ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Sehari Bersama Pemain Tim Basket Putri SMA Petra 1, Nelvina Sally!

Terus Berjuang, Panggungmu Belum Berakhir, Sal!

Kiko Amalia Putri - 29 August 2023

Setelah hampir dua dekade berjalan, sejarah baru kembali tercipta di Honda DBL with Kopi Good Day 2023 East Java Series-North Region.

Kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia itu menjadi saksi atas kehebatan dan konsistensi para pejuang. Ada tim yang tak diperhitungkan sebagai unggulan, justru mencapai fase puncak untuk kali pertama. 

Tak mudah memang merangkak di tengah puluhan tim dengan sederet prestasi yang luar biasa hebatnya di Honda DBL with Kopi Good Day 2023 East Java Series-North Region.

Namun, harapan selalu ada. Dan, tim putri SMA Petra 1 Surabaya telah membuktikannya musim ini.

Kami ingin merasakan bagaimana berada di tengah-tengah tim putri SMA Petra 1. Di saat mereka berhasil mengukir sejarah menjadi finalis. Di saat mereka menghadapi laga krusial, final party Honda DBL with Kopi Good Day 2023 East Java Series-North Region, Sabtu 26 Agustus 2023.

Untuk itulah kami melakukan peliputan partisipatif. Kami mengikuti Nelvina Sally Utomo, guard SMA Petra 1, selama sehari penuh. Sebelum ia melakoni laga di partai puncak dengan menghadapi tim juara bertahan tiga kali berturut-turut, SMA Gloria 1 Surabaya.

Saya, Kiko Amalia Putri mendapatkan penugasan untuk "mengawal" sang bintang, Nelvina. 

Senang rasanya ketika tawaran melalui chat diterima dengan baik oleh pemain yang akrab dipanggil Sally itu.

Sebenarnya saya sudah memantau bagaimana permainan Sally sejak tahun lalu. Sayang, perjuangannya kala itu belum berbuah manis. Langkahnya terhenti begitu cepat. 


Namun, tahun ini saya dibuat terpukau oleh aksinya. Bahkan saya yakin seisi DBL Arena juga sepakat dengan itu. Setidaknya jika melihat statistiknya musim ini. 89 poin, 28 rebound, 25 assist, dan 23 steal.

Sally berproses dengan begitu signifikan musim ini. Bahkan mampu menembus puncak kejayaan sekolahnya, yang belum pernah diraih sebelumnya.

Capaian itu membuat saya tertarik mengetahui lebih dalam tentang sosok Nelvina Sally Utomo.

***

Sabtu, 26 Agustus 2023, seharusnya saya menuju ke DBL Arena bersamanya. Berada dalam mobil yang sama dengan Sally.

Namun akhirnya ada sesuatu hal yang tak memungkinkan saya bersama dia menuju DBL Arena. Akhirnya kami sepakat bertemu di DBL Arena. Kami bertemu di depan ruang ganti pemain.

Sally saat itu tengah kebingungan. Seperti sedang mengeluh, dan meminta sesuatu ke panitia. Saat melihat saya datang, ia masih menyempatkan bertegur sapa. Memang humble anaknya.

Saya memberanikan untuk bertanya, apa yang sebenarnya ia keluhkan?

Sembari menunjukkan jari kaki kelingking sebelah kanan, Sally merintih kesakitan. 

Ternyata kulitnya mengelupas. Cedera yang didapat dari perjuangan di laga sebelumnya saat melawan SMAN 1 Puri Mojokerto.

Sally sempat meminta plester luka tapi barang yang dicari tak kunjung didapat. Hal itu membuatnya sedikit kecewa. Akhirnya Sally kembali ke ruang ganti dan melanjutkan berbagai persiapan.

Setelah semua persiapan tuntas, Sally keluar dari ruang ganti. Melakukan checking atribut, menggunting kuku, dan berkumpul dengan rekan-rekannya. 

