Persiapan SMAN 1 Cikampek menghadapi Honda DBL 2019 memang sangat matang. Tak ayal itu membuat para penggawa Saci (julukan SMAN 1 Cikampek) berhasil menunjukkan prestasi yang membanggakan.
Musim lalu Mohammad Rafli dan kolega berhasil tembus perempat final Honda DBL West Java Championship Series. Usai lolos dari penyisihan regional utara.
Di musim itu, Rafli sebagai salah satu senior, turut berperan besar dalam keberhasilan timnya. Ia pun berbagi cerita pada DBL.id, mengingat kenangannya musim lalu.
"Dua bulan sebelum DBL mulai, kami menargetkan minimal lolos dari penyisihan Bekasi. Oleh sebab itu kami genjot latihan 5 sampai 6 kali dalam seminggu,” terangnya. Pebasket berusia 18 tahun itu mengaku ia dan timnya enggan menyerah sebelum pertandingan berakhir. Motivasi itu juga yang selalu ditanamkan sang pelatih.
“Pemain Saci wajib punya mental hustle. Tidak ada kata puas. Tidak ada kata menyerah dengan keadaan dan jangan pernah berhenti berlari,” ucapnya menirukan motivasi yang terus disampaikan pelatih.
Hal itu juga yang dibuktikan Saci ketika loloske perempat final. Saat itu Saci berjumpa dengan salah satu tim kuat, SMA Regina Pacis Bogor. Saat itu Rafli dan tim tidak mau tunduk begitu saja.
Sekali lagi, ia selalu memaknai kata hustle agar bisa terus berjuang sampai titik darah penghabisan. “Kami tidak menyerah untuk melanjutkan pertandingan. Hustle itu pedoman anak Saci,” tandasnya lagi. Sayangnya, nasib berkata lain, perjuangan Rafli dan tim terhenti di perempat final. Kekalahan itu begitu membekas di dalam diri Rafli.
Oleh karena itu, Rafli yang kini sudah lulus dan melanjutkan studi di Politeknik Negeri Bandung, ingin sekali adik kelasnya bisa meneruskan tongkat perjuangan tim. Terlepas ada perubahan komposisi pemain di dalam internal tim Saci.
“Kalau kata senior angkatanku memang generasi emas di basket sekolah. Tapi, bukan berarti generasi Saci habis begitu saja,” paparnya.
Apalagi tahun ini Saci memiliki pemain dengan tipikal pelari semua. Jadi, harusnya juniornya bisa bermain dengan speed tinggi untuk bisa unggul dari lawan.
“Selagi ada usaha dan hustle, Saci bisa ngelewatin semuanya. Tampil hustle dulu, hasil belakangan” tuturnya. Rafli menilai, jika sudah tertanam kemauan tinggi dalam diri pemain, mustahil juara tidak jatuh ke tangan anak-anak Saci. (*)