Bergabung di DBL Indonesia selama lebih dari 12 tahun. Saya, Roky Maghbal selaku Senior Manager Corporate Communications. Merasakan betul, bahwa spirit #MoveUp itu benar-benar merefleksikan jutaan insan yang terlibat di dalamnya. Mewarnai dua dekade (20 tahun) perjalanan DBL Indonesia.

Ribuan kisah inspiratif dan heroik silih berganti memenuhi linimasa. Oleh para alumni yang masih terjalin kuat ikatan emosinya hingga saat ini. Hingga para student-athlete masa kini maupun masa yang akan datang. Tak terkecuali bagi kami sendiri yang terlibat di dalamnya.

Senin, 6 Juli 2020. Saya masih ingat persis momen yang terjadi pada tanggal tersebut. Tepatnya dua hari setelah kami merayakan ultah Sweet Seventeen DBL Indonesia kala itu. Yang rasanya paling ‘pahit’ dari sekian perayaan ultah DBL Indonesia yang pernah saya alami semenjak bergabung di perusahaan ini pada 2012.

Saat itu. Dari rumah masing-masing.  Kita merajut asa dan harapan. Dalam diskusi online via Zoom Meeting.  Dengan tema “Anak Muda, Olahraga, dan Korona. Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia saat itu, Zainudin Amali menjadi narasumbernya. Bersama Azrul Ananda, CEO dan Founder DBL Indonesia. Dimoderatori oleh Massany Audri, Direktur kami.

Diskusi online ini diikuti seluruh stake holder. Lengkap dan ramai. Pesertanya ratusan. Dari Aceh hingga Papua. Mulai dari perwakilan partner (sponsor), Perbasi, para student athlete, pelatih, guru, orang tua, hingga media.

Baca juga: Astrid Septiana: Bangga Terlibat Membuka DBL Kupang, Jambi, dan Jakarta

Saat itu, tak ada satupun yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Kesehatan dan keselamatan (terhindar dari Covid-19) jadi prioritas siapapun saat itu. Tapi yang pasti. Semua punya harapan yang sama. Kita tak mau menyerah dengan keadaan tak mengenakkan ini. Ratusan peserta diskusi online itu menitipkan harapannya. Agar bagaimanapun caranya. DBL bisa segera berjalan lagi!

Menpora Zainudin Amali saat itu, tidak melarang. Juga tidak mengiyakan atau memberi izin. Namun, beliau siap membantu kami. Untuk mengkoordinasikan perencanaan dan protokol kesehatan terkait dengan penyelenggaraan kompetisi DBL dalam kondisi pandemi, untuk dikaji oleh Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Sebelum diskusi online itu, kami telah berbulan-bulan intens membuat perencanaan dan protokol kesehatan.

Upaya kami tidak sia-sia. Pemerintah melalui Menpora, memberi kami lampu hijau untuk mengujicobakan protokol kesehatan itu. Kota Mataram, venue  DBL Seri Nusa Tenggara Barat, dipilih sebagai ‘laboratorium eksperimen’ kota pertama DBL untuk penerapan protokol kesehatan tersebut.

Pertanyaannya, apakah seluruh stakeholder di kota tersebut bersedia? Padahal, sama dengan situasi di kota-kota lainnya di Indonesia, maupun di dunia, semua saat itu sedang berjuang menghadapi pandemi.

Baca juga: Jackson Suwargo: DBL Adalah Jalan Atlet Indonesia Bisa Sampai Level NBA

Wakil Direktur DBL Indonesia Donny Rahardian menugaskan saya dan Anwar Fadhi Basily (Asisten Manager Event), untuk berangkat ke Mataram. Berdua, kami berangkat ke Mataram pada bulan November 2020. Untuk menjalani misi: men-sosialisikan serta menyakinkan protokol kesehatan DBL kepada semua stakeholder di sana.

Jujur, saat mendapat amanat ini, saya dan Anwar, sama-sama berpasrah diri, terhadap kemungkinan risiko apapun yang akan kami hadapi saat itu.  Karena, bisa saja saat berada di kota orang dan jauh dari keluarga. Salah seorang dari kami, atau justru kami berdua, akan berpotensi terinfeksi virus Covid-19.

Kekhawatiran itu juga yang sempat dirasakan oleh istri dan anak-anak kami. Berat hati mereka melepas kepergian kami. Apalagi akan berbulan-bulan kami pergi meninggalkan rumah. Tanpa bisa memastikan apakah nawaitu baik kami ini akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Bismillah. Kami pun berangkat ke Mataram. Suasana sejak menjelang keberangkatan membuat kami was-was. Tiket sudah dipesan. Namun, hati tak tenang sembari menunggu hasil rapid test antibodi menggunaka sampel darah (saat itu belum ada tes swab antigen atau swab PCR). Hasilnya, Alhamdulillah kami negatif. Di terminal airport, suasananya sepi sekali. Petugas maupun penumpang hanya bisa dihitung dengan jari. Dalam pesawat, isi penumpangnya tak sampai setengah dari jumlah kursi. Kami pun harus duduk saling berjarak.