“Hari ini kita lawan Gloria 1, gak usah dipikir gimana hasil akhirnya. Pokoknya do our best dan serahkan semuanya pada Tuhan,” ujarnya penuh semangat, sebelum memimpin doa bersama.

Nelvina Sally Utomo

Selepas doa-doa dan harapan dipanjatkan bersama, Sally saya lihat terlihat panik.

Ia lari ke sana. Lari ke sini. Ternyata urusan dengan plester luka masih belum tuntas. Saya pusing sendiri melihatnya mondar-mandir. 

Di tengah ke-riweuh-an itu, Sally dan dua rekannya tiba-tiba menghampiri saya. 

“Kak, jujur! Nanti waktu pemanggilan starting line up, bagusan pakai (baju pemanasan) apa nggak?” tanyanya serius.

“Bagusan gini sih,” jawab saya dengan menunjuk kostum tanpa baju pemanasan.

Tuh kan!” ketus Sally sambil menanyakan hal yang sama ke panitia lain.

Bagi orang-orang awam, mungkin hal-hal seperti ini dianggap remeh. Dianggap tidak penting. Ngapain sih mau pemanasan aja mesti ribet pakai baju pemanasan segala?

Beberapa orang lainnya mungkin juga nggak tahu apa itu baju pemanasan? Dan kenapa pula harus ada baju pemanasan?

Tapi setelah saya akrab dengan anak-anak DBL selama satu tahun lebih ke belakang, saya mengerti kenapa hal-hal yang "remeh" ini justru begitu berharga. Mungkin, saya akan mengatakan hal remeh ini sebagai detail-detail kecil yang mereka perhatikan betul.

Ya, detail-detail seperti baju pemanasan, kaus kaki seragam, rambut kepang atau kuncir kuda, atau bahkan hal-hal di luar nalar yang sepertinya nggak memberikan efek begitu dahsyat untuk permainan mereka nanti.

Kembali ke baju pemanasan. Biasanya student athlete menggunakan kostum yang berbeda dari jersei ketika pemanasan. Alasannya banyak, tetapi satu hal yang saya ketahui, entah bagaimana, ketika menggunakan baju pemanasan sebelum pertandingan mulai justru membuat suasana pertandingan itu berbeda.

Berbeda dengan pemanasan. Dari sana, student athlete bisa menyerap energi dari penonton, suasana di lapangan, yang akhirnya membangun mental dan semangat mereka ketika tip off dilakukan.

Dan fenomena ini terjadi bukan hanya untuk Sally dan kawan-kawannya saja, hampir seluruh tim-tim di Jawa Timur, di Surabaya khususnya, juga memperhatikan detail-detail seperti ini.

Kembali ke kondisi hectic Sally dan rekannya. Rasa penasaran seputar baju pemanasan tuntas. Detik-detik terakhir beranjak sebelum ke lapangan, Sally masih disibukkan dengan lukanya.

Masih belum memperoleh plester luka rupanya. Tak punya banyak waktu, akhirnya Sally mengakalinya dengan tapping. Saya nggak mau membayangkan bagaimana rasanya ketika tapping-nya dilepas nanti. Akan seperti apa bentuk lukanya, rasanya, dan perihnya.

***

Bermain di laga final merupakan pengalaman pertama untuk Sally. Ia antusias memang. Tapi gugup juga tak bisa ia sembunyikan. Bahkan mukanya memerah, terlihat gelisah.

“Lebih deg-degan dipanggil SLU sih, bingung harus gaya kayak gimana,” candanya.

Saat hendak dipanggil, Sally masih sibuk sendiri. Begitupun dengan rekan satu timnya.

"Nanti mau gaya apa, Sal?" bisik salah satu temannya.

"Terserah kalian, aku ngikut," jawabnya lirih, tapi terdengar jelas di telinga saya.

Saya lantas berpamitan. Saya ingin melihat Sally dari sisi penonton. Begitu namanya dipanggil, saya menjadi salah satu orang yang paling bersemangat melihat aksi Sally di atas panggung.

