ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Campers DBL Manado sesampai di Bandara Mutiara Sis Al Jufrie, Palu. Mereka melanjutkan perjalanan udara ke Morowali-Makassar, baru ke Jakarta.

Begitu ada tawaran mitigasi dari DBL Indonesia terkait dampak erupsi Gunung Ruang, mayoritas campers Honda DBL with Kopi Good Day North Sulawesi Series (DBL Manado) tak berpikir panjang. Mereka langsung bersedia. Meskipun harus menempuh perjalanan 35 jam (21 jam perjalanan darat plus 14 jam perjalanan udara) menuju Jakarta, venue Kopi Good Day DBL Camp 2024.

Para campers yakin butuh perjuangan untuk mewujudkan sebuah mimpi. Mereka pun percaya, bahwa mitigasi ini merupakan jalan yang sudah disiapkan Tuhan untuk mewujudkan mimpi itu. 

Sebagaimana diketahui, para campers DBL Manado harusnya berangkat jalur udara, dari Bandara Sam Ratulangi di Manado langsung menuju Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta.

Namun, ada kejadian di luar kuasa manusia. Gunung Ruang yang sempat 22 tahun "tertidur" tiba-tiba erupsi.

Erupsi Gunung Ruang yang berada di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut) cukup berdampak. Abu vulkanisnya sampai di Manado.

Kondisi itu menyebabkan Bandara Sam Ratulangi di Manado ditutup sementara. Perjalanan campers menuju Jakarta pun otomatis tak bisa melalui bandara tersebut.

Baca Juga: Gunung Ruang Erupsi, DBL Indonesia Berikan Solusi Mitigasi untuk Campers Manado

Perjalanan terdekat sebenarnya menuju ke Gorontalo. Lalu terbang dari Bandara Djalaluddin di Gorontalo menuju ke Jakarta. Namun sial, jadwal penerbangan terdekat sudah tidak tersedia.

Mau tidak mau, campers DBL Manado harus ke Palu, ibu kota Sulawesi Tengah (Sulteng). Merujuk pada Google Maps, jarak jalur darat Manado ke Palu sejauh 940 km. Hampir setara dengan jarak Banyuwangi (kota di ujung timur Pulau Jawa) menuju Jakarta.

Perjalanan campers DBL Manado itu melewati Trans Sulawesi. Jangan dibayangkan kondisi jalan Trans Sulawesi seperti halnya tol Trans Jawa yang mulus itu.

Baca Juga: Terdampak Erupsi Gunung Ruang, Coach Herry: Semoga Jadi Motivasi Tambahan Kami

Dari Palu, campers DBL Manado akan terbang dari Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie menuju ke Morowali. Kok ke Morowali? Ya, karena penerbangan direct Palu ke Jakarta juga sudah tidak tersedia.

Dari Morowali, campers DBL Manado transit sekitar lima jam di bandara hub, Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.  Dari Makassar, baru mereka langsung menuju ke Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

"Kami berangkat dari Manado sudah malam, sekitar pukul 20.00 WITA," kata coach Herry Tri Haryanto Tumuwo, campers yang terpilih sebagai pelatih Kopi Good Day First Team Putri DBL Manado.

Dari cerita coach Herry tergambar betapa menegangkannya perjalanan dari Manado menuju Palu.

Ketegangan pertama yang dirasakan coach Herry dan para campers adalah ketika mereka sadar bahwa sopir dua mobil van yang membawa mereka ke Palu ternyata tak membawa driver cadangan.

"Waduh pusing saya, perjalanan lebih dari 20 jam tak ada sopir cadangan. Akhirnya kami sepakat saling berjaga," ujar coach Herry. 

"Kami tidur bergantian, seperti orang ronda malam. Kami harus menemani pak sopir, agar tidak ngantuk," lanjutnya.


Dua mobil yang membawa rombongan campers DBL Manado menuju Palu, Sulawesi Tengah.

Sopir pun tahu diri. Ia sadar bahwa yang dibawa adalah anak-anak yang sedang merajut mimpi. Mimpi menjadi student athlete terbaik. Mimpi berjuang menuju ke Amerika Serikat.

Sopir berusaha berhati-hati sepanjang perjalanan. Mereka beberapa kali memutuskan berhenti untuk beristirahat. Baik untuk makan maupun buang air.


Campers DBL Manado saat berhenti makan dalam perjalanan darat dari Manado menuju Palu.

Baca Juga: Perjuangan di Balik Erupsi Gunung Ruang, Christy: Mati-matian Buat All-Star!

"Kami berhenti untuk istirahat sebanyak lima kali. Belum termasuk berhenti waktu ada yang ingin buang air. Sopirnya sabar dan baik," kata Herry.

Dalam perjalanan melalui Trans Sulawesi, campers DBL Manado itu merasakan berbagai medan.

Melintasi pinggiran tepi pantai.

Melewati lembah.

Hingga berpacu jantung ketika lewat jurang yang dalam.

"Ada yang takut, karena beberapa memang belum pernah sama sekali melintasi Trans Sulawesi," cerita pelatih 49 tahun itu.

Yang bikin tegang juga ketika di salah satu titik mobil harus berjalan pelan-pelan. Ruas jalan hanya bisa dilintasi satu mobil.

"Ternyata lalu-lintasnya terganggu karena sedang ada longsor. Waduh panik kami. Apalagi pas kami lewat titik longsor itu kami melihat jurang yang dalam," jelas pelatih asal SMA Eben Haezar Manado itu.

Akhirnya rombongan tiba di Palu pukul 21.00 WITA. "Lega sekali rasanya. Perjalanan yang menegangkan tapi semua gembira karena di mobil saling menghibur," kata coach Herry.

Saat wawancara ini dilakukan, coach Herry dan para campers DBL Manado sedang transit menunggu penerbangan Makassar ke Jakarta. Sampai ketemu di Jakarta, Camps! (*)

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY