Bagi para student athlete DBL Academy dan penikmat konten Tricky Trick di YouTube DBL Play mungkin sudah tak asing lagi dengan sosok pelatih Madya Firman Anugerahadi. Ditemui Senin (15/8) beliau dengan semangat menceritakan pengalamannya melanglang buana sebagai pelatih basket di Surabaya. Hingga misinya yang ingin membawa basket Indonesia lebih baik.
Berawal kecintaan basket yang dianggap cukup terlambat hingga kini menjadi hobi yang menjadi pekerjaannya sekaligus. Dituturkannya, ketertarikan pada basket justru baru muncul saat duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Bisa dibilang ketertarikan basket saya itu terlambat. Saya mulai suka itu bukan dari kecil tapi dari SMA. Bahkan, saya hanya pernah merasakan dua kompetisi basket selama SMA yang diselenggarakan oleh Universitas Widya Mandala,” tuturnya.
Motivasi minat basketnya semakin menggelora ketika mulai ikut kompetisi. Dari sana dirinya merasa termotivasi untuk juara. Semangat ini pun berlanjut hingga mulai memasuki bangku kuliah bidang olahraga di Universitas Surabaya (Unesa).
Menariknya, Coach Firman justru memulai kariernya sebagai pelatih terlebih dahulu sebelum menjadi pemain. Ia sudah mulai menangani tim saat masih duduk di semester tiga dan baru turun sebagai pemain kampus di semester lima.
Coach Firman menuturkan SMAN 22 Surabaya yang menjadi debutnya sebagai pelatih basket. Dengan posisinya masih menjadi mahasiswa beliau juga aktif di salah satu klub basket di Surabaya.
“Yah memang bareng semua jadi ya bermain aktif dan sebagai pelatih,” tambahnya. Merasa dirinya cukup tertinggal di dunia basket, di momen keemasannya ini coach Firman justru lebih aktif terus belajar dan berlatih basket hampir setiap hari.
Di sekolah ini lah pengalaman pertama kali coach Firman menerjunkan tim SMAN 22 Surabaya berlaga di Honda DBL. Pengalaman pertama kali menangani tim di DBL dirasakan cukup banyak tantangan. Meski demikian hal ini menjadi awal mulai proses belajar coach Firman di kariernya sebagai pelatih profesional.
Sempat belajar kurang lebih satu tahun sebagai pelatih di SMAN 22 Surabaya, perjalanannya sebagai pelatih mulai berkembang. Pria kelahiran Surabaya 1986 ini melanjutkan karirnya sebagai pelatih di SMA Trimurti Surabaya hingga delapan tahun.
Pada 2015, tahun terakhirnya di SMA Trimurti, coach Firman semakin mantap berkarier di basket dan terpilih sebagai asisten pelatih tim putri Honda DBL Indonesia Selection Team 2015 untuk berangkat ke Australia. Pencapaiannya ini menjadu kunci untuk membawa dirinya mendapatkan pekerjaan sebagai kepala pelatih SMAN 5 Surabaya hingga di DBL Academy.
Melatih basket anak-anak di berbagai level menumbuhkan passion tersendiri. “Terbiasa melatih basket di berbagai level lama-lama menjadi passion tersendiri,”. Dari sinilah ilmu dan pengalamannya mengenai beragam ilmu basket mulai dibagikan sebagai pelatih.
Selama menjadi pelatih beliau juga menorehkan beragam prestasi. Salah satunya membawa beberapa timnya menyabet medali perak dan emas di Porprov Jember 2022 lalu. Berkarier kurang lebih 16 tahun sebagai pelatih di beragam level tentu menjadi pengalaman luar biasa. Terlebih lagi kariernya melatih di berbagai sekolah terdahulu memiliki beberapa perbedaan saat ini dengan DBL Academy.
“Perbedaanya dari target ya. Kalau di DBL Academy lebih mengembangkan individu dan skill team. Sedangkan kalau di sekolah-sekolah tentu ada target untuk mencapai kompetisi tertentu. Salah satunya masuk di liga DBL,” jelasnya.
Melalui DBL Academy coach berharap kontribusinya dapat membantu mengembangkan minat dan skill individu mereka terhadap olahraga basket.
Disinggung mengenai suka duka melatih berbagai jenjang, coach Firman menjelaskan masing-masing tempat berlatihnya memiliki gairah yang berbeda.
“Masing-masing tempat melatih tentu memiliki gairah yang berbeda. Ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Di sini saya lebih fokus untuk menumbuhkan kepercayaan diri terhadap anak-anak. Namun di mana pun melatih saya tetap menikmati,”
Di lain sisi, sebagai pelatih, alumni SMAN 14 Surabaya ini berharap bisa membantu mengembangkan skill basket anak-anak, untuk Surabaya, Jawa Timur, hingga Indonesia.
Beliau berharap bisa memberikan kontribusi terbaik untuk basket Indonesia lewat sumbangsihnya sebagai pelatih. Meski tak sempat mencicipi liga pelajar Honda DBL saat SMA, dirinya masih bersyukur justru bisa bergabung sebagai jajaran pelatih di liga pelajar terbesar di Indonesia ini.
“Cita-cita paling besar saya ke depannya adalah bisa membawa tim dengan nama Indonesia di kompetisi Internasional," tutur Firman dengan semangat.
“Selain itu harapan untuk pelatih sekaligus dunia basket di Indonesia adalah bisa menyamakan kurikulum basket. Sistem yang sama akan membawa visi dan misi lebih optimal demi mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan terbaik.” pungkasnya.
Saat ini beliau pun fokus mengembangkan dan melatih roster 'Elite' - sebutan level SMA di DBL Academy sebagai persiapan kompetisi yang akan diikuti. Adapun ajang terdekatnya adalah membawa tim DBL Academy terbang ke Australia untuk berlatih dan bertanding di negeri Kangguru. (*)