Tim putra SMA Jubilee Jakarta tengah mempersiapkan diri menyabet gelar ketiga atau three peat di Final Honda DBL with Kopi Good Day 2024 Jakarta Championship pada 6 Desember mendatang.
Sejak tahun 2022, Jubilee selalu tampil konsisten dan belum merasakan kekalahan. Catatan impresif itu kembali membawa mereka ke Final di Indonesia Arena untuk yang kedua kali.
Di balik solidnya penampilan Jubilee, ternyata apresiasi terhadap pemain menjadi salah satu faktor mereka menjadi juara di DBL Jakarta sejak tahun 2022. Pelatih Jubilee, Hoei Maechel mengakui sosoknya yang gahar ketika di lapangan, namun ia juga mengatakan kerap memberikan apresiasi terhadap anak didiknya ketika bermain sesuai instruksinya.
Baca juga: Road to Final DBL Jakarta Digelar di Cilandak Town Square! Catat Tanggalnya...
"Saya itu kalau melatih menerapkan sistem reward and punishment, kalau lo main yang bagus ya gue applause setinggi-tingginya. Tapi kalau lo main jelek, ya gue punish. Semua demi kebaikan mereka. Tapi, ya, buktinya anak-anak masih ketawa-ketawa sama saya, masih suka main juga yang artinya saya gak semenyeramkan itu," ucap Maechel sembari tertawa.
Maechel turut memberikan kritik terhadap para pemain Jubilee ketika performa mereka menurun. Ia mencontohkan ketika Jubilee menghadapi SMAN 26 Jakarta saat babak Fantastic Four DBL Jakarta Championship silam. Para pemain Jubilee dinilai Maechel tidak fokus, lantaran terbuai dengan tiket ke Final DBL Jakarta di Indonesia Arena.
"Hal simpel seperti 'kamu hari ini main bagus loh' itu udah termasuk apresiasi kan. Kalau saya selalu fair, saya selalu bilang ke anak-anak supaya dia dan temen-temennya tau. Ada aja kan yang bilang 'eh jangan dipuji nanti jadi menurun' tapi saya akan puji anak-anak saya kalau emang mereka lagi main bagus," lanjutnya.
Pemberian apresiasi pelatih kepada pemain dapat berpengaruh pada kualitas bermain di lapangan. Hal tersebut juga akan berpengaruh pada kepercayaan diri serta mentalitas tim.
Hal tersebut diyakini Maechel yang menjadi pelatih tim putra Jubilee sejak 2020 lalu. Ia ingin anaknya tampil percaya diri, sehingga apresiasi kepada Kenneth Leebron Huang dan tim diyakini sang pelatih perlu diberikan.
Baca juga: Spesial! Timothy Marvel Tatap Indonesia Arena Bareng Ibunda Tercinta
"Apresiasi itu kan berpengaruh pada kepercayaan diri anak. Gimana bisa kalau kami mau anak-anak tampil percaya diri kalau kami gak kasih mereka apresiasi. Bisa kan dilakukan dari hal-hal yang simpel," ucapnya.
Maechel menceritakan pengalamannya saat dulu masih aktif menjadi pemain. Ia merasakan adanya tembok pembatas yang begitu tebal antara pemain dengan pelatihnya kala itu.
Berangkat dari hal tersebut, Maechel tidak ingin membangun batasan yang terlalu jauh dengan para pemainnya. Hasilnya, lanjut Maechel, ia kerap menghabiskan waktu bersama dengan para pemainnya di luar lapangan. Hal ini dinilai Maechel sebagai wujud Jubilee yang solid.
"Pelatih itu kan pernah ngerasain jadi pemain. Ngerasain dulu gimana dilatih sama pelatih yang galak banget, bener-bener ngasih jarak. Saya memang tetap ngasih batasan ke pemain tapi gak mau terlalu jauh, saya juga ingin bisa jadi entah temannya, kakaknya, termasuk seperti orang tuanya di lapangan," tutur sang pelatih.
Satu tantangan terakhir Jubilee menuju three peat, Maechel mengaku sulit mempertahankan capaian Jubilee. Namun ia meyakini, partai kontra SMA Bukit Sion Jakarta nanti akan berjalan seru dan siap memberikan kemampuan yang maksimal demi yang terbaik untuk suporter yang hadir.
Akankah kepercayaan diri setiap pemain Jubilee ini bisa kembali mempertahankan gelar juara mereka atas Buksi? Atau justru Jubilee akan tergelincir dan Buksi yang revans? Saksikan Final DBL Jakarta di Indonesia Arena pada 6 Desember 2024 nanti.
Ikuti terus serial Jubilee Membangun Dinasti Baru di DBL Play!
Bagian 1: Haru dan Bangga dari Orang Tua Temani Setiap Langkah Michelle Suteja
Bagian 2: Pembinaan Sejak SD, Begini Cara Jubilee Bangun Tim demi DBL Jakarta!
Bagian 3: "Senjata" Tersembunyi di Balik Kepercayaan Diri Pemain-pemain Jubilee