JAKARTA - Setelah musim lalu berhasil menguasai Jakarta Selatan dan DKI Jakarta, putri SMAN 28 Jakarta kembali pertahankan asa mereka untuk mengulang hal serupa di gelaran Honda DBL DKI Jakarta Series-South Region tahun ini.
Tim asal Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini kembali rasakan partai final South Region usai taklukan SMAN 34 Jakarta pada partai semifinal lalu dengan skor akhir 43-31. Di partai final hari Rabu (25/9) nanti, SMAN 28 akan menjamu finalis baru Selatan, yaitu SMAN 70 Jakarta.
Keberhasilan tim putri SMAN 28 Jakarta mencapai final South Region musim ini tidak luput dari peran dua pemain milik juara bertahan ini. Kedua pemain tersebut adalah forward Keisha Hasna dan center Christabel. Bagaimana tidak, dari total 131 poin yang diciptakan oleh SMAN 28 selama tiga pertandingan, 106 datang dari dua pemain ini.
Sumbangan total poin kedua pemain ini bagi SMAN 28 mencapai 80,9 persen. Keisha Hasna menyumbang total 55 poin bagi timnya, sedangkan Christabel terpisah 4 poin dari kawannya, yaitu dengan 51 poin. Hal ini tentunya memberi sinyal Seventy (julukan SMAN 70 Jakarta) untuk memberi pengawasan khusus bagi dua motor serangan SMAN 28 ini.
Secara kolektif, SMAN 28 memiliki produktivitas yang cukup baik. Dari total tiga pertandingan yang telah dilakoni, persentase field goals per-game mereka mencapai 32,8 persen. Selain itu, Seventy juga harus berhati-hati ketika sedang menerapkan defense kepada tim ini. Pasalnya, SMAN 28 memiliki akurasi tembakan bebas yang harus diperhatikan lawannya.
Para pemain SMAN 28 mampu memanfaatkan dengan baik lebih dari setengah total tembakan, yaitu 55,8 persen free throw per-game. Di samping itu, satu dari banyak hal yang membuat SMAN 28 menjadi tim wajib diantisipasi adalah kemahiran tim ini dalam menguasai bola.
Tim besutan Syafiq Barawas ini minim melakukan kesalahan yang berujung pada turnover. SMAN 28 hanya melakukan sebanyak 10.3 turnover per-game selama kompetisi bergulir.
SMAN 28 tidak hanya meyakinkan dari segi offense, namun juga dari segi defense. Para pemain SMAN 28 memiliki insting defense yang harus dijadikan poin penting bagi Seventy. Catatan rebounds, blocks, dan steals SMAN 28 cukup impresif. Kemampuan SMAN 28 dalam berduel udara dapat dikatakan cukup baik dengan 27.3 rebounds per-game yang mereka peroleh dari tiga laga. Para pemain SMAN 28 juga memiliki intuisi yang baik dalam mencuri bola dari pemain lawan.
11.6 steals per-game berhasil dibuat oleh para srikandi SMAN 28. Tidak hanya itu, paint area SMAN 28 nampaknya akan menjadi area yang tidak mudah untuk ditembus oleh para pemain Seventy nantinya. Pasalnya, SMAN 28 telah melakukan empat belas kali blocked shots yang hamper semuanya terjadi di paint area sejak pertandingan pertama mereka. Dua belas di antaranya datang dari center andalan SMAN 28, Christabel.
Suatu hal yang menjadi kekhawatiran pelatih SMAN 28 Jakarta, Syafiq Barawas, menjelang partai final nanti adalah cedera yang menimpa dua pemainnya, yaitu Aurellia Kania dan Christabel. Menurutnya, Aurellia Kania kemungkinan besar tidak mampu bermain saat melawan Seventy nanti dan untuk Christabel, kondisinya masih dispekulasi oleh coach Syafiq. Jika kedua pemain ini tidak dapat berlaga, ia telah merencanakan bahwa SMAN 28 akan bermain dengan tempo yang pelan demi menjaga stamina para pemain.
“Kita sebisa mungkin recovery sih yang paling penting. Karena kalu gak recovery akan percuma. Kita akan lihat pemain kita dulu siapa yang bisa main nanti. Aurel udah pasti gak bisa dan Abel saya belum tahu bisa atau enggak. Kalau mereka berdua gak bisa main, roster kita akan tersisa tujuh atau delapan pemain. Kalau kayak gitu, kita akan bermain pelan-pelan nanti,” jelas Syafiq.
Sang Juara bertahan musim lalu ini, Srikandi SMAN 28 Jakarta, memiliki asa yang tinggi setelah melewati 3 laga sebelumnya yang penuh ketat. Lawan sebelumnya, SMAN 8 Jakarta (45-30), SMAN 3 Jakarta (45-30), dan SMAN 34 Jakarta (43-31), patut harus mengakui mental juara sang juara bertahan.()
Pertandingan putri SMAN 28 Jakarta sebelumnya dapat kamu baca di sini:
Srikandi SMAN 28 Jakarta Menang Setelah Adu Fastbreak