Ada satu sekolah dari luar Surabaya yang sangat luar biasa antusiasmenya terhadap gelaran Honda Developmental Basketball League (DBL). Adalah SMAN 1 Puri, Mojokerto. Atau yang familiar dengan julukan CASTLE. Mereka punya suporter yang sangat fanatik dan kerap tampil atraktif dalam mendukung tim kebanggaannya. CASTLE Mania, namanya.
Tidak itu saja. Setiap kali tim sekolah ini bertanding. Pasti ada juga sekelompok ibu-ibu yang ikut mendukung di tribun. Dengan dresscode yang sama kompaknya. Meneriakkan chant tak kalah lantangnya. Serta, begitu energik kala berjingkrak kegirangan. Mereka adalah CASTLE Mommies. Barisan ibu dari para pemain SMAN 1 Puri, Mojokerto.
Arlene Winastutie, adalah salah seorang dari CASTLE Mommies tersebut. Selama dua musim terakhir ini (2018 dan 2019), dia hampir tak pernah absen. Nribun bersama CASTLE Mommies lainnya di DBL Arena Surabaya. Venue Honda DBL East Java Series – North Region. Mendampingi sekaligus mendukung penuh putra kesayangannya, Raffi Widiansyah. Student athlete berposisi forward, andalan tim CASTLE. Yang tahun ini baru saja lulus.
Kepada DBL.id, berikut ini sharing bunda Arlene, selama dua musim nribun bersama para CASTLE Mommies lainnya pada gelaran Honda DBL Seri Jawa Timur ini. Juga, betapa luar biasa totalitasnya sebagai orang tua. Dalam mendukung prestasi dan hobi positif buah hatinya.
====================
Oleh: Arlene Winastutie, ibunda dari Raffi Widiansyah, student athlete SMAN 1 Puri Mojokerto pada Honda DBL East Java Series musim 2018 dan 2019
Bermula dari pengalaman ribetnya mengawal proses putra sulung saya saat masuk sekolah negeri setelah lulus SD kala itu. Gara-gara aturan masuk SMP Negeri yang waktu itu dibatasi oleh zona jarak dari tempat tinggal ke sekolah. Alhamdulillah, nilai NUN putra sulung saya, Raffi, masih nutut dan bisa diterima di salah satu SMPN favorit di Kota Mojokerto. Walau rumah kami ikut wilayah Kabupaten Mojokerto. Mas Raffi, biasa kami memanggilnya, diterima memanfaatkan kuota 5% dari total yang diterima saat itu.
Setelah diterima di SMP Negeri, walau dengan proses yang bikin dag dig dug. Saya sebagai orang tua mulai memikirkan bagaimana nanti ketika Mas lulus dan masuk SMA Negeri sementara aturannya masih dibatasi zona lagi.
Maka, ngobrol lah saya sama si Mas untuk merencanakan tahap selanjutnya. Saya minta Mas milih kegiatan ekstra yang bisa menghasilkan prestasi. Apapun itu, mau kesenian, olahraga, pramuka, PMR, apa aja asal bisa berprestasi. Agar bisa bermanfaat sebagai jalan untuk masuk SMAN favorit nantinya via jalur prestasi. Ternyata Mas minat ke olahraga, dan yang dia pilih basket.
Saya tanya, kenapa basket? Mas bilang, aku suka olahraga tim. Melatih aku biar bisa kerjasama dan rasanya nyaman kalo punya tim. Ada teman yang selalu bersamaku. Begitu kata si Mas. Oke, Ibu dukung. Namun, yang Mas mesti pahami kalau sudah memilih basket mesti sungguh-sungguh atau serius.
Ternyata, Mas memang minat banget dan serius mendalami basket. Setiap latihan selalu datang, kadang saya antar, kalau saya lagi repot gak bisa nganter Mas berangkat sendiri naik sepeda onthel. Dengan jarak dari rumah ke tempat latihan sekitar 4 km. Waktu itu belum ada ojek online. He he he.
Pertandingan pertama yang Mas ikuti, waktu kelas 1 SMP. Saat itupun, dia lebih sering di bangku cadangan daripada berkesempatan main. Semula saya sempat khawatir Mas akan ngambek. Ternyata dia lebih serius berlatih mengasah kemampuannya. Karena tim sekolahnya aktif ikut turnamen, jadi lama-lama Mas terbiasa dengan atmosfer turnamen. Hingga akhirnya Mas bisa masuk tim inti. Dan beberapa kali ikut mengantarkan timnya merebut beberapa gelar juara.
Nah, saat Mas duduk di kelas IX, kebetulan ada tetangga, dua tahun di atas Mas, yang biasa latihan basket bareng, ngajak ikut seleksi pemain buat Kejurda. Ikutlah Mas. Tentu saja saya iyakan waktu Mas minta ijin ikut seleksi. Dari seleksi yang bertahap itu, Mas terpilih dari sekian banyak yang ikut.
Setelah proses selèksi usai, ada cerita lain. Mas cerita kepada saya. Buk, aku tadi ditanya coach-nya, kalau setelah lulus SMP mau sekolah di SMA mana? Si Mas menjawab ingin lanjut ke CASTLE (SMAN 1 Puri). Kenapa memilih CASTLE? Kata si pelatih. Si Mas bilang kalau CASTLE prestasi basketnya top. Disegani di Mojokerto. Dan selalu ikut Honda DBL di Surabaya.
Ternyata, pelatih itu juga menangani CASTLE. Si Mas juga diajak latihan bareng tim CASTLE, walau dia saat itu masih duduk kelas 3 SMP. Dengan berbagai prestasi juara yang dikoleksi, serta keseriusannya, Mas akhirnya bisa masuk ke SMAN 1 Puri lewat jalur prestasi.
Bersama CASTLE, Mas makin aktif berkegiatan basket. Namun, risikonya adalah Mas harus banyak berkorban waktu. Kerap sekali dia harus tiba di sekolah pagi pukul 05.00 karena ada agenda latihan. Bangun jam 04.00, Mas berangkat ke sekolah pukul 04.30. Meski hawa dingin, Mas tetep kekeuh mandi. Semangatnya yang selalu menyala itu membuat saya bangga kepadanya. Saya pun harus bangun lebih awal untuk membantu mempersiapkan segala hal. Mulai dari bekal sarapan,seragam sekolahnya, hingga peralatan mandinya. Karena setelah latihan, Mas mandi lagi di sekolah. Lalu, mengikuti jam pelajaran seperti siswa lainnya.
Saya juga salut terhadap pihak sekolah. Karena mereka sangat disiplin dalam hal akademik. Tidak ada dispensasi khusus bagi anggota tim basket. Begitu juga saat ada tanding keluar kota pulang malam, kadang nginap, tugas jalan terus mesti dikumpulkan tepat waktu.
Bunda Arlene Winastutie (kedua dari kanan) bersama CASTLE Mommies saat memberi dukungan bagi SMAN 1 Puri Mojokerto di DBL Arena Surabaya. (Source: DBL Indonesia)
Nah karena anak-anak kami di tim basket ini fisik dan pikirannya aktif terus, kami para CASTLE Mommies jadi lebih perhatian. Kami jadi lebih akrab, karena sering bertemu saat mendampingi putra kami bertanding. Akhirnya, kami saling memantau, dan atas ijin tim pelatih, semua keperluan non-teknis tim diurusi CASTLE Mommies. Semangatnya gak kalah sama pemainnya loh!
Kami sangat memperhatikan segala hal. Mulai menu makanan dan asupan gizi para pemain saat latihan dan pertandingan. Kami lah yang menyiapkan mulai air putih, susu, jus buah, cemilan, roti, vitamin, obat-obatan, hingga es untuk kompres.
Saat ada jadwal kompetisi keluar kota, seperti Honda DBL, sudah pasti CASTLE Mommies ikutan. Sibuk nyiapin semuanya. Kami juga sering sewa bis, biar ketika keluar kota berangkat bersama. Tidak pakai mobil sendiri-sendiri. Kami juga pernah juga naik kereta, satu gerbong dipesan sekaligus. Seru deh, pokoknya!
Kenapa sih para CASTLE Mommies mau ribet seperti itu? Kami punya pemikiran, bahwa anak-anak kami itu butuh perhatian dan dukungan. Mengingat fisik, pikiran, dan mental anak-anak sangat ditempa habis ketika mereka harus fokus pada kompetisi. Namun, di sisi lain mereka juga dituntut harus bisa menyeimbangkan tuntutan akademik.
Karena itu, kami para ortu bela-belain membantu segala hal untuk memastikan kondisi mereka selalu baik. Kami usahakan mendampingi, melihat mereka tiap kali tanding biar tahu juga perkembangan permainan mereka, emosi mereka. Jadi, kami para orang tua bisa ngasih masukan juga secara pribadi kepada anak-anak.
Memang kami tidak paham tentang basket. Tapi kami sebagai orang tua, apalagi ibu, pasti sangat memahami kepribadian si anak. Apabila saat di lapangan ada anak-anak kami yang emosional, para ortu akan memberi pendekatan saat situasinya memungkinkan. Tentunya seijin pelatih dan beliau sangat mendukung.
Raffi Widiansyah (0) mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. (Source: Dok.Pribadi)
Tak terasa, sudah dua musim berturut-turut saya terlibat menjadi bagian dari CASTLE Mommies. Selain bisa mengikuti perkembangan si Mas dalam menekuni hobi basketnya. Saya juga mendapat banyak teman baru yang sudah seperti saudari sendiri. Begitu banyak momen keakraban dan kekeluargaan yang membekas. Dan tentunya sangat saya rindukan.
Kami pun berkomitmen. Walau putra kami sudah lulus, kami pasti akan tetap ikut mendukung dan hadir di DBL Arena Surabaya. Untuk ikut nribun bareng CASTLE Mommies lainnya, pada Honda DBL musim selanjutnya. Sampai jumpa!
Jika ingin orang tua atau pelatih kamu berbagi cerita di rubrik parent/player/coach column bisa menghubungi redaksi DBL.id