Bagi coach Octavianus Sanda melatih skuad putra SMAN 2 Bitung harus benar-benar efektif. Dengan waktu dan peralatan yang terbatas, ia ingin anak asuhnya bisa berlatih dengan maksimal.
Hal inilah yang menjadi rahasia keberhasilan mereka bisa menembus semfinal Honda DBL North Sulawesi Series. Latihan yang terukur menjadi salah satu metode yang dilakukan selama program latihan.
"Untuk selama sebelum PSBB, saya hanya berikan beberapa work out penguatan otot. Sedangkan latihan bersama baik sebelum maupun sesudah PSBB latihan yang dilakukan selalu mengukur denyut nadi maksimal," ujar coach Sanda.
Pengukuran denyut nadi maksimum sendiri dilakukan untuk melihat kekuatan maksimal setiap orang dalam memompa jantung. Rumusnya adalah 220 dikurangi umur masing-masing pemain.
Agar bisa mengetahui berapa porsi latihan maksimal tiap anak asuhnya, ia selalu melakukan pengukuran sejak pertama kali latihan dan secara berkala di track untuk melihat apakah ada peningkatan maupun penurunan.
"Jadi, setiap pemain porsinya beda-beda. Bisa jadi pemain kelas X porsinya lebih tinggi dari pemain kelas XII karena memang kemampuannya lebih tinggi," ujarnya.
Terkait latihan selama pandemi, Coach Sanda benar-benar menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. Para pemainnya diwajibkan menggunakan masker baik saat datang maupun pulang.
Tak hanya itu saja, skuad SMAN 2 Bitung juga melakukan latihan secara berkelompok. Sehingga bisa menjaga jarak dengan optimal. Terlebih jumlah bola juga sangat terbatas.
"Harapannya meski latihannya sedikit dimodifikasi, anak-anak bisa tetap berkembang secara semaksimal mungkin," tutupnya. (*)