ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Story of Glory (6)

Si Paling Tinggi itu Kini Jadi Dokter Gigi

Gunawan Sutanto - 28 May 2024

Satu persatu nama pemain yang masuk first team DBL Bali musim 2009 dipanggil. Itulah musim pertama DBL Bali. Tapi, malam itu, MC tak menyebut nama Ida Ayu Draupadi Darma Dewi Agung hingga akhir.

Draupadi, begitu Ida Ayu Draupadi Darma Dewi Agung biasa dipanggil, malam itu tentu sedih. Namun Draupadi coba meneguhkan hatinya.

Ia merasa nama-nama yang dipanggil masuk skuad First Team DBL Bali edisi pertama itu memang layak. Termasuk kakak kelasnya dari SMAN 1 Denpasar.

Musim itu pemain kelahiran 21 Mei 1993 tersebut menjadi rookie di skuad Smansa -julukan SMAN 1- Denpasar. "Sejak awal main di DBL, memang sempat nargetin banget bisa masuk first team. Tapi sayang gak kepilih, dari Smansa yang kepilih kakak kelasku. Mainnya oke banget," kenangnya.

Bagi Draupadi kegagalan menembus skuad First Team bukanlah akhir dari segalanya. Apalagi ia merasa bisa main di kompetisi DBL sudah pencapaian luar biasa.

"Meskipun baru musim pertama saat itu, tapi DBL itu hype-nya sudah luar biasa. DBL itu seperti tujuan utama para pebasket pelajar di Bali," ujarnya.

Dari musim pertamanya, Draupadi banyak belajar. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan berlatih di sekolahnya. Juga di klub basketnya, Merpati.

"Dari zaman saya, Smansa itu selalu memberikan dukungan penuh pada para siswanya untuk aktif berkegiatan termasuk di basket," kenang Draupadi.

Draupadi akhirnya bisa menembus skuad Smansa Denpasar lagi di musim kedua DBL Bali. Sekaligus menjadi musim kedua dan terakhir bagi pemain dengan zodiak Gemini itu.

Di musim itu, Tuhan mengabulkan doa dan harapan Draupadi. Kali ini namanya tersebut dalam skuad First Team DBL Bali.

Bayangan untuk terbang ke Surabaya merasakan dilatih para coach hebat dari luar negeri lewat program DBL Camp akhirnya terwujud.


Draupadi (jongkok paling kiri) bersama skuad First Team DBL Bali.

Begitu berada di Surabaya, Draupadi langsung terpukau melihat fasilitas latihan di DBL Camp, yang ketika itu digelar di DBL Arena.

"Beda banget fasilitasnya dengan di Bali. Keren banget. Apalagi pas masuk DBL Arena itu kan ada quote-quote penyemangat. Rasanya seneng banget bisa berada di sana (DBL Arena)," terangnya.

Bisa merasakan DBL Camp menjadi momen yang tak terlupakan di kehidupana Draupadi. Sebab di sana ia bisa bertemu banyak pemain dari provinsi lain.

Ketika di First Team DBL Bali ia merasa pede menjadi center karena posturnya paling tinggi, ternyata di DBL Camp ada banyak saingan. "Banyak yang tinggi-tinggi. Power-nya juga luar biasa. Gila, padahal cewek-cewek loh," kenangnya.

Tapi nyali Draupadi tak ciut. Ia tetap membawa misi ingin bisa menembus skuad DBL Indonesia All-Star di kesempatan terakhirnya itu. Segala daya dan upaya ia kerahkan untuk membuktikan ke tim pelatih bahwa nama Ida Ayu Draupadi Darma Dewi Agung layak dipanggil oleh MC untuk masuk skuad DBL Indonesia All-Star 2010.

"Jujur sempat ragu begitu sampai di Surabaya. Sebab begitu banyak pemain bagus dari luar Bali. Tapi saya terus berusaha sekuat tenaga dan berdoa pada Yang Maha Kuasa," ceritanya.

