Kisah perjalanan SMAN 1 Denpasar selama terjun di DBL Bali tak bisa dianggap sebelah mata. Bagaimana tidak, dari 13 kali penyelenggaraan ajang DBL Bali, sekolah ini hanya gagal membawa pulang gelar juara selama empat kesempatan.

Tim basket putri Smansa -julukan SMAN 1 Denpasar- mereka berhasil menjadi jawara sebanyak sembilan kali (2009, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017, 2018, dan 2019).

Sedangkan tim putra mereka jauh lebih banyak. Sebanyak 10 trofi juara pernah mereka dapatkan. Mereka cuman terpeleset dari tangga juara selama empat edisi (2012, 2013, 2021, dan 2022).

Jika ditotal baik tim putra dan putrinya berhasil mengawinkan gelar juara sebanyak tujuh kali (2009, 2011, 2014, 2015, 2017, 2018, dan 2019). Bahkan Smansa pernah menjadi penguasa selama enam musim (2014-2019) berturut-turut.

Di balik kesuksesan itu banyak sosok-sosok penting di dalamnya. Termasuk di dalamnya adalah seorang I Gusti Ngurah Rustawijaya.

Coach Rusta, begitu ia biasa disapa, kini sudah berstatus mantan pelatih Smansa Denpasar. Tapi namanya turut menggoreskan tinta emas sejarah panjang Smansa di DBL Bali.

Di basket nama coach Rusta juga terbilang harum. Dulunya ia sempat terjun ke dunia profesional selama saatu dekade sebelum banting setir sebagai nahkoda tim.

Coach Rusta memulai karier profesionalnya bersama Pelita Jaya pada 2002. Ia pensiun pada 2012 kala liga basket profesional memakai nama NBL Indonesia.

Selama hampir 10 tahun sebagai pemain profesional, coach Rusta tak pernah berganti tim. Sejak awal hinga pensiun ia mengabdi untuk Pelita Jaya. Saat ini ia didapuk sebagai asisten pelatih untuk klub Bali United.

Oh iya, coach Rusta sendiri merupakan pelatih DBL Indonesia All-Star 2019. Pelatih berzodiak Aries tersebut membawa tim putri DBL All-Star 2019 menjadi juara Dtermine Your Destiny, sebuah turnamen di Amerika Serikat, di bawah naungan Amateur Athletic Union (AAU).

Capaian itu tentu istimewa. Tidak mudah, mengingat tim DBL All-Star perlu melawan berbagai hal, seperti beradaptasi dengan cuaca dan sistem pertandingan yang berbeda.

Segudang prestasi yang ia ukir untuk Smansa, membuat tim DBL Play tertarik mengulik lebih dalam cerita perjalanannya membangun, menciptakan dinasti, dan mengakhirinya dengan manis. Berikut obrolan singkat tim DBL Play dengan coach Rusta.

Awal mula coach Rusta melatih Smansa Denpasar dari mana?

Setelah memutuskan untuk pensiun di basket profesional. Sekolah pertama yang saya pegang justru SMAN 5 Denpasar. Di tahun 2014 baru datang tawaran dari Smansa.

Saat itu mereka kalah dua kali di final DBL Bali. Lalu saya menyelesaikan tugas dan kewajiban saya di SMAN 5 Denpasar, saya menerima tantangan dari pihak sekolah (SMAN 1 Denpasar) dan anak-anak Smansa.

Kendala awal terbesar coach Rusta melatih Smansa seperti apa?

Tahun pertama itu justru kendalanya di persiapan Smansa. Apalagi ketika itu menjelang IBL. Ditambah lagi mendekati dengan hari pernikahan saya. Dan kok pas drawing ketemu dengan Resman (SMAN 2 Denpasar) di awal.

Wah, benar-benar dihadapkan dengan pilihan yang berat ya coach?

Benar. Ujian yang sangat berat. Tapi, kita bisa meraih kemenangan. Pertandingan berikutnya kita tidak mengalami kesusahan, sampai di partai final dan keluar sebagai juara.

Setelah itu Smansa Denpasar bisa dibilang mendominasi. Enam kali gelar juara beruntun. Bisa dibilang regenerasinya gak pernah putus. Bagaimana itu coach?

Untuk regenerasi memang saya membina salah satu akademi di bali dan tingkatnya SMP. Di sana banyak anak-anak tingkat SMP yang berpotensi ke level nasional.

Pastinya dengan prestasi Smansa, itu menjadi magnet tersendiri buat anak-anak yang ingin masuk Smansa.

