Developmental Basketball League (DBL) bukan sekadar kompetisi basket. Sejak kali pertama diselenggarakan pada 2004, kompetisi yel-yel ikut mengiringi setiap pertandingan basket yang diselenggarakan.
---
Sekarang, kompetisi yel-yel itu diikuti ratusan tim dari 15 provinsi di Indonesia. Karena setiap tim basket wajib diiringi tim yel-yel, maka pertumbuhan kompetisi yel-yel pun terus sebanding dengan pertumbuhan kompetisi basket.
Jadi bisa dibilang, kompetisi yel-yel DBL merupakan yang terbesar di Indonesia!
Sekarang, banyak kompetisi basket pelajar lain yang mengikuti format DBL ini. Namun, belum ada yang sanggup menyamai skala dan kerumitan kompetisinya.
Yang unik dari kompetisi yel-yel DBL adalah keragaman pesertanya. Dalam aturan, tidak disebutkan harus tim cheerleader, modern dance, atau yang lain. Juga tidak harus putra atau putri. Pada dasarnya setiap sekolah bebas mengirimkan tim yel-yel dalam bentuk apa pun.
Syaratnya hanya satu: Harus atraktif dan minimal beranggotakan delapan orang (maksimal 12 orang).
Tak heran, sejak 2004, ada berbagai jenis tim yang menang. Kadang tim komedi, kadang cheerleader, kadang modern dance. Kadang putri semua, tak jarang yang menang putra semua.
Mengapa ada yel-yel? “Pertandingan basket saja tidaklah cukup untuk membuat penonton betah duduk berjam-jam di stadion. Kompetisi yel-yel ini memberi dimensi ekstra, menambahkan elemen entertainment saat penyelenggaraan even,” jelas Masany Audri, general manager DBL Indonesia.
Selain itu, lanjut Masany, adanya kompetisi yel-yel semakin memperbesar keterlibatan sekolah di DBL. “Kekompakan sekolah semakin teruji di sini. Sebab, kalau tim yel-yel tidak hadir atau tidak komplet, maka tim basket pun terkena sanksi,” paparnya.
Ya, di DBL, tim yel-yel memang dihitung sebagai bagian dari tim sekolah. Menurut aturan, kalau jumlah anggota yel-yel yang hadir kurang dari angka minimum (delapan anak), maka anggota yang kurang itu harus ditukar dengan pemain basket yang ditunjuk oleh lawan.
Tentu saja, lawan biasanya akan menunjuk pemain terbaik sebagai pengganti anggota yel-yel.
Dan ya, sesuai aturan, pemain basket yang ditunjuk “pindah” jadi anggota yel-yel harus ikut tampil di lapangan. Ikut menari atau beratraksi bersama anggota tim yel-yel yang lain. Seru bukan?
Semakin lama, kompetisi yel-yel ini menjadi semakin rumit dan megah. Kadang, persaingannya lebih sengit daripada persaingan para tim basket.
“Setiap tahun, kami selalu tak sabar melihat inovasi baru tim-tim yel-yel di DBL. Dan setiap tahun, selalu ada penampilan baru yang mampu membuat orang geleng-geleng kepala,” kata Donny Rahardian, manager events and basketball operations DBL Indonesia. (*)