Rupanya, Sally hanya tersenyum manis. Menyapa seluruh penonton. Dirinya terlihat malu-malu.

Nelvina Sally UtomoEntah canggung atau bingung mau bergaya seperti apa, inilah aksi Sally ketika pemanggilan starting line up (SLU).

Saat laga dimulai, Petra 1 tertinggal cukup jauh. Sally kehilangan beberapa kesempatan mencuri poin. Bahkan ia baru bisa menceploskan angka saat waktu tersisa 36 detik di kuarter pertama.

Pertandingan kali ini memang terasa tak lengkap. Victoria Benedicta Joe, sobat karib Sally saat di lapangan hanya bisa memandangi lewat bangku tribun. Ia mengalami cedera, ligamennya sobek. Sehingga tak bisa melantai di final party.

Akhirnya Sally berusaha menjadi tulang punggung untuk timnya. Semua kemampuan terbaik ia kerahkan demi nama di dada. 

Selama 40 menit waktu pertandingan, ia hanya diberi waktu istirahat 15 detik saja. Yap, peran Sally memang begitu dibutuhkan untuk Petra 1.

Sayang, hasil akhir yang diperoleh hari ini tak sesuai harapan. Laju mereka harus terhenti. Tim putri SMA Petra 1 harus puas dengan status runner up usai tersigkir dengan skor 59-24. Tapi prestasi itu tetap akan tercatat sebagai sejarah di DBL. Lebih-lebih baik sekolahnya.

Rasa kesal sempat terlihat dari wajah Sally. Rambutnya berantakan. Dahinya terlihat mengerut saat bersalaman dengan pemain lawan usai bertanding.

Ia seperti tak berani memandangi wajah orang di sekitar. Namun, sebagai kapten dirinya berusaha untuk tetap tegar.

Nelvina Sally UtomoSally ketika menyalami official dan tim lawannya, SMA Gloria 1 Surabaya.

Dengan kebesaran hati, Sally tetap membagikan senyum manisnya kepada semua orang. Mulai dari sesi awarding, hingga perjalanan ke ruang ganti.

Satu per satu anak tangga menuju ruang ganti ia pijaki. Masih dengan senyuman, walau hatinya pasti teriris.

Sekilas perbincangan kembali terjadi usai pertandingan. Tepatnya saat Sally keluar dari ruang ganti dan hendak berjalan pulang.

Gapapa ya, nanti dibalas waktu Championship Series,” kata saya. 

“Aku besok pagi berangkat Popnas kak, di Palembang, sampai tanggal 5 (September). Jadi gak bisa main Championship Series,” jawabnya dengan sedikit menunduk, sambil membawa tas punggung.

Nelvina Sally UtomoSally saat menerima plakat runner-up dari founder sekaligus CEO DBL Indonesia, Azrul Ananda.

Rasa kesal itu akhirnya terjawab. Final Party Honda DBL with Kopi Good Day 2023 East Java Series-North Region bakal menjadi panggung terakhir bagi Sally.

Sedihnya disambut dengan pelukan hangat dari Nathania Nicole Sasongko, pemain Gloria 1 yang juga sahabatnya. Keduanya terlihat saling menguatkan. Bak sahabat yang sudah sangat lekat. Mengingat Nicole juga tak bisa bermain, lantaran cedera saat berlatih.

Padahal mereka sudah membuat janji. Bertemu di partai final sebagai lawan, untuk kali pertama dan terakhir. 

Laga penutup yang cukup manis. Meski tak sesuai harapan, Sally telah membuktikan kepada ribuan pasang mata yang hadir bahwa perjuangannya tak main-main.

Di laga itu, Sally mengemas 16 poin. Dari 24 poin yang dibuat Petra 1. Tetap tegak berjuang Sally. Panggungmu belum berakhir.(*)

  RELATED ARTICLES
Comments (2)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY