Jubilee: Mempersiapkan Diri, Mengejar Dinasti 70

| Penulis : 

Siang itu teduh. Jumat, 17 November 2023. Entah karena selepas ibadah Jumat, atau memang suasana hati yang baik. Siang itu terasa teduh, asri, dan tenang. Padahal, matahari pukul 13.00 WIB sedang semangat menyerang bumi.

Dari belakang pintu Indonesia Arena, bis datang. Mereka membawa segudang mimpi, penuh harap, dan terbebani cita-cita. Jubilee sebutannya.

Tepat pukul 13.48 WIB putri Jubilee turun dari bis, menyentuh Indonesia Arena. Tim dance turun pertama. Tim ofisial menutup rangkaian rombongan Jubilee yang jauh dari Sunter, Jakarta Pusat. Praktis, mereka menempuh perjalanan selama 1 jam untuk berlaga di Final DBL Jakarta.

Raut mereka macam-macam. Ada yang tegang, tak sedikit pula yang senang dan senyum-senyum. Sisanya merasa takjub sekaligus tidak percaya mereka akan bertanding di Final DBL Jakarta dalam hitungan menit ke depan. Saat itu masih pukul 14.12 WIB. Jubilee diwajibkan untuk bersiap di balik panggung pukul 14.50 WIB.

Sejak turun dari bis, rombongan Jubilee langsung memasuki ruang pemain. Di sana, memang sudah didesain sedemikian rupa. Ada nama-nama pemain plus jersei yang tergantung rapih. 

Reaksi anak-anak Jubilee pun sesuai perkiraan. Makin takjub sekaligus bangga. Ada nama mereka di ruang pemain Indonesia Arena. Lebih spesial lagi, nama mereka juga tersemat di jersei Final DBL. Padahal, jersei final di kota-kota lain dipakai tanpa nama. Pemain hanya diberikan jersei dengan nomor punggung saja. 

Baca juga: 5 Show Seru dan Berkesan Final DBL Jakarta di Indonesia Arena

Ini adalah contoh kecil mengapa Final DBL Jakarta begitu berbeda, begitu istimewa. Hal-hal spesial lainnya juga dinikmati oleh Jubilee kala mereka mempersiapkan diri sebelum ke lapangan. Ruang pemain yang semula rapih, menjadi berantakan. Sama seperti suasana hati pemain Jubilee yang berubah drastis.

Saat turun dari bis mereka begitu antusias, ketika di ruang pemain raut anak-anak Jubilee menjadi lebih serius, kelam, dan tegas. “Nggak nervous. Excited aja,” kelakar Dhaneswary Anjani, kapten putri Jubilee.

Baca juga: Final DBL Jakarta di Indonesia Arena Tuntas, Siap Menjawab Tantangan Berikutnya!

Dhanes, sapaan akrab anak itu, menjadi salah satu andalan bagi Jubilee. Gerak-geriknya di ruang pemain begitu tenang. Sesekali ia bercanda dengan rekannya. Tak jarang pula ia bersenandung mengikuti musik yang mereka putar lewat speaker yang mereka bawa sendiri.

Ya, spesial kedua, pemain diperbolehkan membawa hal-hal yang bisa membuat suasana hati mereka baik. Speaker portable salah satunya.

Memang, Dhanes mengatakan ia tidak gugup. Tetapi rautnya tidak bisa disembunyikan. Lima menit ia tertawa bersama rekannya, lima menit lainnya dia memilih sendiri. Entah memikirkan apa. Dahinya berkerut-kerut sambil ia mondar-mandir dan mulutnya bersenandung.

Siang yang teduh itu ternyata tidak ada di dalam diri Dhanes. “Rame banget ya di luar?,” tanyanya risau ketika waktu menunjukkan pukul 14.35 WIB. Waktunya Jubilee pemanasan.

Dhanes semakin khawatir. Tetapi anak ini pintar menyembunyikan perasaannya. Ia tetap tenang di tengah gaduhnya putri Jubilee ketika melakukan pemanasan. 

Baca juga: Final DBL Jakarta: Heboh di Venue Indonesia Arena, Trending di Social Media

Saat itu, posisi mereka berada di belakang panggung. Mereka mengitari sisi kiri ruangan persegi panjang. Sambil tiap-tiap pemain Jubilee meneriakkan yel-yel untuk penyemangat diri sendiri. 

Ada hal menarik lain ketika putri Jubilee melakukan pemanasan. Terletak di sepatu mereka. Tiap pemain Jubilee menempelkan Kinesio Tape ke sepatu mereka dan tertera berbagai macam tulisan. Intinya, tulisan-tulisan di sepatu mereka adalah bentuk penyemangat untuk diri mereka sendiri sebelum bertanding.

Termasuk di sepatu milik Dhanes. Ia menulis "God 1st", Tuhan yang pertama. Tulisan itu bagi rapalan doa sekaligus sikap untuk Dhanes.

Waktunya tiba. 16.00 WIB, mereka harus turun ke lapangan. Tawa yang saling mereka berikan di belakang panggung berubah menjadi wajah tegang ketika waktu memasuki panggung tiba.

Dhanes luruh kala itu. Raut wajahnya yang selalu berubah-ubah kini konsisten. Tegang. Tetapi ia tutupi dengan senyuman. Ternyata, beban untuk melawan SMAN 70 Jakarta begitu nyata. Tekanan itu begitu ia rasakan. Hingga dirinya mengisi jajaran pemain di tengah panggung.

Satu kalimat yang keluar dari mulut Christian, pelatih Jubilee, sebelum anak-anaknya turun ke lapangan. "Fokus. Maksimal dan all out selama di pertandingan," tuturnya.

Baca juga: Indonesia Arena Menjadi Saksi Gelar Tiga Musim Beruntun Seventy!

Bagai mantra, kalimat itu mampu menjadi minyak bakar bagi Jubilee. Ya, mereka benar-benar all out. Mereka penasaran, bagaimana cara menggulingkan dinasti Seventy di sore itu.

Berbagai strategi, serangan, hingga hal-hal lain dalam pertandingan telah diberikan Dhanes dan kolega. Namun, sekali lagi, Dhanes harus tunduk pada kenyataan. 

Dhanes masih harus menyimpan rasa penasaran mereka sekali lagi. Dalam-dalam, rapat-rapat. Seventy kembali menang atas Jubilee. Tangis Dhanes pecah di sore itu, di balik jersei yang ia gunakan untuk menutup wajahnya yang memerah.

Dhanes bersama Jubilee harus lebih kuat. Lebih tegar. Apalagi, ia adalah seorang kapten tim. Belum saatnya Dhanes dan Jubilee mengantongi titel juara DBL Jakarta. 

Tetapi, yang pasti dan jelas, Dhanes dan Jubilee berhasil membawa segudang memori berharga di Indonesia Arena kala itu. Dhanes yang tidak ekspresif itu akhirnya bisa menerima dengan lega.

"Belum saatnya menang, tetapi aku bangga bisa bermain di Indonesia Arena," kata Dhanes. Menutup harinya yang begitu panjang. (*)

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa