Top 50 ViCee Skills Competition bakal kembali berkompetisi di fase playoff, yang digelar mulai 3-16 Desember 2020 mendatang. Lolos ke playoff bukanlah pekerjaan mudah. Mereka harus melewati total 60 challenge. Baik itu weekly maupun daily challenge. Belum lagi, ada 4 spesial challenge yang juga turut serta membantu mereka menambah pundi-pundi poin selama kualifikasi.
Dua peserta yang lolos ke playoff, Atha Damario dan Cherlin Sarmento mengakui beratnya tantangan selama kualifikasi. Menurut mereka, konsistensi dan tekad yang kuat mendorong mereka lolos dari ketatnya babak kualifikasi.
Cherlin Sarmento yang datang dari SMAN 1 Kefamenanu Nusa Tenggara Timur (NTT) sempat tak menyangka bisa masuk dalam Top 50 lewat jalur East Conference. Ia merupakan satu-satunya peserta dari NTT. Baginya, challenge yang diujikan memang nggak mudah buat diselesaikan. Apalagi, di daerahnya fasilitas basket masih minim.
Belum lagi secara teknis untuk merekam video, jadi salah satu rintangan Cherlin dalam mengerjakan challenge. "Misalnya memory handphone penuh atau kondisi hujan. Kadang mikir buat berhenti, tapi akhirnya aku meneguhkan hati buat tetap berusaha, balik lagi soalnya mau bawa nama Kefamenanu ke level nasional," tuturnya.
Soal basket ia memang bersungguh-sungguh. Basket jadi salah satu ceklis mimpinya. Tinggal selangkah lagi, target jadi Top 10 ViCee Elite Players bisa diraihnya, asal tetap konsisten. "Yang pasti playoff akan lebih sulit. Setiap challenge berharga banget. Rintangan terberatnya paling soal alat dan atur waktu karena sedang ujian," cewek berusia 16 tahun itu.
Atha Damario, student athlete SMAN 2 Banjarmasin
Sementara itu, Atha Damario siswa dari SMAN 2 Banjarmasin juga merasa puas dengan hasil yang ditorehkannya. Siswa kelas XI itu makin menjaga spiritnya, lantaran bisa lolos bersama rekan setimnya, Riyadh. Cowok berusia 16 tahun itu melaju ke playoff lewat jalur North Conference. Raihan yang ditorehkannya ini bukan begitu saja mudah didapat.
Ada kendala teknis seperti jaringan yang acap kali jadi kendala sewaktu menuntaskan challenge di babak kualifikasi lalu. Namun, meski begitu ia cukup keras, untuk membuktikan kualitasnya di basket walaupun baru memperdalam basket satu tahun terakhir ini.
"Tujuan pertama aku ikut kompetisi ini buat pembuktian, karena aku baru perdalam basket waktu masuk SMA. Dan badanku nggak terlalu tinggi, jadi aku mau buktikan bisa bersaing dengan student athlete lainnya," ujarnya. Terpilihnya 50 peserta terbaik yang melangkah ke babak playoff membuat Atha sadar nggak ada waktu untuk bersantai.
Ia banyak belajar dari kesalahan di penyisihan lalu. Diantaranya soal ball handling serta latihan fisik yang lebih keras lagi, supaya tetap bisa bersaing untuk menjadi ViCee Elite Players. "Bismillah, semua bisa berjalan lancar, semoga bisa finish di tiga besar," tungkasnya. (*)