Sekarang ini, di era modern yang ditandai dengan majunya teknologi, rasanya sudah nggak keren kalau memandang perempuan dengan sebelah mata. Di Indonesia sendiri, tiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Hari dimana menunjukkan kalau perempuan Indonesia itu hebat, bisa berjuang dan nggak bisa dipandang sebelah mata.

Hari Kartini sendiri ditetapkan oleh Presiden Soekarno yang mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Kepres tersebut menetapkan RA. Kartini Djojo Adhiningrat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, sekaligus tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

Layaknya perjuangan Kartini, Henny Sutjiono juga berjuang demi menggapai karirnya. Bagi penggemar basket, nama Henny pasti sudah tidak asing. Perempuan berusia 26 tahun itu merupakan skuad DBL Indonesia All Star 2010. Namanya pun kerap mengisi skuad Tim Nasional (Timnas) basket putri Indonesia. Kabar terakhir, namanya juga tengah mengikuti training camp skuad 3x3 merah putih untuk ajang kualifikasi Olimpiade Tokyo 2021

Di lemarinya pun terisi segudang medali bergengsi. Sebut saja seperti medali perunggu PON 2016, medali perunggu SEA Games 2017, medali perunggu SEA Games 2019, dan juga ia pernah membawa timnas putri menempati urutan 7 di Asian Games 2018.

Tapi, yang mesti diketahui, semua itu tidak diraih seperti semudah membalikkan telapak tangan. Banyak pengorbanan yang Henny lakukan, demi menginjakkan karir sebagai pebasket perempuan profesional.

“Kalau dari aku sendiri perjuangan paling kerasa waktu kuliah sambil basket. Soalnya bagi waktunya susah. Karena harus latihan dulu paginya, terus lanjut kuliah, terus malamnya ada latihan kampus lagi,” tandas alumni SMA Frateran Surabaya itu.

Belum lagi, pada masa itu, Henny juga mesti menyeimbangkan dengan pendidikan yang ia tempuh di Universitas Kristen Petra. Sebab, baginya pendidikan juga tak kalah penting, yang juga harus bisa diperjuangkan.

“Karena harus kuliah aku juga harus luangin waktu buat belajar bareng sama teman. Kalau ada ujian, terus izin tanding, kadang ketinggalan materi, pasti aku kejar dengan belajar bareng,” tandas Henny.

Perempuan yang mengidolakan Marlina Herawan ini juga pernah mengorbankan kesempatan seleksi Timnas demi skripsi. “Pas seleksi Timnas 2015, aku juga lagi tahun terakhir skripsi, jadi harus relain dulu, karena mesti selesaikan kuliah,” timpalnya. Sosok kelurga serta orang sekitar yang buat Henny jadi kuat.

“Keluarga selalu anterin ke kampus terus ke tempat latihan, tanpa mereka semua saya juga nggak bisa jalanin basket dan kuliah,” ucapnya. Tapi, ia merasa cukup bersyukur. Proses kehidupan dan pengorbanan itu sudah terbayar dengan prestasinya saat ini.

Baginya, apa yang dilakukan merupakan bagian dari meneruskan perjuangan RA Kartini. Yang dulu sempat tidak diperbolehkan sekolah dan harus dipingit di rumah sejak dini. “Jangan terbatas karena omongan orang lain atau diremehkan, tapi fokus berproses untuk menggapai yang kita mau dan buktikan kalau kita perempuan juga bisa berkarya,” pungkas Henny.

Selamat hari Kartini untuk seluruh perempuan hebat di Indonesia! (*)

Baca Juga: Hari Kartini 2021: Regita Pramesti Gemborkan Semangat Basket Perempuan

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Penggawa Smaven Dominasi Top Asis Leaders DBL Banjarmasin 2024
Fenomenal! Danu Satria Pimpin Daftar Top Poin Leaders DBL Banjarmasin 2024
Kilas Balik: Kebangkitan Al-Maruf yang Membahayakan
Menuju Musim Baru: SMAN 8 Bandung Diminta Bermain Lepas dan Menikmati Game