Di musim itu, pengumuman skuad DBL Indonesia All-Star dan MVP-nya agak lain. Jika selama ini MVP diumumkan di akhir, di musim itu, mereka yang terpilih sebagai MVP putra dan putri dipanggil lebih dulu.

Dan, Draupadi tidak pernah menyangka dalam hidupnya bahwa namanya ternyata dipanggil sebagai MVP putri untuk DBL Indonesia All-Star 2010.

"Ya lega rasanya. Saya sempat bengong. Tapi setelah itu saya pede, karena setelah terpilih MVP, peluangnya sangat besar bisa masuk All-Star," ujarnya.

Dan benar saja, nama Ida Ayu Draupadi Darma Dewi Agung terpilih masuk skuad DBL Indonesia All-Star 2010.

Orang pertama yang Draupadi hubungi untuk menyampaikan kabar gembira itu adalah pelatihnya di klub. Namanya Koh Aho.

"Beliau yang terus memotivasi saya untuk tidak takut bersaing dengan pemain dari daerah lain," ungkapnya. Setelah itu, ia kabarkan cerita bahagia itu ke kedua orang tuanya.

"Saat itu kan belum ada livestreaming seperti sekarang. Jadi semua yang di Bali ya belum tahu kabarnya," kelakarnya.

Ketinggalan Pesawat, Ceritanya Heboh Hingga Masuk Koran

Ada kenangan spesial ketika Draupadi terpilih skuad DBL Indonesia All-Star 2010. Kenangan itu datang ketika yang ditunggu-tunggu tiba: keberangkatan ke Amerika Serikat.

Seperti biasa, sebelum berangkat ke Amerika Serikat, skuad DBL Indonesia All-Star terlebih dulu dikumpulkan di Surabaya. Mereka menjalani serangkaian latihan persiapan.

Nah, saat berangkat ke Surabaya, Draupadi ketinggalan pesawat. "Sebenarnya saya sudah mempersiapkan waktu dua jam. Tapi ternyata saat itu ada yang harus diselesaikan di sekolah dan sialnya jalanan menuju bandara macet luar biasa," kenangnya.

Draupadi akhirnya ketinggalan pesawat. Ia harus menunggu flight ke Surabaya di jam berikutnya. "Heboh waktu itu. Sampai jadi judul di koran, judulnya saya ingat: Tertinggal Pesawat yang Penting Bawa Baju Hangat'. Malu," kenangnya. 

Begitu di Amerika Serikat, Draupadi sempat berkhayal bisa bertemu salju. "Eh ternyata di sana gak ketemu salju. Tapi, saya ketemu orang-orang yang luar biasa," ujarnya.

Ia terkesan dengan pelatih-pelatih yang dipilih DBL Indonesia untuk memberikan materi pada skuad DBL Indonesia All-Star. "Latihan di sana beda. Skill pelatihnya beda. Coach tegas-tegas. Gak bisa bercanda-canda. Keras," ucapnya.


Skuad DBL Indonesia All-Star 2010 yang berangkat ke Seattle, Amerika Serikat.

Ayah Atletik, Ibu Voli, Anak Basket

Perkenalan Draupadi dengan basket sebenarnya tak sengaja. Draupadi awalnya hanya aktif berolahraga karena melihat aktivitas kedua orang tuanya.

Ya, kedua ortu Draupadi adalah atlet. Ayahnya menekuni dunia atletik. Sementara ibunya piawai di cabor Voli.

"Dari SD memang sudah hobi. olahraga karena orang tua kan atlet. Tapi saat itu belum diarahin mau menekuni atletik, voli atau cabor lain," cerita Draupadi.

Baru menginjak SMP, guru olahraganya -di SMPN 8 Denpasar- mengarahkan agar Draupadi mencoba basket.  

Sang guru melihat ada potensi itu dengan melihat postur Draupadi yang ideal. Ia lebih tinggi dibanding teman-teman sebayanya. Saat itu tinggi badannya menyentuh angka 170-an cm.


Drupadi (berdiri paling kanan) foto bersama tim basket putri Smansa Denpasar.

Ternyata Draupadi happy. Ia menikmati permainan bola basket. Draupadi bahkan ingin belajar lebih dengan bergabung klub basket, Merpati. Di sana kemampuan makin terasah.

Sampai akhirnya ketika lulus dari SMP, Draupadi mendapatkan kesempatan untuk mengeyam studi di sekolah terfavorit di Denpasar: Smansa.

"Saat itu ada yang scouting dan menawari saya untuk masuk Smansa. Tentu mau dong, kan Smansa sekolah favorit. Kebetulan juga sekolah ayah dan ibu saya," ucapnya.

Mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di sekolah favorit juga tak sia-siakan Draupadi. Ia tak ingin sekadar mendapatkan kesempatan mengembangkan potensi basketnya. Tapi akademisnya juga dikejar. Apalagi ada cita-cita sejak kecil yang ingin ia wujudkan: menjadi dokter gigi.

"Ibu saya selain atlet juga dokter gigi. Saya terinspirasi beliau," ujarnya.

Ketika Basket dan Dokter Gigi Bertemu di Persimpangan Jalan

Dalam wawancara bersama DBL.id, Draupadi beberapa kali menekankan pentingnya konsep student athlete. Baginya, yang tak bisa dilupakan ketika merasakan berkompetisi di DBL ya konsep student athlete itu.

"Ternyata konsep student athlete yang diusung DBL itu manfaatnya sangat saya rasakan setelah lulus dan menemui sebuah pilihan di persimpangan jalan," kenangnya.

Sebuah pilihan di persimpangan jalan yang dimaksud Draupadi tak lain ketika ia ternyata harus memilih satu di antara basket dan kuliah.

Sebenarnya, Draupadi sudah menyiapkan diri agar kedua hal itu bisa saling bersanding. Tapi ternyata jalan Tuhan berkata lain.

Ceritanya, Draupadi sejak SMA sebenarnya ingin agar potensinya di basket tetap terus bisa diasah hingga bisa menembus level profesional. Sekaligus tetap ingin mewujudkan cita-citanya menjadi dokter gigi.

Jalan yang dirancang saat itu adalah ia harus bisa mendapatkan kesempatan kuliah di Surabaya. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga pilihannya.

"Saya sudah merancang. Kalau kuliah di Bali, kemungkinan yang bisa saya raih hanya mengejar mimpi menjadi dokter gigi. Tapi basketnya tidak akan jalan. Sebab waktu itu di Bali tidak ada kampus yang ikut liga mahasiswa," jelasnya.

Sebenarnya tawaran beasiswa itu sempat datang di akhir masa SMA. Ketika itu Draupadi sempat tanding di Surabaya untuk membela timnas junior.

"Saat di Surabaya saya dapat tawaran dari Unair. Saat itu saya galau pol. Diambil, atau menanti tawaran tahun depan," kenangnya.

Keputusannya ternyata menunda kesempatan beasiswa itu. Pertimbangannya karena Draupadi ketika itu ingin membela merah putih lewat timnas junior.


Draupadi saat membela timnas basket junior.


Draupadi (dua dari kanan) saat terpilih mewakili Indonesia di Asean School Games di Singapura 2011 silam.

Tapi, ternyata kesempatan beasiswa dari Unair itu yang pertama sekaligus terakhir. Tahun berikutnya, tawaran itu tak datang lagi. Draupadi pun gagal menembus Unair.

Ia akhirnya mewujudkan mimpi menjadi dokter gigi di Bali. Kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Saat menjadi mahasiswa, ternyata Draupadi tetap terpantau orang-orang basket. Ia sempat menerima pinangan klub basket profesional asal Bandung yang berlaga di WNBL, Rajawali.

