Bicara soal kompetisi olahraga, skill merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Jika para atlet tak memiliki skill yang mumpuni, maka akan kemenangan pun kerap menjauh.
Namun, lagi-lagi DBL mengedepankan suatu hal yang berbeda. Mungkin belum pernah digunakan pada kompetisi lainnya. Di mana, attitude juga masuk dalam aspek penilaian.
Dalam kompetisi DBL, tak cukup jika student athlete hanya mengandalkan skill di lapangan. Attitude justru menjadi aspek penting. Utamanya dalam menghadapi lika-liku pertandingan yang penuh tekanan dan mungkin tak sesuai rencana.
Attitude pemain juga berpengaruh besar dalam pertandingan. Mengingat, olahraga basket tergolong olahraga tim. Perilaku yang baik, bakal membangun kolaborasi tim yang baik pula.
Baca Juga: Filosofi Masa Depan di Balik Ketatnya Regulasi Jersey DBL
Hal tersebut, diharapkan tak hanya berdampak pada performa mereka kala di lapangan. Ini juga diharapkan membangun reputasi atlet di luar lapangan, serta dalam kehidupan sehari-hari.
Jika suatu saat mereka menjadi sosok profesional di bidang masing-masing, attitude bukan lagi hal yang bisa mereka abaikan. Donny Rahardian, Wakil Direktur DBL Indonesia buka suara perihal kenapa attitude begitu diutamakan dalam kompetisi basket level pelajar SMA.
“Mungkin ada beberapa pemain yang bagus di lapangan dari segi permainan, tapi dia selalu mendapatkan technical foul atau malah unsportmanlike foul,” buka Donny.
“Hal-hal seperti itu juga saya nilai. Apakah sifatnya tricky? Atau justru membahayakan lawan? Persoalan seperti itu yang akhirnya mendorong kami untuk memasukkan attitude dalam aspek penilaian,” imbuhnya.
Biasanya, attitude merupakan aspek penilaian terbesar dalam pemilihan First Team dan Second Team dari masing-masing daerah. “Attitude itu tentang bagaimana pemain bisa mendorong atau men-encourage timnya,” singkat Donny.
"Maksudnya gini, ada pemain yang secara skill biasa saja. Namun, dia bisa mendorong timnya, berarti dia punya value,” jelasnya, makin dalam.
“Pemain bagus yang bisa membawa tim itu banyak. Tapi ada pemain yang secara skill lumayan, dan bisa encourage timnya. Nah, itu dia yang bisa dikatakan sebagai pemain yang bagus,” ucap Donny, kepada dbl.id.
Baca Juga: 20 Tahun DBL Dance Jadi Wadah Berkreasi Anak Muda
Bukan tanpa hambatan. Hal yang awalnya sulit untuk diterima, kini justru menjadi patokan dalam kompetisi basket era. Yondang Tubangkit, General Manajer DBL Indonesia ikut buka suara.
"Memang tantangannya besar buat menjelaskannya. Kadang masih ada crash antarsekolah usai pertandingan. Tapi, kita perbaiki itu dengan bertanggung jawab, kita berkoneksi dengan sekolah, keamanan, dan segala macam," buka Yondang.
"Kemudian kita buat regulasi, yang ketahuan melakukan kekerasan, tidak boleh ikut DBL (selama) tiga tahun. Akhirnya itu cukup meredakan," sambungnya, sekaligus menutup soal pentingnya attitude dalam kompetisi DBL.
Berbicara soal regulasi-regulasi yang ada di DBL Indonesia, DBL Play akan membahas di artikel selanjutnya.
Nantikan konten dan artikel DBL Play berikutnya, spesial dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia! (*)