“Nomor satu tetap sekolah dan basket menjadi nomor kesekian.” Kalimat tersebut langsung diungkapkan oleh Jumi Wiyati, mama dari Halmaheranno Aprianto Lolaru Hady, pemain andalan SMK Santo Mikael Surakarta.

Apa yang diungkapkan oleh Bu Jumi sama persis dengan konsep student athlete yang digaungkan di kompetisi DBL. Basket tidak boleh mengganggu pelajaran dan hal-hal akademik. Rano -sapaan akrab Halmaheranno- sendiri sejak kecil sudah menekuni basket.

Kakaknya menjadi alasan di balik ia mengenal basket, “Rano itu ingin basket karena pingin seperti kakaknya (Jovi Paolo). Itu waktu itu Rano mulai basket dari kelas dua SD (Sekolah Dasar),” buka bu Jumi.

Ya, tujuan sang kakak untuk menekuni bola basket sangat sederhana. Kakaknya ingin untuk mendapat beasiswa sekolah. Dan hal tersebut ternyata juga menginspirasi Rano kecil. “Kakaknya dulu itu pingin basket biar sekolahnya nanti dapat beasiswa. Terus biar bisa beli sepatu sendiri. Jadinya Rano juga pingin sama seperti kakaknya,” ungkap beliau.

Baca juga: Halmaheranno di Antara All Star Kedua dan Tugas Akhir Sekolah

Sejak kecil itu pula Rano sudah melantun. Beberapa kali ia juga sering mengikuti kompetisi entah bersama sekolah atau klub basketnya. Rasa khawatir jelas ada mengingat anak-anaknya kala itu masih terbilang kecil dan jalan hidupnya masih terlampau panjang,

“Jelas khawatir kalau anaknya kenapa-kenapa. Kalau tanding itu saya cuman pesan hati-hati kalau main. Saya selalu tekankan anak-anka buat berdoa,” ujarnya.

Ada satu momen yang sempat membuat rasa khawatir bu Jumi semakin menjadi. Kala itu Rano duduk di bangku SMP. Ia sedang bertanding di Salatiga, Jawa Tengah. Jarak waktu dari Salatiga ke Solo sekitar satu jam lebih.

“Pernah waktu SMP itu Rano tanding sama sekolah di Salatiga. Dia dinakalin sama musuhnya sampai jatuh tengkurep. Kata pelatihnya kakinya sampai bengkak,” papar beliau.

Reaksi bu Jumi terbilang sederhana. Bukan, bukan marah sampai tidak terima. “Waktu itu saya suruh doa biar Tuhan selalu menjaga dia (Rano). Rano itu juga selalu minta sama saya untuk selalu doain kalau bertanding. Walaupun tanpa diminta saya sebagai orang tua selalu berdoa buat anak-anak terus,” imbuhnya.

Baca juga: Si Paling Tinggi itu Kini Jadi Dokter Gigi

Oh iya, Rano sendiri berbeda dengan student athlete lainnya. Jika beberapa teman-temannya berasal dari sekolah menengah atas. Rano berbeda, ia memilih kejuruan ketimbang masuk SMA. Jelas porsi belajarnya lebih banyak karena ada praktik dan juga kegiatan-kegiatan lain.

Ternyata pilihan masuk SMK merupakan pilihan Rano sendiri. Tak ada paksaan dari orang tuanya untuk memilih masuk SMK, “Anaknya sendiri yang pingin masuk Mikael (SMK Mikael Surakarta). Sebenarnya karena papanya juga lulusan STM. Dari kecil Rano juga senang bongkar-bongkar kayak kipas angin terus sepeda juga,” terangnya.

Pendidikan jelas menjadi fokus utama bu Jumi. Meski anaknya berprestasi di bidang nonakademik, bu Jumi tak ingin anaknya masuk di sekolah yang akademiknya tidak terlalu diperhatikan. “Dari awal itu Rano pilih-pilih sekolah yang akademiknya juga bagus. Kualitasnya bagus. SMP dia masuk SMP Bintang Laut terus habis SMP masuk SMK Mikael,”

“Pernah waktu itu Rano kepilih buat main timnas U-16 yang berangkat ke Qatar. Karena ninggalke sekolah selama satu bulan, ya gak dapat izin. Anaknya gak jadi berangkat. Sebab ninggalke praktik terlalu lama,” sambungnya.

Ya, nilai-nilai seperti itu yang barangkali tidak ada di sekolah-sekolah lain. Hal tersebut juga yang disyukuri oleh bu Jumi. Anaknya berada di jalur yang tepat, “Puji Tuhan anak-anak saya bisa sekolah ditempat yang bagus. Bisa mengimbangi basket sama sekolah juga,” imbuhnya.

Oh iya, Rano sendiri masuk dalam jajaran skuad elite Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2024. Sudah dua kali ia terpilih sebagai DBL All-Star dan dua kali pula ia berangkat ke Amerika Serikat. Jelas tawaran-tawaran beasiswa datang menghampirinya.

Sekali lagi tak ada tuntutan dari sang mama untuk harus mengambil universitas ini atau itu. “Senang sekali sama bangga juga. Dari basket Rano sudah bantu orang tuanya banyak sekali. Sebab kalau gak ada atau dapat tawaran beasiswa saya belum tentu bisa sekolahin Rano sampai kuliah,” terangnya.

Kepada DBL Play bu Jumi menitipkan pesan. Pesan pengingat untuk Rano. Pesannya sederhana. Selalu menjadi terang untuk lingkungan sekitar, “Semoga anak saya sukses dalam kuliah dan basketnya. Selalu rendah hati dan bersyukur. Selalu mengandalkan Tuhan dan berguna bagi sesama,” pungkasnya.

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa