Developmental Basketball League (DBL) punya kebanggaan ekstra: Menggunakan brand asli Indonesia. Kerja sama dengan League dari Berca Sportindo ini disebut sebagai kerja sama terbesar dunia olahraga Indonesia.
--
Sejak 2005, Developmental Basketball League (DBL) sebenarnya sudah sukses menggandeng produsen sportswear. Pada tahun kedua kompetisi itu, DBL sudah menggandeng Fila sebagai official shoes. Dalam kerja sama itu, tim-tim yang lolos delapan besar mendapat hadiah sepatu untuk semua pemainnya.
Pada 2006 hingga 2008, DBL menjalin kerja sama dengan Mitra Adiperkasa, menjadi kereta promosi merek sepatu Spalding.
Mulai 2009, DBL menjalin kerja sama baru dengan Berca Sportindo, mengkampanyekan merek asli Indonesia, League. Selama ini, Berca dikenal sebagai produsen merek nomor satu di dunia, Nike, di Indonesia.
Kali ini bukan hanya untuk sepatu, melainkan untuk sportswear secara keseluruhan. Sejak 2009, barang-barang berlambangkan DBL bisa didapatkan di berbagai penjuru Indonesia. Termasuk di mal-mal papan atas Jakarta, meski liga ini belum menjamah ibu kota Indonesia tersebut.
Di Indonesia, belum ada liga lain, dalam cabang olahraga apa pun, yang menjalin kerja sama seperti ini. DBL telah menunjukkan jalan bagaimana sebuah liga bisa berdampak terhadap industri olahraga secara real. Selama ini, kerja sama seperti ini hanya terjadi di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat atau negara-negara mapan Eropa.
“Siapa yang tidak bangga punya kerja sama sportswear seperti yang kami jalin dengan League. Kerja sama multiyear ini sangatlah pen-
ting untuk masa depan DBL. Untuk bisa tumbuh dan sustainable, kami harus punya pola kerja yang tidak bergantung seratus persen pada sponsor,” jelas Azrul Ananda, commissioner DBL.
Pihak League dan DBL sebenarnya sudah mulai bicara sejak Juli 2008. Prajna Murdaya, komisaris Berca, dan Azrul Ananda punya visi yang bisa saling menunjang.
Kata Prajna, kerja sama dengan DBL ini bukan sekadar untuk membantu penjualan produk. Juga untuk pengembangan kualitas produk. Sebab, tidak ada liga lain di Indonesia yang melibatkan pemain sebanyak DBL. Dengan bergabung di DBL, League berharap bisa mendapat lebih banyak masukan dari berbagai jenis pemain di berbagai penjuru Indonesia.
“DBL punya banyak pemain, punya banyak pendukung. Kami berharap mereka bisa membantu kami, memberi masukan untuk terus mengembangkan produk-produk kami,” papar Prajna.
Kerja sama ini resmi terjalin pada September 2008. Sebelumnya, pihak League dan DBL sudah intens berkomunikasi. Bukan hanya untuk membicarakan poin-poin kesepatakan, melainkan sudah menuju pada desain produk-produk berlogo DBL yang akan beredar di pasaran.
Prajna dan tim League sudah mendesain sejumlah sepatu. Untuk edisi tahun pertama, memang masih memakai desain-desain orisinal League yang sudah ada, namun dibumbui logo DBL dan diproduksi dengan warna-warna eksklusif. Nantinya, tidak tertutup kemungkinan ada sepatu yang memang didesain khusus untuk DBL.
Di antara barisan sepatu itu, yang dijadikan andalan adalah A Gravity DBL. Sepatu basket dengan desain minimalis (understated). Bahkan cenderung polos. Ada warna putih dengan sedikit sentuhan biru, ada yang hitam dengan sentuhan emas. Di bagian belakang ada logo DBL, di bagian tongue ada tanda tangan Azrul Ananda.
“Selama ini, merchandise DBL memang cenderung understated. Tidak aneh-aneh. Filosofi itu berlanjut bersama League. Bahwa sepatu perdana kami cenderung polos, saya menganggapnya sebagai clean sheet of paper. Bahwa kami mengulangi lagi segalanya dari kertas putih yang kosong. Sehingga ada banyak ruang untuk pengembangan ide pada produk-produk selanjutnya,” tutur Azrul.
Produk-produk baru itu tentu membuat ribuan pemain DBL penasaran. Asal tahu saja, pada Mei 2009, sebelum rangkaian Honda DBL 2009 berakhir, sudah ada pertemuan desain sepatu untuk 2010! (*)