Tanah Papua belum habis. Pulau paling timur di wilayah Indonesia ini menyimpan segudang kekayaan. Baik pada segi keindahan alamnya, intelektual masyarakatnya, hingga pada segi olahraga.
Pada bidang olahraga tanah Papua mencetak atlet-atlet hebat dan luar biasa. Padahal, jika melihat perjalanan mereka untuk mencapai titik tersebut penuh perjuangan. Mulai dari berlatih di tempat seadanya, keterbatasan fasilitas, hingga kurangnya memanfaatkan potensi.
Pada Honda DBL with Kopi Good Day 2023-2024, Papua menjadi salah satu series penutup rangkaian satu musim panjang liga DBL bergulir. Lewat kompetisi tersebut, teman-teman DBL Indonesia menemukan mutiara di sosok Jacob Marthen, pemain asal SMA YPK 2 Biak.
Ya, Jacob Marthen adalah campers di Kopi Good Day DBL Camp 2024. Ini merupakan kesempatan keduanya belajar dan berlatih di DBL Camp. Tahun lalu merupakan pengalaman perdananya di DBL Camp. Pada tahun pertamanya ia pulang membawa segudang ilmu. Ilmu yang ia siap bagikan ke teman-temannya plus ilmu yang ia kembangkan menjadi jurus-jurus baru dirinya.
Baca juga: Jadwal DBL Camp 2024: Scrimmage Game Perdana!
Benar saja, progresnya meningkat drastis. Ia menjadi tumpuan sekolahnya untuk urusan mencetak angka. Pada DBL Camp 2024? Nama Jacob masuk dalam daftar panjang Top 24 campers putra!. Perjalanannya untuk bisa tiba di Jakarta tahun ini juga tidak mudah. Jauh lebih susah dan lebih berat ketimbang tahun lalu.
Yup, Jacob terpisah dari rombongan campers Papua. Ia berangkat paling akhir dari Biak. Jika naik pesawat maka waktu yang dibutuhkan Jacob untuk tiba di Jakarta memakan waktu sepuluh jam.
Belum lagi perihal transit yang bisa saja lebih dari satu kali. Tahun ini Jacob tiba di Jakarta dini hari (Selasa, 23 April 2024). Paginya ia sudah harus memakai jersei first team dan sepatu untuk langsung ke lapangan. Fisik. Hari pertama ia lahap dengan penuh sukacita.
Baca juga: Top 24 Campers Kopi Good Day DBL Camp 2024, Temanmu Terpilih!
Catatan beep test-nya juga bukan sembarangan (118). Dari sini saja kita tahu bagaiaman Jacob menghadapi gunung es pada perjalanannya di DBL Camp. Sebenarnya, gunung es tersebut telah ada sejak sebelum kamp bergulir. Sepatu basketnya rusak. Solnya sudah aus, bahaya bagi dirinya saat melakukan jurus-jurus andalan kala melantun. Asanya menjaga mimpi belum padang. Lilin Jacob belum redup, sama sekali belum.
Kakak kelasnya di salah satu klub basket memberikan Jacob sepatu. Bukan secara cuma-cuma, melainkan dengan sarat. Jacob harus berlatih sungguh-sungguh untuk modalnya berangkat DBL Camp. Mengasah lagi ketangkasan dan mempertajam tembakan. Dari sini saja kita bisa belajar bagaimana Jacob bertanggung jawab atas pilihannya. Komitmen dan keteguhannya melawan keterbatasan pada segala kondisi. Tahan banting kalau orang-orang zaman sekarang bilang.
Sepatu tersebut mengantar Jacob ke mimpi-mimpi besar lainnya. Membuka cakrawala baru pengetahuannya mengenai basket dan menjadi seorang profesional lewat student athlete.
Kini, Jacob punya dua sepatu basket. Sepatu terakhirnya ia dapat juga bukan secara cuma-cuma. Perlu ketabahan ekstra bagi Jacob untuk mendapatkannya. Karena tidak semua campers berhak mendapatkan itu. Ya, Jacob merupakan 1 dari 24 campers yang mendapat sepatu AZA 7 By Jackson New Chapter Edition.
Ini merupakan apresiasi tinggi dari teman-teman DBL untuk mereka yang berani bermimpi, berani berjuang, dan disiplin. “Seriusan kah dapat sepatu. Saya tidak tahu kalau dapat sepatu, tahun lalu tidak ada seperti ini,” ujarnya.
Kala pemanggilan, perasaan Jacob campur-aduk. Ia takut mengecewakan teman-temannya di sana (tanah Papua). Perasaan ini kerap kali muncul di teman-teman asal Papua. “Takut, takut gak bisa bikin bangga nama Papua,” ungkapnya.
Perjalanan Jacob adalah pembuktian bahwa setiap campers punya kesempatan yang sama untuk mewujudkan mimpinya. Setiap impian bisa menjadi nyata. Semua bisa terwujud lewat dengan tekad yang kuat dan keyakinan. Jacob yakin akan nyala lilin impiannya tidak pernah redup meskipun menghadapi badai angin kencang sekalipun. Api lilinnya masih menyala, bahkan lebih terang ketimbang sebelum-sebelumnya.
Lewat DBL Camp api lilin tersebut semakin terang. Lewat sini jalur menuju impiannya ia bangun. Bayangkan jika saat ini DBL Indonesia masih belum mendarat di tanah Papua.
Kita pasti terlewat ada nama teman-teman yang harum di sana, Armando Kaize, Alvaro Lamian, Agustinus Awor, Marcelo Antonio, Marco Melandry, Juliano Ndjento, sampai Jacob. Bayangkan mimpinya memakai jersei tulisan Indonesia terhenti hanya karena regulasi tinggi badan. Terus melaju dan terbang tinggi, Jacob.
Profil para campers bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap).