Honda DBL with Kopi Good Day 2024 DI Yogyakarta memang telah berakhir sejak Sabtu, 9 November 2024. Meski telah usai dua hari lalu, cerita-cerita menarik akan selalu diwartakan untuk beberapa pekan ke depan.
Kali ini cerita datang dari dominasi skuad putra SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. Skuad Bosa namanya. Keberhasilan putra BOSA menjadi jawara di ajang DBL Jogja 2024 menjadi bukti bahwa mereka sungguh mendominasi.
"Kalau dibilang mendominasi mungkin iya. Tapi, sekolah-sekolah lain juga sudah mulai berbenah. Mereka juga mulai mengejar buat menyaingi kita. Menurut saya itu bagus sih buat beberapa tahun nanti," ungkap Ichsan Gigih, asisten pelatih BOSA.
Terhitung ada sepuluh piala DBL yang ada di sekolah mereka. Mereka menjadi sekolah terbanyak di wilayah Yogyakarta yang memiliki piala DBL. Belum lagi fakta bahwa putra BOSA tak pernah kalah sejak musim 2016. Hal tersebut semakin lengkap dengan kalimat mendominasi.
Cerita kali ini bukan bagaimana BOSA membangun sebuah tim dan merubah sudut pandang awam. Cerita kali ini justru bagaimana BOSA menjadi pelecut tim-tim lain yang berpartisipasi di DBL Yogyakarta. Mengapa demikian?
Hadirnya BOSA yang mendominasi perebutan gelar DBL Yogyakarta membuat tim-tim lain getol untuk bisa bersaing. Tertantang untuk mengalahkan BOSA yang namanya melegenda di DBL Yogyakarta. Ada? Banyak.
Baca juga: Mama Nribun Langsung Bikin Lingga Wisnujati Moncer dan Bawa BOSA ke Semifinal!
Musim ini saja BOSA nyaris dipulangkan oleh dua sekolah. Langkah BOSA memang terbilang mulus di babak grup. Memasuki babak playoffs, BOSA sedikit kewalahan. Bahkan mereka nyaris pulang andai musim ini BOSA tak punya mental juara.
Pertama yang hampir menjegal BOSA mempertahankan takhta ketujuh mereka secara beruntun adalah SMA Budi Utama. Datang ke babak playoffs sebagai tim kuda hitam, Budi Utama mengancam BOSA lewat pola permainan yang atraktif.
Alih-alih menyerang BOSA dari tusukan-tusukan, Budi Utama justru memberi pelajaran BOSA lewat tembakan dua angka dan tembakan gratis. Secara statistik Budi Utama juga tak tertinggal jauh.
Bahkan mereka berhasil membuat BOSA mencetak 17 kali kesalahan (turnover). Sedangkan Budi Utama hanya 15 kali selama empat kuarter. Di skuad Budi Utama, hampir seluruh pemainnya merupakan kelas 10 SMA.
Fenomena ini juga menjadi bukti bahwa Budi Utama juga ingin menghancurkan dominasi BOSA. Tidak untuk musim ini. Melainkan untuk dua atau bahkan empat musim berikutnya.
Baca juga: Tak Pernah Kalah Sejak 2016, BOSA Raih Gelar Kesepuluh DBL Yogyakarta!
Pada laga perebutan tiket Final Party, langkah BOSA juga nyaris terhenti. Kali ini giliran SMAN 4 Yogyakarta (Patbhe). BOSA menang dengan selisih tidak lebih dari dua digit poin. Bahkan persentase tembakan BOSA sedikit lebih jelek ketimbang lawannya, Patbhe.
BOSA yang menembak di dalam garis tripoin sebanyak 61 kali hanya berhasil memasukkan 20 kali. Sebaliknya Patbhe justru berhasil memasukkan 18 dari 45 kali (40 persen).
Satu yang menjadi keistimewaan BOSA pada laga kali ini adalah ketenangan mereka. Total ada 30 kali kesalahan yang diciptakan Patbhe.
Pada partai final, nama harum Olifant di luar sana tak membuat BOSA gentar. Mereka justru berhasil melaju hingga hampir selisih 20 poin kala bertemu Olifant di partai final.
Tiga lawan BOSA ini yang barangkali bakal menyulitkan BOSA untuk musim-musim ke depan. Ketiganya punya kedalaman skuad yang oke. Budi Utama, Olifant, Patbhe juga punya beberapa ruki yang siap menjadi andalan pada musim depan.
Kehadiran tiga skeolah tersebut rasanya menjadi bukti bahwa dominasi BOSA di DBL Jogja tak membuat semua sekolah terlena, biasa saja, dan mewajarkan itu. Beberapa sekolah juga mulai berbenah dan mempersiapkan diri sejak lama.
Mendatangkan pelatih-pelatih beken hingga membangun sebuah tim lewata persiapan berjenjang. Barangkali satu dasawarsa BOSA juara menjadi alarm pengingat. Bukan bagi lawan-lawan BOSA.
Melainkan bagi BOSA sendiri untuk bisa menjaga teritori wilayah juara. Menarik untuk dilihat bagaimana perjalanan BOSA pada musim depan. Untuk saat ini rayakan pesta dan sampai jumpa, BOSA!