Baca juga: Erwin Triono dan Kisahnya dari Luar Hingga Masuk Menjadi Bagian DBL Indonesia!

Tiba di Mataram. Maka dimulailah hari-hari dimana kami harus keluar-masuk kantor pemerintahan. Untuk beraudiensi dan berkoordinasi. Kepada Gubernur, Satgas Covid, Kapolda, Kapolres, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, KONI, Pengprov Perbasi, dan Kepala Sekolah.

Lelah? Pasti. Karena tak terhitung berapa kali kami harus membuat temu janji. Bukan sehari atau seminggu. Tapi sampai berbulan-bulan lamanya. Menunggu berjam-jam di ruang tunggu kantor sering kami lakukan. Demi bisa mendapatkan kesempatan. Untuk bisa beraudiensi dengan para pimpinan dari berbagai dinas terkait. Sementara kami menyadari betul, bahwa mereka saat itu sangat concern terhadap situasi yang sangat genting.

Setiap kali muncul rasa frustasi karena audiensi tak kunjung membuahkan hasil. Kami berdua saling menguatkan. Dengan cara memutar kembali video tayangan ulang diskusi online via Zoom Meeting bersama Menpora dan para stakeholder. Juga membaca-baca komentar berisi harapan para peserta di Instagram @dblindonesiaofficial yang terus bertanya-tanya kapan DBL di kota asal mereka bisa digelar kembali.

Kegelisahan dan harapan mereka jadi penyemangat kami kembali. Selain tentunya chatt penyemangat dari rekan-rekan di DBL Indonesia, melalui grup WhatsApp internal, yang terus menunggu update kabar kami dari Mataram.

Lega rasanya. Saat temu janji kami direspons. Dan kami bisa beraudiensi untuk menyampaikan maksud kami terkait protokol kesehatan penyelenggaraan DBL. Hingga kami tak peduli lagi, kalau lubang hidung kami sampai kebal rasanya akibat dicolok cutton bud, sampai ratusan kali untuk jalani tes Swab dan PCR.

Bersyukur pastinya. Karena saat menjalani misi ini, kami mendapat banyak pertolongan dari orang-orang baik di sana. Kapolda NTB saat itu, Irjen Pol M Iqbal (kini Kapolda Riau) dan Direktur Lombok Post Alfian Yusni, adalah dua sosok yang sangat luar biasa dalam membantu kami.

Pada saat rapat koordinasi untuk kesekian kalinya, tiba-tiba Pak Kapolda M. Iqbal menyeletuk sesuatu kepada kami. ”Kamu harus ingat Roky dan Anwar, jabatan dan pangkat saya ini pertaruhkan demi memastikan rencana DBL Seri NTB ini benar-benar berjalan sesuai prokes. Kalau sampai ada apa-apa, kalian gak bisa pulang ke rumah!” tegas beliau. Meski konteksnya bercanda. Kami paham betul apa yang beliau sampaikan itu. Sama halnya dengan apa yang dititipkan oleh para stakeholder lainnya. Agar penerapan prokes benar-benar dijalankan.

Semua stakeholder di NTB akhirnya memberi lampu hijau untuk menggulirkan DBL di Mataram, Lombok,  pada 22-26 Februari 2021. Nyaris tiga bulan setelah berbagai upaya yang kami lakukan untuk menyakinkan berbagai stakeholder terkait. Akhirnya berbuah surat rekomendasi dan restu untuk menggelar.

Orang tua para peserta pun tak luput dari perhatian kami. Bersama perwakilan kapten tim, pelatih, dan sekolah. Mereka kami undang datang ke venue pada technical meeting H-3 menjelang tip-off. Untuk memastikan seperti apa prokes yang kami siapkan. Agar tak ada sedikitpun keraguan.

Alhamdulillah, selama menjalankan misi ini, kami berdua benar-benar dilindungi olehNya. Juga rekan-rekan kami lainnya. Sehingga, DBL Seri NTB ini sukses terselenggara dengan aman dan lancar. Sehingga membuka pintu terselenggaranya seri berikutnya di kota dan provinsi lainnya se Indonesia. Dan yang paling membanggakan kami semua. DBL Seri NTB saat itu, menjadi kegiatan olahraga pertama di Indonesia yang berlangsung pada masa pandemi. Bahkan, lebih dulu dari Liga 1 (sepakbola) maupun IBL (liga basket professional). (*)

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa