Kartini merupakan pahlawan Indonesia, apalagi urusan emansipasi wanita. Kartini juga dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Indonesia. Kartini mengajarkan kita semua perihal kemauan untuk belajar. Ya, di usia yang masih muda, ia sudah fasih berbahasa Belanda.
Tulisan-tulisan Kartini pun sudah dibaca oleh wanita-wanita di Eropa kala internet tidak semudah diakses seperti sekarang. Dari cerita dan kisah-kisah Kartini, ada begitu banyak yang bisa dipelajari. Perihal semangatnya untuk terus belajar, kemauan, serta tekad yang tinggi untuk memperjuangkan nilai-nilai kehidupan.
Pada Honda DBL with Kopi Good Day 2023-2024 juga begitu banyak kartini-kartini yang menginspirasi. Mulai dari teman-teman dancer, para suporter, pemain, hingga pelatih.
Kali ini kami mendapat kesempatan khusus untuk mendengarkan cerita dari salah satu pelatih perempuan. Namanya coach Hadida Aidah Faidah, kepala pelatih SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung.
Sebelum menjadi pelatih, Hadida sempat terjun di dunia basket profesional. Waktu itu masih ada liga putri, namanya WNBL Indonesia (Women National Basketball League). Operator liganya masih DBL Indonesia. Ketika itu Hadida membela klub asal Solo, Sritex Dragon Solo.
Perjuangannya melawan stigma perihal peran perempuan di olahraga basket tidak mudah. Terlebih lagi pada awal-awal kariernya ia mendapat banyak sekali tekanan. Pembuktian dan perjuangannya adalah bentuk paling nyata menikmati proses. Membuktikan bahwa teman-teman perempuan juga punya hak yang sama di olahraga yang ia cintai. Simak obrolannya di sini.
Awal mula terjun melatih basket itu ceritanya seperti apa coach?
Awalnya dari selesai main di klub. Pas pulang ke Tulungagung iseng-iseng bantu papa melatih di sekolah yang papa latih. Gak lama dimasukin di coaching staff sekolah pas ada salah satu event. Eh, akhirnya keterusan sampai sekarang.
Memang sebelum banting setir ke dunia kepelatihan sudah ada gambaran kalau bakal ambil jalan melatih saja?
Mungkin karena sudah passion ya. Papa sendiri juga seorang pelatih jadnya meneruskan apa yang sudah papa bangun selama ini.
Waktu awal-awal melatih itu langsung pegang Smariduta (SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung) atau gimana coach?
Waktu itu masih pegang SD sama SMP. Kalau pegang SMA langsung ya Smariduta sekitar tahun 2017. Sebenarnya sebelumnya sudah ditawarin tapi karena kuliahnya belum selesai dan tinggal skripsi aja, akhirnya saya tunda dulu buat kesempatan melatihnya.
Seperti apa sih coach rasanya melatih?
Menyenangkan sih. Ketemu sama anak-anak dan belajar memahami karakter masing-masing anak itu yang bikin saya ingin belajar terus sama basket. Belajar juga dari gim-gim yang kita jalani.
Semenyangkan apa coach?
Kalau dapat gim-gim yang ketat sih. Rasanya seperti apa yang harus dimanage itu banyak banget. Menenangkan pemain supaya gak terbebani dengan skor yang ketat dan pengambilan keputusan juga harus cepat. Itu part yang seru kalau melatih.
Tadi, sempat menyinggung soal belajar. Menurut coach Hadida sendiri sepenting apa sih belajar buat seseorang?
Menurut saya penting sekali. Begitu juga di basket. Dunia perbasketan ini gak sedikit yang perlu dipelajari. Banyak sekali perubahan-perubahan yang perlu dipelajari. Soal rules terbaru, lalu statistik, variasi latihan juga.
Pada dasarnya setiap pelatih itu setidaknya harus terus upgrade ilmu ya coach?
Harus. Harus upgrade.
Ini kan coach Hadida terbilang sudah lama juga melatihnya. Pada awal-awal terjun, apa sih coach tantangannya sebagai pelatih perempuan di tengah-tengan pelatih laki-laki?
Tantangannya adalah menepis anggapan bahwa coach basket perempuan itu gak secakap coach cowok. Padahal coach basket cewek juga bisa berprestasi sama dengan coach cowok yang ada. Banyak sekali yang meremehkan kemampuan perempuan di basket.
Selama pengalaman coach Hadidam sempat diremehkan seperti itu gak?
Sempat waktu awal-awal. Sempat diremehkan juga. Itu justru bikin saya termotivasi untuk bisa membentuk tim yang bagus.
Menurut coach Hadida sendiri, anggapan-anggapan tersebut muncul karena apa? Cara pandang mereka melihat perempuang di basket atau seperti apa?
Mungkin karena pandangan mereka tentang basket yang identik dengan permainan cowok-cowok. Akhirnya membuat mereka berpikir kalau cewek itu gak mampu.
Bagaimana caranya buat mengubah pandangan tersebut? Menjadi pandangan baru kalau sebenarnya mau pelatih laki-laki atau perempuan di basket itu sama. Punya kesempatan dan peluang berkembang yang sama.
Caranya dengan pembuktian sih. Pembuktian kalau cewek juga bisa berprestasi. Kalau mau usaha, latihan, dan mau belajar lebih pasti selalu ada jalan buat bikin level kita sama atau di atas cowok-cowok.
Saat ini kan sudah banyak pelatih-pelatih perempuan di luar sana coach. Termasuk juga di liga DBL. coach Hadida sendiri melihat fenomena tersebut seperti apa?
Keren. Menurut saya ini keren. Saya sangat mengapresiasi teman-teman cewek yang mau terjun langsung ke lapangan. Beliau-beliau sudah mau menyalurkan apa yang beliau punya ke anak-anak didiknya itu luar biasa. Apalagi kalau teman-teman ini punya background dari mantan pemain profesional. Ilmunya jauh lebih banyak yang disalurkan. Untuk kemajuan basket putri kita.
Harapan coach Hadida sendiri untuk basket putri Indonesia apa?
Harapannya semoga ada lagi liga basket putri yang terorganisir setiap tahunnya. Agar untuk tim nasional kita sendiri bisa terbentuk dengan baik. Sebenarnya banyak talenta-talenta basket putri kita yang sangat luar biasa. Bahkan dari DBL pun ada yang sudah dapat beasiswa ke Amerika Serikat. Itu (pemain) salah satu aset besar kita untuk tim nasional. Jangan sampai liga putri kita hanya mentok sampai level universitas saja.
Amin. Terima kasih coach Hadida. Sukses terus coach.
Amin. Sama-sama, Mas.