Masih teringat jelas pertempuran panas final DBL Jakarta musim lalu. Bagaimana kedua tim (SMA Jubilee Jakarta dan SMA Bukit Sion Jakarta) saling berbalas angka demi bisa memastikan diri menjadi juara.
Paling terbayang adalah bagaimana aksi Efrael Yerusyalom kala melantun di Indonesia Arena. Sebagai seorang ruki ia sukses memberi kejutan yang mungkin tak bisa ia lupakan sepanjang kariernya bermain basket.
Tembakan tiga angkanya pada dua pengujung kuarter merubah keadaan dan membangkitkan harapan. Apalagi tembakan tiga angkanya yang membuat Buksi menutup kuarter ketiga dengan keunggulan.
Menariknya di sini. Pada kuarter pemungkas, Efrael seolah tak berkutik. Efrael yang sudah pana sedari kuarter awal dihentikan lajunya dalam mencetak poin di kuarter akhir.
Alasan kelelahan barangkali menjadi alasan masuk akal mengapa Efrael kewalahan dalam mencetak angka di kuarer pemungkas. Toh, tenaga Efrael habis untuk melakukan tusukan ketimbang mengambil tembakan jarak menengah.
Efrael sadar betul saat itu lajunya dihentikan di kuarter terakhir. Sosok yang menghentikannya adalah Hosea Yedija, salah satu garda andalan Jubilee.
Baca juga: Kisah Trilogi Final DBL Jakarta, Tahun Ini Siapa yang Punya?
Dimaz Muharri, mantan pebasket profesional juga setuju bahwa Hosea menjadi kartu as Jubilee dalam merengkuh gelar juara musim lalu.
“Defense dia bagus. Anaknya juga tough. Bahaya banget memang,” ujarnya. Apalagi Dimaz menilai Hosea punya keunggulan dalam membaca pergerakan lawannya, “Kalau anak ini dapat intercept or steal, ofense Jubilee jadi lebih gampang. Sebenarnya mau Jubilee atau Buksi keduanya sama-sama bisa ambil juara tahun ini,” ungkapnya.
Jika musim lalu Efrael dibuat kewalahan karena penjagaan ketat ala Hosea. Maka musim ini menjadi titik balik Buksi. Menurut Dimaz, membuat Hosea sering melakukan rotasi dan kecapekan menjadi salah satu cara untuk meredam garda andalan Jubilee tersebut.
“Outside harus jalan. Biar Hosea rotasi dan kecapekan. Play as a team,” sambungnya.
Baca juga: Most Anticipated Player Final DBL Jakarta Versi Rocky Padilla
Selain itu, Dimaz memberi jawaban yang barangkali menjadi salah satu faktor mengapa Buksi gagal mempertahankan keunggulan mereka di kuarter pemungkas musim lalu.
Rapat! Pertahanan Hosea begitu rapat dan membuat Efrael dan mimpinya mengangkat piala terpendam
“Jangan attack dari orang yang dijaga Hosea. Pemain Buksi ini cepat-cepat. Manfaatkan itu. Play fast but don’t rush,” terangnya.
Yup, musim lalu Efrael memang menjadi salah satu motor serangan Buksi. Ketika ia diredam oleh Hosea, Buksi hilang arah.
Musim ini menarik untuk melihat bagaimana Hosea dan Efrael saling menjaga satu sama lain. Final DBL Jakarta kembali digelar di Indonesia Arena. Partai final berlangsung Jumat, 6 Desember 2024. Sampai ketemu di sana!