"Ketika itu nego saya dengan klub lebih banyak soal kuliah. Saya tak ingin mengorbankan kuliah. Akhirnya saya diminta coba dulu," kenangnya. Nama Draupadi pun tercatat di WNBL season pertama.

Kesempatan itu ternyata WNBL pertama dan terakhir bagi Draupadi.

Setelah mencoba bermain satu musim, Draupadi merasa tidak bisa melanjutkan bukan karena tak sanggup bersaing. Tapi akademisnya mulai terganggu. 

"Ternyata kelabakan. Jadwal tanding beberapa kali bentrok dengan ujian. Apalagi saya sudah persiapan co-ass," terangnya.

Sebuah pilihan di persimpangan jalan kembali ditemui Draupadi. Tapi, kali ini ia memilih akademis. "Saya undur diri dari tim di akhir musim," ucapnya.

Pilihan itu akhirnya mengantarkan mimpi Draupadi menjadi dokter gigi.

Kini ia bertugas di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Saraswati, Denpasar. Plus membuka praktek pribadi di malam hari.

Tak sekadar menjadi dokter gigi, tapi Draupadi juga jadi pengajar di mantan kampusnya. "Tapi tetap basketan, jadi manajer tim basket fakultas, hahaha," candanya.

Dari pelajaran hidupnya itu, Draupadi berpesan untuk para pemain DBL agar tidak lengah dengan akademis.

"Buat adik-adik, meskipun basket kalian sedang oke-oke-nya, tapi tetap harus diimbangi dengan akademis. Sebab ketika nanti kalian dihadapkan sebuah pilihan sulit di persimpangan jalan, kalian tak akan sulit membuat keputusan," pesannya. 

Draupadi juga berpesan agar kedisiplinan yang ditanamkan di kompetisi DBL juga diterapkan baik-baik dalam kehidupan sehari-hari. Sebab pelajaran berharga itu akan menjadi sebuah kebiasaan di masa mendatang.

"Saya sekarang begitu merasakan manfaatnya di dunia kerja. Saat ini saya jadi terbiasa disiplin soal jam praktek. Ketika saya janji dengan orang untuk melakukan tindakan jam 3, berarti setidaknya 30 menit sebelum saya sudah menyiapkan semuanya," cerita Draupadi.


Draupadi (dua dari kanan) bersama tim basket putri Smansa Denpasar.

Kedisiplinan yang ada di DBL Indonesia, menurut Draupadi juga klop dengan kebijakan Smansa Denpasar.

Draupadi menyebut Smansa Denpasar selama ini sangat perhatian ke siswa-siswanya yang punya potensi, baik akademis maupun non akademis.

Di bidang basket misalnya, fasilitas dan dispensasi selalu diterapkan. Tapi tetap disiplin juga harus dijalankan. 

Di akhir wawancara, Draupadi berharap di usia ke-20 ini, DBL Indonesia bisa terus mewujudkan mimpi anak-anak Indonesia. Menjangkau lebih banyak lagi daerah di Indonesia.

"Kompetisi DBL itu bagus untuk mendorong adik-adik berprestasi. Memperkenalkan sekolah, sekaligus mewujudan mimpi mereka," ujarnya. "Saya sampai saat ini masih ngikuti DBL loh, meskipun nontonnya lewat livestreaming," pungkas Draupadi.(*)

Ikuti terus serial Story of Glory SMAN 1 Denpasar di DBL.id

Seri pertama: Kisah Smansa Denpasar, Dominasi Bali Lewat Kultur yang Mengakar!

Seri kedua: Coach Rusta dan Keabadian Smansa: Tak Semua Pemain dan Pelatih Siap di Smansa

Seri ketiga: Sinar Terang Yudi Hartawan untuk Smansa Denpasar

Seri keempat: Tantangan Besar Putri Smansa Denpasar dan Akhir Masa I Putu Gede Adi Setiawan

Seri kelima: Regita, Winda, dan Nirmala, Trio Smansa yang Mendominasi Bali Bahkan Indonesia!

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIER
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY