ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Masih teringat jelas waktu itu aku mulai terpapar DBL pas masih jadi anak SMP (Sekolah Menengah Pertama) kira-kira tahun 2015 sampai 2016. Waktu itu di Solo ada kompetisi JRBL dan aku sempat jadi pemain SMPN 5 Surakarta. Dari situ perjalananku dengan DBL tak pernah berhenti hehehe. Mungkin berhentinya cuman waktu pandemi saja ya.

 Tapi kan itu kepotong juga, jadinya gak kehitung lah. Terus masuk tahun 2016 itu aku masuk SMA tapi pas itu kan peraturannya DBL yang kelas satu SMA belum bisa ikut main. Karena hal itu aku mulai mengenal rasanya menjadi kru atau keluarga di DBL ya walaupun masih jadi panitia lepas ya.

Waktu itu aku jadi Table Operator Statistik. Kenapa kok aku memilih itu ya karena aku memang hobi basket sama ya hitung-hitung jadi tambahan uang saku saat itu.

Oh iya, dari pengalaman pertamaku sebagai seorang kru di DBL Solo, aku bisa beli sepatu basket sendiri. Lumayan buat modal tanding pas tahun kedua di SMA kan. Nah, pas tahun kedua aku baru bisa main DBL sebagai student athlete di SMAN 2 Surakarta. Wwalaupun belum bisa berbicara banyak pas tahun pertamaku tanding sebagai student athlete, tapi itu pengalaman yang berharga sih.

Nah, pas tahun terakhirku (kelas tiga SMA), aku sempat ditawarin buat jadi Table di DBL. Bingung tuh aku. Soalnya aku ya masih pengen buat main di DBL kan, nah kalau jadi kru juga lumayan buat uang jajan kan.

Akhirnya aku memutuskan buat tetap jadi pemain. Soalnya aku ingin merasakan bagaimana bermain basket dengan sekolah pas tahun terakhir. Ya, walaupun waktu itu sekali main dan kalah.

Setelah lulus SMA waktu itu tahun 2019 aku sempat bingung mau lanjut kuliah di mana. Aku cuman bilang ke diriku sendiri kalau aku suka olahraga tapi aku gak tahu mau ambil jurusan apa.

Nah, aku sempat diarahkan sama coach Mike (Mikhael Bagus, pelatih SMA Kalam Kudus Sukoharjo) buat ambil jurusan olahraga. Ya, sudah aku pilih jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi di FKOR UNS.

Puji Tuhan dapet berkat buat masuk di Olahraga UNS itu. Setelahnya juga langsung jadi Table Official bareng juga sama kakak tingkat yang jadi teman statistik dan sampai sekarang dia menekuni Statistik, namanya Deri Arya. Setelah itu kan DBL sempat berhenti karena pandemi. Selama pandemi itu aku mencari kesibukan tapi sambil tetap gak jauh-jauh dari basket. Akhirnya mulai melatih.

Banyak belajar juga waktu pegang SMAN 7 Surakarta. Awalnya itu tahun 2021 aku jadi asisten pelatih buat SMAN 7 Surakarta. Terus satu tahun berselang jadi pelatih SMAN 7 Surakarta di DBL Solo 2022. Sampai sekarang pun aku masih menganggap diriku ini sebagai seorang pelajar yang lagi belajar menjadi pelatih basket yang baik, tepat, sama benar tuh seperti apa.

Tahun 2023 lalu diajak coach Mike buat melatih sama belajar bareng. Di sana aku dipercaya buat pegang tim basket putranya SMA Kalam Kudus Sukoharjo. Ini seperti babak baruku di dunia kepelatihan. Aku dapat banyak pengalaman baru lah intinya di Kalam Kudus pas tahun pertama melatih (DBL Solo 2023).

Karena sudah menjadi pelatih, aku sedikit sedih. Perjalananku bersama DBL mungkin hanya sampai sini (menjadi pelatih partisipan DBL). Padahal kan masih banyak yang bisa aku ambil lagi dari DBL ketika menjadi seorang kru.

Benar saja, waktu awal tahun 2024 itu ternyata aku baru tahu kalau DBL bukan cuman basket. Ada SAC (Student Athletic Championship). Itu tuh semacam lomba di dunia atletik.

Januari 2024 itu aku diminta buat membantu kepanitiaan SAC di Solo. Awalnya sih aku sempat overthinking ini kan SAC beda sama DBL. secara cabang olahraga yang dilombakan saja beda. Aku yang bermodal pengalaman kepanitiaan di basket langsung oke-oke aja hahahaha. Waktu itu mikirnya hitung-hitung buat nambah pengalaman lain supaya lebih luas. Jadi kepanitiaan event itu capek.

Pastinya capek. Tapi seninya menurutku di situ. Banyak hal yang harus diperjuangkan lho ternyata. Mulai dari mencari peserta SAC Junior Challenge untuk anak-anak kota Solo. Waktu itu teman-teman panitia sendiri berhasil mencapai target.

Kalau gak salah melebihi deh angkanya. Pesertanya tembus 1600 lebih peserta yang ikut SAC Junior Challenge. Awalnya jelas gak menyangka bisa mencapai angka segitu.

Oh iya, SAC di Solo ini puncak acara dari SAC di beberapa kota besar seluruh Indonesia. Seperti DBL Camp mungkin ya. Nanti yang jadi juara satu berangkat ke Tiongkok.

Total aku sudah mengenal DBL itu hampir sepuluh tahun. Mulai dari aku masih jadi pemain, terus sempat ambil bagian sebagai panitia lepas, kembali lagi jadi pelatih, dan sempat jadi panitia lepas di wadah barunya DBL (baca SAC Indonesia).

Selama hampir sepuluh tahun itu banyak banget hal yang bisa didapat. Selain aku mengikuti perkembangan anak-anak basket level SMA, aku bisa membangun relasi dengan panitia maupun peserta.

Menurutku jadi kru di DBL itu bukan cuman sekadar menjadi panitia biasa saja. Menurutku jadi krunya DBL itu membantu dan mengembangkan orang-orang biar bisa berpikir kritis dan punya pengalaman berorganisasi yang bisa dipakai di masa depan dalam lingkup pekerjaan.

Meskipun selama perjalanannya ada beberapa hal yang menjadi batu sandungan, namanya orang berjuang pasti harus bangkit lagi. Karena to kerja keras tidak mengkhianati hasil. Sama seperti aku yang sudah mengenal DBL sejak masih SMP sampai sekarang. Banyak yang bisa aku ambil, banyak yang bisa aku terapkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Namaku Prinandito Yoga, saat ini aku menjadi pelatih tim putra SMA Kalam Kudus Sukoharjo. Aku dan DBL seolah tak bisa dipisahkan. Menjadi pelatih adalah babak baruku mengenal DBL sebagai sudut pandang seseorang yang selalu berdiri di pinggir lapangan. Ini masih awal dari babak baruku bersama DBL.

(Cerita ini ditulis langsung oleh Prinandito Yoga, Alumnus SMAN 2 Surakarta dan sekarang menjadi pelatih tim putra SMA Kalam Kudus Sukoharjo. Editor: Louise Dewangga/DBL Indonesia)

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY