Pelatih skuad putra Honda DBL Indonesia All-Star 2019, Cahyandri mengunggah foto mengagetkan di akun Instagramnya, Sabtu malam (13/6). "In memoriam awal karir di DBL Jambi Series 2012 - 2015 SMAN 2 Jambi". Begitu kalimat yang disertakan dalam foto tersebut.Banyak yang kaget dengan unggahan tersebut, ada apa ya?
Ternyata, coach Cahyandri sedang mengenang perjalanan kariernya di dunia kepelatihan. Pelatih asal Jogjakarta itu mendadak mengingat masa lalunya setelah diajak oleh mantan anak asuhnya para alumni SMAN 2 Jambi untuk bermain basket bersama. Sebagai informasi, Cahyandri mulai melatih sejak 2008 di SMAN 2 Jambi.
Pada tim DBL.id, coach Cahyandri bercerita masa lalunya sebagai pelatih di SMAN 2 Jambi yang terjadi secara kebetulan. Saat itu, sepupu istrinya --kebetulan merupakan pemain di SMAN 2 Jambi-- sedang mencari pelatih.
“Saat itu saya awalnya cuma membantu saja. Sebab saat itu saya juga belum menjadi pelatih basket. Tapi justru berawal dari situ, saya akhirnya nyaman, dan mendalami dunia kepelatihan,” sebut coach berusia 39 tahun itu.
Cahyandri melanjutkan, saat awal melatih, ia membangun segalanya dari nol. Mulai dari pemain, hingga fasilitas di lapangan. Tak jarang, ia menerapkan sistem urunan atau bantingan untuk membeli fasilitas basket. Misalnya seperti jaring, bola hingga cat lapangan atau papan ring. Ia juga kerap mengeluarkan biaya dari kantongnya ketika hasil bantingan dari anak asuhnya kurang.
"Hal itu saya lakukan karena saya memposisikan diri sebagai ayah untuk para pemain saya. Seorang ayah, jika melihat bahwa anak-anaknya punya minat dan bakat cukup tinggi, pasti tidak akan keberatan jika harus keluar biaya untuk memenuhi fasilitas pendukungnya," ujarnya. Ia melakukan itu semua karena ingin melihat anak asuhanya bisa berkembang karena fasilitas pendukungnya juga kuat.
Meski sejak 2016 hingga saat ini, dirinya sudah menjadi nahkoda untuk SMK Unggul Sakti Jambi, namun Cahyandri tak pernah melupakan kenangan dengan SMAN 2 Jambi. Sebab di sanalah segala perjalanannya ketika dulu awal memulai karir sebagai pelatih.
Ia pun masih begitu dekat dengan para alumni SMAN 2 Jambi yang dilatihnya sejak 2008 hingga 2015. Kedekatan itu terjalin karena Cahyandri selalu percaya bahwa menjadi pelatih harus bisa dekat, dan mendapatkan kepercayaan dari pemain-pemainnya.
"Saya selalu berusaha aware dengan anak-anak yang saya latih. Menyediakan waktu untuk menjadi teman cerita. Saya selalu bilang bahwa saya enggak mau sekedar ngajarin anak-anak untuk bisa basket. Tapi dengan kedekatan itu, saya ingin mengajari juga tentang sikap disiplin, dan cerdas dalam mengambil keputusan,” ungkap Cahyandri.
Cahyandri beranggapan bahwa seorang pelatih basket juga harus dapat menularkan nilai-nilai penting untuk kehidupan pemain. Maka filosofinya dalam melatih adalah connection, care, dan change.
"Di dalam basket, saya mengajarkan bahwa antar anggota harus punya hubungan yang baik yang didasari oleh perhatian satu sama lain," ujar pelatih alumnus Universitas Islam Indonesia (UII) itu. Menurutnya, setelah hal itu terwujud, basket juga harus dapat membuat perubahan pada diri pemainnya.
Perubahan itu tak hanya dari segi skill tapi juga attitude. Seorang pelatih, harus bisa membawa perubahan sekecil apapun dari diri pemainnya, meski sekecil apapun, kearah yang lebih baik,” pungkasnya.(*)