Menurut saya, selama kita berprestasi, sekolah Smansa akan selalu menjadi tempat talenta muda untuk melanjutkan karier basketnya.

Baca Juga Seri Pertama Story of Glory: Kisah Smansa Denpasar, Dominasi Bali Lewat Kultur yang Mengakar!


Momen coach Rusta membawa Smansa meraih gelar juara DBL Bali 2019

Bisa dibilang bersinergi ya coach? Fenomena seperti itu apa tidak bikin Smansa terlalu mendominasi di Bali untuk level SMA?

Tidak. Kalau saya lihat beberapa sekolah di Bali sudah mulai melakukan hal yang sama. Mereka sama-sama mempersiapkan pemain SMA sejak dari SMP. Entah scouting ke akademi atau klub-klub di Bali dan semacamnya.

Tinggal sekarang yang membedakan adalah sistem dan cara mereka bermain. Saya harap ke depannya kekuatan sekolah-sekolah di Bali bisa seimbang dan merata.

Balik lagi ke Smansa coach. Dengan segudang talenta muda yang berpotensi, bagaiman cara coach Rusta  menjaga iklim persaingan antarpemain agar tetap pada jalur yang positif?

Di Smansa banyak pemain yang datang, saya akui itu. Sedikit juga yang tidak siap bersaing, alias berhenti latihan di tim.

Jadi, setiap yang masuk tim memang anak-anak yang siap mental dan fisik. Di Smansa bukan hanya dilatih skill dan taktik, mental siap bersaing dalam kompetisi itu menjadi awal dari seleksi tim Smansa.

Intinya kita memang memilih pemain yang memiliki mental juara.

Kalau dari coach Rusta sendiri sebesar apa tantangan melatih Smansa Denpasar? Dengan segudang potensi talenta, ekspektasi, serta tuntutan yang ada?

Jujur, sebelum saya mengundurkan diri untuk tidak melatih Smansa lagi, saya sudah menawarkan beberapa pelatih untuk melatih Smansa. Jawaban mereka sama semua, tidak berani karena pressure di Smansa sangat tinggi. Pelatih dituntut untuk selalu juara.

Lantas pada saat itu apa yang membuat coach Rusta tetap bersama Smansa?

Persepsi saya yang terpenting adalah mempersiapkan tim untuk menghadapi kompetisi. Baik itu persiapan umum, khusus, atau kompetisi. Membangun iklim yang bagus serta mental siap bertanding. Jadinya mental anak-anak selalu siap setiap ada kompetisi, khususnya DBL.

Momen paling berkesan coach Rusta selama melatih Smansa pas bagian yang mana?

Paling berkesan ya tahun pertama. Itu transisi saya sebagai pelatih baru dan bisa mengembalikan gelar yang hilang selama dua tahun.

Bukan berarti yang lain tidak berkesan. Semua momen punya cerita yang saya kenang juga.

Setelah enam kali juara beruntun. Terhenti di tahun 2019, setelahnya sampai tahun 2022 Smansa selalu terpeleset untuk juara. Pada momen-momen seperti itu sebenarnya masalah apa yang sedang dihadapi Smansa?

Momentum untuk mempertahankan gelar juara tidak bisa kita pertahankan. Diawali dengan pandemi, persiapan sangat minim serta saya juga ditunjuk untuk menjadi asisten pelatih Bali United. Waktu bersama tim Smansa jadi sedikit kacau.


Coach Rustawijaya saat berdiskusi dengan Shane Frolling, pelatih dari World Basketball Academy.

Musim 2023-2024 coach Rusta tidak lagi memegang Smansa di DBL Bali. Melihat perjalanan anak-anak bersama coach Yudi (Yudi Hartawan) kemarin seperti apa?

Saya selalu mengikuti perjalanan Smansa di ajang DBL. karena posisi saya sekarang menjadi penasehat di Smansa.

Saya memberi masukan baik itu program latihan dan taktik. Tahun ini beberapa pemain Smansa lebih dewasa. Permainan secara tim mereka solid. Baik itu defense maupun ofense.

Baik coach itu tadi pertanyaan terakhir saya. Terima kasih atas waktunya karena sudah mau diwawancara. Sukses terus, coach!

Amin. Sama-sama, Mas.(*)

Ikuti terus serial Story of Glory SMAN 1 Denpasar di DBL.id

Seri pertama: Kisah Smansa Denpasar, Dominasi Bali Lewat Kultur yang Mengakar!

Seri ketiga: Sinar Terang Yudi Hartawan untuk Smansa Denpasar

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa