Sejak kedatangannya sebagai nakhoda tim pada tahun 2017, Semuel Fredik Edison Thesia menjadi sosok di balik moncernya tim basket SMAN 4 Jayapura. Hal ini terlihat dari torehan tim asuhannya selama berlaga di Honda DBL Papua Series dalam kurun tiga tahun terakhir.
Sejak tahun pertamanya hingga sekarang, skuad asuhannya selalu berhasil menembus babak semifinal. Hal ini tak lepas dari program pengembangan yang ia lakukan setiap tahunnya.
"Dulu waktu awal saya melatih, siswa yang minat basket masih sangat sedikit. Hanya belasan. Kini jumlah siswa yang saya latih hampir seratus anak dalam sehari. Rasanya seperti tidak menyangka bisa berada di tahap ini," ujar Alumni DBL yang pernah membawa SMAN 2 Jayapura juara di musim 2010 tersebut.
Ia menjelaskan bahwa di Jayapura sendiri tidak semua pemain yang datang ke SMA-nya memiliki skill basket. Banyak dari mereka yang baru memegang bola basket dan belajar drible di kelas X. Hal ini justru menjadi sebuah tantangan yang menyenangkan bagi Coach Semuel.
Coach Semuel Fredik Edison Thesia saat mengikuti Honda DBL Camp 2019 di DBL Arena Surabaya. (Source: DBL Indonesia)
Pelatih berusia25 tahun ini membagi dua program latihan. Untuk tim utama serta untuk pemain yang baru bergabung. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki tujuan yang berbeda dalam pengembangan. Tim utama disiapkan untuk kompetisi sedangkan tim dengan pengembangan skill memiliki tujuan sebagai amunisi dan regenerasi skuad tim utama.
Tak jarang juga, meski masih kelas X, jika ia memiliki potensi dan kemampuan yang bagus, Coach Semuel akan mengajak berlatih bersama dengan tim utama. "Untuk programnya sendiri tidak terlalu berbeda. Mulai dari fundamental baru menuju ke fisik. Lalu saya juga menambahkan latihan khusus yang sesuai dengan karakter tiap pemainnnya," tambah coach Semuel.
Selain tentang latihan dan pengembangan skill, satu hal yang membuat para siswa SMAN 4 Jayapura nyaman berlatih bersama adalah ikatan kekeluargaan yang dibangun. Tak jarang juga, para alumni turut membantu coach Semuel dalam membangun pondasi tim.
Solidaritas yang dibangun juga membuat anak asuhnya selalu bahu membahu untuk keperluan tim. Terkadang, mereka patungan untuk membeli token listrik untuk latihan di lapangan karena program latihan yang berlangsung hingga malam hari.
"Mungkin inilah yang membuat mereka nyaman berlatih bersama. Saya selalu tekankan bahwa kami bukan hanya sebuah tim basket. Melainkan sebuah keluarga yang lahir dari berbagai kalangan," ujarnya.
Satu hal penting yang tidak boleh dilewatkan oleh anak asuhnya adalah pendidikan harus tetap nomor satu. Bahkan, ia tidak akan segan untuk memberikan skorsing jika secara nilai, ada anak asuhnya yang tidak memenuhi kriteria.
Selain untuk menjaga kepercayaan ke pihak sekolah, Ia tidak ingin anak asuhnya hanya pandai basket. Tapi juga menjadi sosok yang pandai dan berguna bagi bangsa dan negaranya kelak.
"Dari awal hingga sekarang saya melatih, nilai anak-anak selalu bagus. Selain itu, dari basket saya juga ingin mengajarkan bagaimana cara memecahkan solusi ketika mengalami kebuntuan. Hal ini tak hanya berguna di pertandingan. Namun bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari," tutupnya. (*)