DBL Indonesia telah memasuki usia dua dekade. Tentunya, tidak mudah bisa menjaga konsistensi DBL Indonesia hingga 20 tahun ini. Banyak tantangan yang harus dihadapi. 

Namun, DBL Indonesia sebenarnya menyimpan jawaban mengapa bisa berjalan hingga sejauh ini. Salah satunya adalah dengan menanamkan nilai di setiap pondasinya.

Apa pondasi dari DBL Indonesia? Ya, sumber daya manusia dan regulasi pertandingannya.

Ada satu regulasi pertandingan yang harus dipenuhi oleh peserta yang akan mengikuti pertandingan DBL. Tidak ada pengecualian. Yaitu, regulasi tentang kostum.

Baca juga: 20 Tahun DBL: Konsisten dengan Regulasi Detail

“Waktu pertama kali Technical Meeting DBL Surabaya 2004, (tim) pelatih itu datang dengan pakaian yang nggak rapih. Ada yang pakai kaos, sandalan, celana pendek, rokok-an lagi!,” cerita Azrul Ananda, mengenang TM pertama DBL Surabaya.

Nah, dari cerita ini, DBL Indonesia kemudian membuat landasan yang mengatur soal kostum ofisial. Sejak musim pertama, setiap pemain dan tim ofisial yang bertanding di DBL harus menaati regulasi yang mendasar. Untuk pemain, ada ketentuan dan persyaratan tentang jersey.

Sementara untuk tim ofisial, mereka diwajibkan memakai pakaian rapih dan formal. Spesifik untuk pelatih, malah diwajibkan untuk memakai setelan formal (lengkap dengan jas) di beberapa momen. Misalnya Opening Party dan Final Party.

Baca juga: Bicara 20 Tahun DBL, Azrul Ananda: Prestasi Tak Dihasilkan dari Cara Instan

Menariknya, tim ofisial menanggapi dengan senang terkait regulasi ini. Beberapa tim ofisial bahkan punya seragam ofisial sendiri untuk bertanding di DBL.


Pertanyaan pun muncul dari beberapa partisipan. Kenapa pakaian pelatih harus formal?

Donny Rahardian, Wakil Direktur DBL Indonesia, menjelaskan bahwa regulasi ini sebenarnya sudah dibuat sejak DBL Indonesia pertama kali berdiri. Tepatnya pada 2004 lalu.

Regulasi soal pakaian pelatih yang harus menggunakan setelan formal tidak serta-merta hanya sebatas regulasi saja. Tetapi memiliki nilai dan tujuan di dalamnya.

"Meskipun ini liga SMA, mereka kita ajarin biar bisa berperilaku profesional. Ketika mereka bisa melakukan hal profesional dalam konteks dresscode, akhirnya akan terlihat bagus di lapangan. Mereka bisa berperilaku profesional, sebagaimana pakaian mereka," ujar Donny.

Baca juga: Student-athlete oleh Azrul Ananda, Regulasi yang Dulu Tabu hingga Jadi Standar!

Topik khusus nilai profesionalitas ini pun sebenarnya sering kali disinggung oleh Azrul Ananda (CEO dan Founder DBL Indonesia). Azrul mengatakan 99 persen pemain DBL memang tidak akan menjadi pemain profesional. Tapi, mereka akan menjadi profesional 100 persen dalam bidang apapun nantinya.

Berangkat dari prinsip ini, DBL Indonesia kemudian mempertahankan regulasi soal kostum pelatih. Ditambah, ada nilai disiplin juga yang ingin disampaikan oleh DBL Indonesia kepada tim basket.

"Aturan ini juga termasuk edukasi ke anak-anak muda Indonesia. Kalau pelatihnya rapih, memberikan contoh ke anak didik. Artinya, pemain juga bisa lebih rapih lagi," jelas Donny.

Berbicara soal regulasi-regulasi yang ada di DBL Indonesia, DBL Play akan membahas di artikel selanjutnya. 

Nantikan konten dan artikel DBL Play berikutnya, spesial dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia! (*)

Lihat cerita-cerita menarik DBL dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia selengkapnya di sini

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa