Sosok di Balik Koreografi Luar Biasa Tim-tim Dance Malang

| Penulis : 

Di balik aksi panggung spektakuler pada UBS Gold Dance Competition, pastilah ada sosok pelatih yang luar biasa. Ungkapan ini cocok sekali disematkan pada sosok Phillip D. Dethan. 

Namanya mungkin masih terdengar asing bagi sebagian kita. Tetapi jangan salah. Kiprahnya menangani tim dance asal kota Malang tidak perlu diragukan lagi. Sudah banyak prestasi yang diukirnya selama menjadi koreografer.

Tangan dinginnya sanggup mengantarkan tim-tim asuhannya menembus babak big 10. Tidak sekali Dede, panggilan akrabnya, berhasil membuat DNA Dance Crew (tim dance asal SMA Kolose Santo Yusup Malang) mempertahankan posisinya di tiga besar selama tiga tahun berturut-turut pada 2017-2019. 

Bukan hanya satu atau dua tim saja yang ditanganinya. Koreografer lulusan Institut Teknologi Nasional Malang ini bahkan pernah memegang 12 tim dance sekaligus dalam satu waktu. Tidak bisa dibayangkan bagaimana ide kreatif yang harus dikerahkannya untuk menciptakan koreografi yang berbeda bagi tiap tim. 

Tahun ini Dede cuma menghandle lima tim dari tiga sekolah saja. Yakni Kosayu, SMAN 8 Malang, dan SMKN 1 Malang. Jumlahnya memang lebih sedikit tetapi perjuangannya tidak bisa dikatakan ringan. Latihan di tengah pandemi serta waktu persiapan kurang dari satu bulan jadi tantangan tersendiri. 

"Awalnya kukira bakal susah banget buat handle mereka. Ternyata mereka sangat mandiri mempersiapkan segalanya. Saya salut anak-anak punya semangat juang yang luar biasa," kata Dede. 

Koreogrfer yang sudah malang melintang menjuarai berbagai ajang dance ini mengungkapkan bagaimana caranya menciptakan koreografi tiap tim. Setelah tema diputuskan, biasanya Dede bakal meminta waktu buat menonton filmnya. Dari sana terbentuklah koreografi keren yang akhirnya ditampilkan di UBS Gold Dance Competition. 

Sepuluh tahun sudah sejak Dede terjun menjadi pelatih tim dance untuk UBS Gold Dance Competition. Selama itu pula banyak jatuh bangun yang dialaminya. Tetapi itu tidak menjadikan Dede kapok. Malahan ia menyebut punya tanggungjawab moral kepada tim yang mempercayakan koreo padanya. 

"Supaya ke depannya mereka tidak kecewa sama apa yang sudah mereka lakukan. Untuk ukuran anak SMA, mereka sangat luar biasa. Jadi kalau aku bisa bantu sebanyak mungkin, dibayar atau nggak, itu nggak masalah. Asal ke depannya kami punya hubungan kekeluargaan yang terjalin erat," ucap Dede. (tya)

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Jadwal Technical Meeting DBL West Kalimantan 2024
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya