“Respect The Game buat mental anak muda melempem, minta dikasihani kalau terbantai.” Begitu kurang lebih komentar salah satu pengamat basket soal salah satu regulasi khusus DBL.

Kompetisi DBL kembali menciptakan hal yang tabu untuk kompetisi basket. Namun, peraturan yang diberlakukan, tentu dilandasi dengan berbagai pertimbangan. DBL tidak serta-merta menelurkan sebuah aturan tanpa pemikiran yang mendalam. 

Apakah ini menguntungkan dan baik dalam meningkatkan kualitas para pemain? Atau justru sebaliknya? Aturan ini tidak muncul begitu saja.

Sejatinya, Respect The Game adalah buah dari evaluasi kompetisi DBL di musim-musim sebelumnya. Aturan Respect The Game sendiri baru diberlakukan dan menjadi regulasi khusus sejak 2016. 

Di mana Respect The Game merupakan aturan yang diberlakukan kepada tim dengan margin keunggulan 20 poin untuk mengubah formasi pertahanan mereka menjadi half court atau garis tengah lapangan.

Baca Juga: Respect The Game, Aturan Khusus DBL yang Penuh Makna untuk Pengembangan Basket

Hal tersebut sontak mengundang pro dan kontra dari para pengamat basket. Bukan hal yang biasa, aturan semacam ini diberlakukan untuk kompetisi basket level SMA Indonesia. Namun, beberapa pelatih justru terbantu.

Seperti contoh, pertandingan yang memiliki ketimpangan dari kualitas tim, juga individu. Adanya aturan Respect The Game justru membuat salah satu tim mendapat kesempatan lebih kala bertanding.

“Tim saya ada di regional West Java. Memang ada gap yang sangat besar antartim satu dengan tim lain. Sebagai pelatih, saya berusaha mengurangi gap itu dengan berproses lebih baik. Walau tetap saja ada beberapa variabel yang membuat gap tetap ada” buka Agung Indra Perkasa, nahkoda Global Prestasi School.

“Namun, dengan adanya Respect The Game, saya rasa game-nya menjadi lebih baik. Tim yang bertanding akan lebih termotivasi dengan membuat adjustment-adjustment ketika tertinggal jauh,” lanjutnya.


Partai final Honda DBL with Kopi Good Day 2023 East Java Series-North Region antara SMA Gloria 1 Surabaya vs SMA Petra 1 Surabaya

Coach Agung bersama skuad Global Prestasi School menjadi salah satu pelatih yang merasakan dampak positif adanya Respect The Game. Ia tak sendiri. Pelatih tim putri skuad Kopi Good Day DBL Indonesia All Star, Risdianto Roeslan, juga merasakan demikian. 

Meskipun dipercaya sebagai pelatih kepala salah satu tim unggulan Yogyakarta, SMA Olifant Yogyakarta, coach Risdi juga mengungkap bahwa Respect The Game adalah gebrakan yang menguntungkan.

“Secara pribadi, saya mendukung aturan tersebut. Karena memberi kesempatan pada tim lawan untuk lebih berani dalam mencetak poin. Tentunya untuk mengurangi margin yang cukup jauh,” sahut pelatih skuad putri Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2024.

Betul. Pada dasarnya, DBL memberlakukan Respect The Game pasca melihat sebuah ketimpangan yang terjadi di lapangan. 

Selain itu, adanya Respect The Game diharapkan bisa membuat para student athlete paham tentang arti menghargai lawan. Seperti halnya kompetisi DBL yang begitu mengedepankan attitude.

Baca Juga: Skill Utama, Namun Attitude Jadi yang Pertama Dalam Kompetisi DBL, Mengapa?

Berbicara soal regulasi-regulasi di DBL Indonesia, DBL Play akan membahasnya lebih lengkap di artikel selanjutnya. 

Nantikan konten dan artikel DBL Play berikutnya, spesial dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia! (*)

Lihat cerita-cerita menarik DBL dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia selengkapnya di sini

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya