuarter. Bikin penonton senam jantung. Ada komentar coach?
Benar sekali. Gim final tahun ini berbeda dengan tahun lalu dan dua tahun lalu. Tahun ini sangat ketat. Kedua tim punya kemampuan yang sama. Tinggal siapa yang fokus sampai akhir dan punya mental fighter itu yang menang.
Alhamdulillah kami bisa menang lagi. Kuarter empat bisa dilihat kan spirit anak-anak naik dan sedikit ngotot. Bermain di GOR lain dan saat di Indonesia Arena jelas berbeda.
Coach, ini kan sejak 2021, Bulungan sudah jadi juara. Terhitung sudah lima kali juga ke final. Konsisten di tengah gempuran sekolah-sekolah swasta. Seistimewa apa sih SMAN 70 Jakarta ini?
70 itu support system-nya luar biasa. Mulai dari kepala sekolah sampai jajaran guru-gurunya. Armada Bulungan, dancer, sampai parents semua sangat amat support. Dan 70 selalu dapeat pemain yang cerdas dalam hal akademik juga.
Karena kan untuk masuk 70 memang harus bersaing ketat lewat sistem PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Berbeda dengan sekolah swasta yang memang punya program sedikit lebih mudah.
Nah. Justru jadi anomali gak sih dominasi 70 ini?
Nah itu dia. Regenerasi kita Puji Tuhan cukup bagus sejak 2021 waktu itu juara DBL pertama kali. Menurut saya sejak saat itu 70 punya daya tarik tersendiri untuk anak-anak basket.
Apalagi SMAN 70 Jakarta punya track record yang baik untuk jalur undangan universitas negeri dan swasta. Jadi seperti dapet dobel bonus. Prestasi basket dan masuk universitas negeri peluangnya besar.
Terakhir coach. Kembali ke pertandingan. Kuarter terakhir, apa yang selalu diomongkan sama coach Ronald setiap tim lawan mengambil timeout atau saat 70 mengambil timeout?
Kuarter keempat tidak banyak hal teknis yang saya berikan. Justru bagaimana membangun spirit bertanding mereka untuk keluar dari pressure. Bisa dibilang 70 persen motivasi dan sisanya soal teknis dan sistem bermain.
Baik coach. Saya rasa cukup, terima kasih banyak atas waktunya, coach Ronald.
Sama-sama.
Profil coach Ronald bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap)
